"Apa yang bisa di lakukan gadis manis tak berdosa ini, tak lain harus merelakan sakit yang begitu dalam."
Happy reading!
...
Awan menatap Langit yang sudah menunggunya di pintu masuk. Saat mobil Awan mulai terpakir di garasi rumah, dengan cepat Langit berlari ke arah mobil Awan. Membuka pintu mobil, menggendong tubuh Alena yang masih tak menyadarkan diri.
"Kamu kenapa bisa sampai gini sih Len?" gumam Langit bertanya-tanya. Berlari meninggalkan Awan yang sedang mengangkat telfon.
"Halo Lan?"
"Lena pasti ada di rumah kalian kan?" tebak Alana dengan suara yang terdengar sehabis nangis.
"Iya, apa nanti aku anter ke ru-"
"Jangan!" potong Alana cepat.
"Jangan pernah bawa Lena ke rumah, dan tolong. Sembunyiin Lena," pinta Alana lirih.
"Tapi ken-"
"LENA! DIMANA KAMU LENA! SAYA HARUS MEMBUNUH JANINMU!- MA STOP!"
Awan menghela nafas kasar, mengerti mengapa Alana menyuruhnya untuk menyembunyikan Alena.
"Aku mohon sama kamu Wan, keluarga kamu satu-satunya harapan aku untuk keamanan Lena. Jangan ada yang tau keberadaan Lena, aku mohon." Di sebrang sana, terdengar jelas suara isakan dari Alana. Hati Awan begitu nyeri mendengarnya.
"Iya Lan, aku bakal jaga Lena disini," ucap Awan lembut.
"Makasih, aku matiin ya."
Bip.
Awan menatap nanar ponselnya, meremas kuat sampai urat di tangannya menonjol.
"Apa alasan di balik perlakuan nyokapnya Lana sama Lena? Kenapa harus anak mereka yang menjadi korban?" gumam Awan berfikir keras. Berjalan masuk ke dalam rumah, ia harus menceritakannya pada Brawijaya dan Langit.
...
Langit menatap nanar Alena yang terbari lemah di ranjangnya. Berdoa di dalam hati agar Alena dan janinnya baik-baik saja.
"Pa, Lang, Awan mau ngomong sebentar," ujar Awan berdiri di depan pintu kamar.
Brawijaya dan Langit saling melempar pandangan, sedetik kemudia mereka berdua berjalan keluar menyusul Awan.
"Ada apa Wan?" tanya Brawijaya mendaratkan bokongnya di sofa.
"Iya bang, ada apa?" Langit menatap Awan, menunggu apa yang ingin di bicarakan Awan.
Awan menarik nafas sebelum menceritakan kejadian yang tadi sampai dengan telfona sama Alana. Ekpsresi Brawijaya dan Langit terus saja berubah saat mendengar apa yang sedang terjadi pada Alena.
"Kalau Lena tinggal disini tanpa hubungan apapun, akan terjadi fitnah. Bagaimana pernikahan kamu dengan Lena di percepat, Lang?" tanya Brawijaya, menatap Langit serius.
"Aku sedia pa, demi Lena," ucapnya mantap.
"Jadi lo mau tanggal berapa Lang nikahin Lena?" tanya Awan.
"Seminggu lagi, saat usia kandungannya 3 bulan," jawab Langit.
"Pernikahan ini kita adakan secara diam-diam, tanpa sepengetahuan oma mu dan keluarga Lena. Kecuali Lana, kita harus ngabarin dia," ujar Brawijaya diangguki keduanya.
"Kenapa Awan mikirnya masalah ini ada sangkut pautnya sama omanya mereka," seru Awan tiba-tiba.
"Maksud lo bang?" Langit bertanya, bingung dengan pernyataan Awan tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...