"Aku menjaganya susah payah, dan di rebut dengan begitu mudah?"
happy reading!
...
Hari ini mulai nya libur sekolah. Alena menatap kasur Alana, tidak ada Alana di sana. Pagi buta gini, kemana perginya Alana?
Alena menatap secarik kertas di nakasnya. Ia turun dari ranjangnya, berjalan ke nakasnya. Alisnya bertautan saat ada tulisan di kertas itu.
Lena maaf ya, aku diajak pergi sama Papa Mama ke bogor. Tadi aku mau bangunin kamu Len, tapi gak diijinin mama. Kalau mereka masih nahan aku, aku bakalan kabur pulang. Kamu jangan khawatir ya!
Tak terasa air matanya jatuh. Alana tak perlu rela kabur hanya dirinya. Itu sama saja memperkeruh suasana, dan akhirnya ia akan di tuduh sebagai mencuci otak Alana.
Alena turun ke bawah. Ia ingin mengisi perutnya yang bergemuruh sedari tadi. Langkah kakinya terhenti saat ada suara ketukan dari luar.
"Siapa?" teriak Alena membuka pintu.
Alena menatap bingun abang gojek yang menyerahkan sekantung makanan.
"Buat siapa bang?"
"Ini ada pesenan untuk mba bernama Alena," ujar Abang gojek itu menyerahkan pada Alena, dan langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban dari Alena.
Alena menatap bingung kantung makanan di tangannya. Sepertinya tidak memesan sesuatu.
"Langit?" gumam Alena saat melihat secarik kertas yang ada nama Langit.
drrt.. drrt..
Panjang umur! Langit menelfon Alena.
"Selamat pagi," sapa Langit lembut.
"Pagi," balas Alena tersenyum. Alena menatap kertas tadi. "Langit, kamu pesenin aku makanan?" tanya Alena.
"Engga, aku gak ada mesen apa pun," jawabnya dari sebrang sana, ada suara kebingungan dari Langit.
Alena meraba kotak nasi itu, tangannya mulai membuka tutup kotak nasi.
"Tapi Langit ini tulisannya dari ka–– AKH!"
Alena berteriak saat membuka tutup kotak nasi itu, bersamaan dengan ponselnya yang terpental karena kekagetannya.
"Kenapa tidak kamu makan, Lena?"
Alena menoleh ke arah sumber suara. Matanya membulat kaget.
"Oma!" pekiknya tak percaya.
"Alena! Len!"
...
Langit menatap ponselnya yang masih terhubung dengan panggilannya bersama Alena.
"Sial! itu nenek tua ngapain lagi sih?" kesal Langit mengambil jaket dan kunci mobilnya.
"Lang! lo mau kemana?" tanya Awan mengejar Langit.
"Alena dalam bahaya bang," seru Langit menyalakan mesin mobilnya.
Awan menaiki mobil Langit. "Gue ikut!"
"Lo pegang ponsel gue, dengerin percakapan mereka. Loudspeaker," titah Langit fokus menyetir mobilnya.
Awan mengangguk, ia meloudspeaker ponsel Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...