Bubur Ayam

18.7K 2.6K 334
                                    

"Kebahagiaan yang aku miliki sekarang ada di kamu, Langit."

Happy reading!

...

Langit mengetuk pintu kamar milik Alena. Membuka pintu secara perlahan, tersenyum menatap gadisnya yang tengah asyik menonton tv di kamar yang sudah Langit sediakan semuanya.

"Aku berangkat ya, kamu di rumah di temenin bibi. Jangan kecapek an, kamu harus sehat. Bentar lagi hari pernikahan kita," ujar Langit tersenyum. Mengelus pipi kurus milik Alena.

"Iya Langit, kamu hati-hati. Titip salam untuk kak Lana," ucap Alena.

Langit mengangguk, menyandang tasnya. "Aku berangkat ya!" pamit Langit keluar kamar.

Senyuman yang terhias di bibir Alena memudar secara perlahan. Berubah menjadi isakan kecil saat mengingat bagaimana keluarganya secara mati-matian ingin membunuhnya.

"Non Lena, ada apa?" tanya bibi masuk ke dalam kamar. Niat ingin mengantarkan sarapan untuk Alena, justru bibi melihat Alena yang terisak.

Alena berhamburan memeluk bibi. "Lena gakuat bi, Lena capek, Lena sakit," isak Alena.

Bibi terenyuh. Mengelus surai hitam Alena. "Non, hidup memang tidak ada yang menyenangkan. Kita harus melawan semua tantangan jika ingin bahagia, hidup tidak hanya tertawa dan tersenyum terus menerus. Pasti kita akan merasakan rasa jatuh yang begitu dalam," tutur Bibi lembut.

Alena melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Makasih bi," ucap Alena tersenyum.

"Sama-sama, ayo sarapan dulu. Bibi udah buatin nasi goreng kesukaan non Lena."

Alena mengangguk, mengambil piring yang berisi nasi goreng itu. Menyuap secara perlahan, membuat bibi tersenyum melihatnya.

Gadis seperti non Lena, berhak mendapatkan kebahagiaannya.

...

"Wan! Lang!" panggil Malik dan Rehan. Berlari menghampiri mereka berdua.

"Wangit banget lo, mau ngejamed?" ledek Langit.

Malik mendengus. "Gue mau pedekate sama Risayang," ucapnya mengendus bajunya yang begitu wangi.

"Gaya lo jamed-jamed," celetuk Rehan terkekeh.

"Lan!" panggil Awan.

Alana tersenyum, menghampiri mereka berempat. Di sambut dengan Sherly, Tasya, dan Risa yang juga baru datang.

"Wangi apa nih?" tanya Risa mencari asal wangi tersebut.

"Noh!" Awan, Langit, san Rehan serentak menunjuk Malik yang memainkan dasinya.

"Mau ngajamed lo?"

Runtuh seketika kekerenan yang di lakukan Malik saat Risa bertanya seperti itu. Gelak tawa lepas dari mereka semua, memandang prihatin Malik.

"Nasib lo Malik, harus jomblo," kekeh Alana.

Sherlyn menatap satu persatu mereka. "Lena mana?"

Semua terdiam. Tak ada tawa lagi, Alana menatap Sherlyn lalu menatap Awan dan Langit.

"Lena pergi ke rumah pamannya," jawab Alana. Justru itu membuattnya terlihat aneh.

Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang