Oiya, sedikit ada revisi di chapter sebelumnya. Anak Alena perempuan yaa, aku sedikit gagal fokus. Maaf hehe.
"Takdir sangat ahli dalam mempermainkan perasaanku."
Happy reading!
...
Langit menatap jendela, pemandangan yang gelap dengan asap mengepul yang ia keluarkan dari mulutnya begitu damai menemainya.
Sudah 3 tahun Alena meninggalkannya. Membuat Langit terpuruk sampai saat ini, bayang-bayang Alena terus saja menghantuinya. Membuatnya sulit untuk melupakan Alena.
Langit menghela nafas. Rasa rindunya semakin bertambah pada almh.istrinya. Ia merasa, takdir mempermainkannya begitu kejam. 3 tahun yang lalu, lahirnya putri mereka ke dunia adalah suatu kebahagiaan yang amat luar biasa bagi Langit. Apalagi di tambah dengan kabar Alena sehat setelah operasi besar itu. Namun, semuanya kandas, Alena meninggalkannya begitu cepat.
"LANGIT! SENJA KE KAMAR LO SEKARANG!" teriak Alana dari bawah. Dengan cepat Langit mematikan puntung rokoknya, menyemprotkan parfum bayi di sekitarnya. Tak lupa ia meminum, minuman yang manis.
"Ayah!" panggilnya dengan suara khas bayi.
Langit tersenyum, merentangkan tangannya. Langsung di sambut Senja yang berlari memeluknya.
"Udah selesai makannya sama tante Alana?" tanya Langit mencium pipi gembul milik Senja.
"Udah. Tadi Cenja mam banyak," ucapnya mencium pipi Langit.
"Sekarang Senja mau ngapain?" tanya Langit tersenyum.
"Cenja mau ketemu bunda, ayah," jawabnya membuat Langit terdiam. Belum saatnya Langit membawa Senja ketempat Alena.
"Nanti ayah bawa Senja ketemu bunda ya, sekarang Senja sama tante Lana lagi yah. Ayah mau pergi sebentar," ucap Langit menggendong Senja keluar kamar, menghampiri Alana yang sedang membereskan makanan Senja tadi.
"Senja sini sama tante sayang," panggil Alana yang sudah membereskan makanan Senja.
"Papa ada di ruang kerjanya ga Lan? Terus bang Awan mana?" tanya Langit.
"Papa ada di ruang kerjanya, Awan juga disana," jawab Alana yang fokus pada Senja.
"Oke."
Langit berjalan ke ruangan Brawijaya. Mengetuk pintu lalu menghampiri Awan dan Brawijaya yang sedang berbicara.
"Pa, Langit butuh bantuan papa," ucap Langit membuat Brawijaya dan Awan tersenyum.
"Kamu sudah siap?" tanya Brawijaya memastikan kembali.
"Langit siap. Nenek tua itu harus mendapatkan yang setimpal," tandas Langit dingin.
"Ayo, gue udah janjian sama Tasya, Rehan," sahut Awan berdiri.
"Malik?" tanya Langit.
"Malik gaada kabar dari rumah sakit itu. 3 tahun gue sama Rehan cari kabar dia, tapi gak dapet," jawab Awan membuat Langit tersadar.
"Sangking larutnya gue dalam kesedihan, gue lupa sama sahabat gue," lirih Langit sesal.
Awan menepuk pundak Langit. "Gapapa, nanti kita cari lagi keberadaan Malik. Sherlyn gabisa ikut karna ada kesibukan katanya," ucap Awan di angguki Langit.
"Ayo!" ajak Brawijaya.
...
Gelak tawa menggema di rumah besar nan mewah ini. Dan di tinggali 1 orang saja di rumah itu, yaitu Rossa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...