Merasa bersalah

25.5K 3.3K 472
                                    

"Aku selalu berusaha untuk mengabaikan kesakitan yang ku rasa dengan tawa canda ku."

happy reading!

...

Langit menatap sendu gadis manis yang sedang terbaring lemah di ranjang uks. Alena masih belum sadar juga sedari tadi, sedangkan Malik sudah baik-baik saja kondisinya. Hanya luka ringan yang ia alami saat mendekap Alena di saat motornya terpental.

"Langit," lirih Alena.

"Ada yang sakit?" tanya Langit khawatir.

"Engga, Malik gapapa?" tanya Alena. Ia merasa tak enak karena Malik terluka karenanya.

Langit tersenyum, mengelus lembut tangan Alena. "Malik udah gapapa kok, cuman luka ringan aja."

Alena menghela nafas lega. "Syukur deh, aku mau ngobrol sama kak Lana sebentar. Bisa?"

Langit mengangguk. Berjalan keluar memanggil Alana.

"Lena!" isak Alana memeluk Alena.

Alena merasa tak enak telah membuat Alana khwatir. "Aku gapapa kak, jangan nangis," ujar Alena menenangkan Alana.

"Kenapa kamu gak ngabarin aku?" tanya Alana mengusap air matanya.

"Aku lupa bawa hp," kekeh Alena.

"Papa dan Oma kelewatan," cicit Alana yang masih dapat di dengar Alena.

Alena menggenggam tangan Alana. Ia tersenyum. "Bukan salah mereka kak," elak Alena. Ia hanya tak ingin memperkeruh suasana.

"Terus siapa?" tanya Alana kebingungan.

"Yang aku tau, tadi itu ada dua preman yang ganggu aku sama Malik," terang Alena.

Alana menatap manik hitam Alena. Alana menghela nafas kasar, ia tak sebodoh itu bisa di bohongi oleh Alena.

"Biarin aja preman itu, nanti kalau ketemu. Kakak tendang masa depannya!" ujar Alana berapi-api. Ia tersenyum saat Alena tertawa dengan semangatnya.

Kamu terlalu baik untuk di sakiti Len.

...

"Bodoh! kenapa hanya untuk menabraknya saja kalian tidak becus!" bentak Oma Rossa emosi.

"Maaf bos, ada temannya yang membantunya tadi," ucap salah satu preman.

"Saya minta, jangan sampai gagal lagi!" tegas Oma Rossa.

"Baik bos." Preman itu keluar dengan tubuh gemetar. Berhadapan dengan Oma Rossa sama saja menyerahkan nyawa mereka.

"Ma, kenapa Mama sampai sejauh ini?" tanya Dion masuk ke dalam ruangan.

"Karna saya tetap berpegang teguh dengan janji saya, Dion."

"Bagaiman kalau kita ketahuan?" tanya Dion waspada.

Oma terkekeh sinis. "Kamu takut?"

"Dion hanya nanya saja, bagaimana?" tanyanya kembali.

"Kita tidak akan ketahuan, dan rahasia ini tidak akan pernah terbongkar!" tegas Oma Oma keluar dari ruangan meninggalkan Dion yang menatap kosong langit-langit ruangan.

"Tapi saya tidak tega dengan Alena, Ma."

...

"Kenapa harus libur seminggu sih?" dengus Malik berapi-api.

Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang