"Masa lalu tak perlu di sesali, jalani dengan ikhlas. Percaya, suatu saat nanti, akan ada masa depan yang membuat kita bahagia."
happy reading!
...
Cuaca begitu dingin kini. Alena menatap jendela kelas, hujan deras membuat keca jendelanya mengembun. Alena tersenyum, ia sangat menyukai hujan, rasanya begitu tenang melihatnya.
Hari ini sekolah mereka sedang free karena kepala sekolah sedang kedatangan pemilik sekolah ini.
Alena bersenandung, sesekali mengelus perutnya. Senyumnya tak berhenti membayangkan jika bayi ini lahir, ia sudah menikah dengan Langit.
Alena tidak menyesal dengan tumbuhnya janin di perutnya. Ia tidak boleh menyesali semua yang terjadi, Alena harus siap menghadapi masalah yang akan datang.
Sehat-sehat di dalam sana ya nak, bunda nunggu kehadiran kamu.
Alena tersenyum geli saat membatin kata nak, rasanya seperti hal baru yang baru saja ia lakukan.
"Ngelamun aja," ucap Serlyn menyenggol Alena.
Alena tersentak, lalu tersenyum.
"Lagi ngebayangin dedek," jawab Alena terkejut dengan apa yang dia ucapkan.Serlyn menatap Alena. "Ada yang lo sembunyiin dari gue?" tanya Serlyn curiga.
Alena terdiam. Apa ia mengatakan saja pada Serlyn? Serlyn adalah sahabatnya sejak kecil, tidak mungkin Serlyn akan membocorkan ke semua orang.
"Aku hamil," gumam Alena pelan. Tidak ada orang di sekitar mereka, Tasya pun sedang ngobrol di depan.
Serlyn terkejut, lalu menatap Alena sendu. "Siapa yang buat lo kaya gini? Langit?" tuduh Serlyn.
"Bukan, jadi.." Alena menceritakan semua kejadian yang terjadi padanya waktu itu. Raut wajah Serlyn berubah-ubah menjadi sendu, sedih, kesal, marah, dan terharu.
"Lena," isak Serlyn memeluk Alena.
Alena tersenyum tipis. Mengelus punggung Serlyn yang bergetar. "Aku gapapa Serlyn," ujar Alena lembut.
Serlyn melepaskan pelukannya. Menghapus air matanya. "Gue salut sama Langit, dia mau jadi bapak dari anak yang di kandungan lo, walaupun bukan anak dia," ucap Serlyn memegang perut Alena.
"Hayoh gibahin siapa!" seru Tasya datang tiba-tiba.
"Gue tampol lo ya, mau bikin gue mati muda hah!?" dengus Serlyn.
Alena dan Tasya terkekeh. "Maap Lylyn," ledek Tasya.
"Serlyn, Tasya!" geramnya pada Tasya.
Mereka bertiga tertawa bersama setelah perdebatan tadi. Di luar kelas mereka ada Karin yang menatap benci Alena. Ia tidak akan membiarkan Alena bersatu dengan Langit, calon tunangannya.
Gue bakalan ngelakuin sesuatu buat lo, Lena!
Kring! kring!
"Istirahat yeay!" pekik Serlyn dan Tasya bersamaan.
Alena terkekeh menggelengkan kepalanya. Istirahat saja mampu membuat mereka berdua bahagia.
"Ser kebelet, temenin," ucap Tasya memainkan kakinya.
"Sama aku aja Tas," sahut Alena.
Tasya dan Serlyn menoleh ke arah Alena.
"Nah sama Alena aja," kekeh Serlyn. "Biar gue ke kantin, nyari bangku kosong," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...