"Jika adik yang selalu ada di samping kita tidak ada, akan ada rasa sunyi yang menghinggap di perasaan ini."
Happy reading!
...
Suara keributan muncul dari kelas Awan dan Langit. You know saha yang bikin kegemparan? Berikan tepuk tangan yang meriah pada Malik.
"SAHA IYEEE?! AING DIMANA ARGH?!"
"Malik ikut syuting jadi pembantu cocok," bisik Rehan pada Langit yang menutupi malu wajahnya. Malu karna kelakuan Malik seperti bukan manusia.
"AING MAUNG!"
"LO MANUSIA, MONYET!" balas Rehan yang gemas sedari tadi.
"AING MAUNG, KOK KAU TAK TERIMA!"
"Pak ketua osis, silahkan di blacklist," kekeh Rehan melihat Malik berlari panik memeluk Awan.
"Canda sahabat, serius deh." Malik nyengir, menampilkan sederet giginya yang putih.
"Hah apa?" Awan melepaskan earphone yang tersumpal di telinganya, menatap Malik bingung.
Malik syok, seraya memegangi dadanya bak terkena serangan jantung.
"Jadi kamu tidak mendengarkan apa yang dikatakan Rehan, miskah?" tanya Malik berdrama.
"Hidup lo udah penuh drama, jangan di tambah lagi," sahut Langit tertawa terbahak-bahak melihat Malik bersungut kesal.
"Hidup gue cuman berdrama kala mendapati cinta Risa yang sangat sulit di dapatkan," ucap Malik berpuitis.
"Usaha dong, kerjaan lo tiap hari cuman gombal aja. Kejer kek." Rehan melirik Malik. Melayangkan sebuah pulpen saat Malik mengabaikan ucapannya.
"Canda teman. Mau ngejer gimana? Orang gue sama dia cuman sejengkal jaraknya," balas Malik melipatkan kedua tangannya, memikirkan cara mendapati hati Risa.
"Posisi lo smaa dia emang sejengkal, perasaan antara lo sama dia seamazon," celetuk Awan beranjak keluar kelas. Ada rapat osis yang menunggunya.
"Dalem masnya," sindir Malik.
"Oiya, gue kemarin ketemu sama omanya Lana, Lena," seru Langit menatap kedua temannya.
"Ngapain?" tanya Rehan.
Langit mengedikkan bahunya tak acuh. "Tapi omanya sama cewek, dari yang gud liat mirip Sherlyn."
Malik terdiam. "Apa selama ini Sherlyn pelakunya?"
"Gue gabisa asal nuduh tanpa bukti, nanti gue cari tau lanjutnya," ucap Langit diangguki setuju keduanya.
"LANG LO DISURUH KE RUANG OSIS SAMA AWAN, SEKALIAN BAWA BUKU CATATANNYA," teriak ketua kelas mereka.
Langit mengacungkan jempol, mengambil buku milik Awan yang tergeletak di atas meja.
"Lo berdua ke kantin duluan aja, nanti gue nyusul."
"Oke!"
...
Alana menatap malas papan tulis yang berisi materi yang di jelaskan guru tadi. Hari ini mereka di berikan istirahat panjang, karna guru sedang mengadakan rapat. Namun, entah kenapa Alana sangat malas untuk ke kantin, karna ia merasa sepi tanpa adanya Alena.
Langit yang melewati kelas Alana mengerinyit bingung melihat Alana yang tampaknya sangat suntuk. Ia menatap tangannya yang membawa buku Awan.
"Bentar deh, samper calon kakak ipar dulu," gumam Langit berjalan menghampiri Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...