"Setidaknya aku masih dapat bersyukur memiliki orang yang menyayangiku sepenuh hati."
happy reading!
...
Langit menatap kelas Alena yang tampak sepi. Ternyata masih belum selesai juga jam olahraganya, entah kenapa ia merasakan sesuatu yang tidak enak yang menyelimuti perasaannya.
Langit menghela nafas, menggeleng menatap Malik dan Rehan yang sedang berdandan. Cukup senyumin aja teman seperti itu.
"Lo berdua make make up punya siapa?" tanya Langit pada kedua sahabatnya.
"Minjem punya Alana! kepo gue mau nyoba dandan juga," sahut Malik mempoles bibirnya menggunakan liptint.
"Jadi lo minjem punya Alana?" tanya Awan menghampiri mereka berdua.
"Iya!" jawab mereka.
"Lo ganti yang baru," titah Awan.
Mata mereka berdua melotot kesal pada Awan. "Kenapa harus ganti yang baru?" dengus Rehan.
"Bang Awan itu takut Alana tertular virus lo berdua," celetuk Langit terkekeh.
"Iya nanti kita ganti," telak Malik dan Rehan mau tak mau.
Awan menepuk kedua kepala sahabatnya. "Anak pintar."
Brak!
Semua menoleh ke arah pintu kelas yang di buka kasar. Menampilkan Alana yang menangis dengan raut khawatir.
"LANGIT ALENA PINGSAN!" pekik Alana. Ia tak tau lagi harus bagaimana lagi. Ini sudah yang kesekian kalinya Alena sering pingsan, dan Alana bingung harus apa.
Rahang Langit mengeras, ia berlari keluar mneyusul Alena. Ternyata benar firasatnya, Alena pasti kambuh. Awan, Malik, dan Rehan pun ikut berlari menyusul Langit, tak lupa Awan menarik lembut tangan Alana yang begitu dingin.
"Aku yakin, Lena baik-baik aja. Ayo," ucap Awan menenangkan Alana yang ketakutan.
Lena..
...
Lapangan tampak ricuh saat melihat Alena yang pingsan tiba-tiba di jam olahraga.
Langit datang membelah kerumunan. Tanpa mikir lagi, ia menggendong tubuh Alena dengan ala brdylestyle. Langit memperhatikan wajah Alena yang tampak begitu pucat, rasa khawatirnya memuncak apalagi tubuh Alena benar-benar sangat dingin.
"Dok!" panggil Langit pada seorang Dokter yang bertugas di ruang uks.
"Langit, lagi?" tanya Dokter itu. Hanya Dokter dan Langit lah yang faham semuanya, tanpa sepengetahuan siapa pun termasuk Alena.
"Iya, tolong Dok!" pinta Langit memohon.
"Baiklah! kamu tunggu di luar," ucap Dokter itu menutup tirai uks.
Langit keluar dari uks. Yang ia lihat kini ada Alana, Awan, Malik, dan Rehan yang tampak khawatir. Langit tersenyum menandakan Alena baik-baik saja.
Hembusan nafas lega keluar dari mulut mereka. Alana menatap Langit serius.
"Lo serius kan Lena baik-baik aja?" tanya Alana memastikan.
"Percaya sama gue, Lan," ucap Langit yakin.
Alana mengangguk, tangannya di tarik Awan untuk duduk terlebih dahulu.
"Kamu tenang, percaya sama apa yang di katakan Langit," ujar Awan menggenggam lembut tangan Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...