"Di saat semua gadis bahagia dengan keluarganya, justru aku sebaliknya."
Happy reading!
...
Kini, Langit dan Alena berada di ruangan kepala sekolah. Hanya ada Langit, Alena, dan Kepala sekolah di ruangan itu.
"Apa benar berita itu Lena?" tanya kepala sekolah tenang. Tidak ada suara kemarahan dari beliau.
Sebelum menjawab pertanyaan dari kepala sekolah, hembusan nafas kasar keluar dari bibir mungilnya. "Maaf pak," jawabnya.
"Dan apa benar kamu yang melakukannya Langit?" tanya kepala sekolah pada Langit.
"Bukan pak," jawab Langit membuat kepala sekolah sedikit terkejut.
"Lalu, siapa yang membuat Alena seperti ini?" tanya kepala sekolah. Hal yang sangat di sukai murid di sekolah ini adalah, memiliki kepala sekolah yabg bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan.
Langit menghela nafas, melirik Alena sekilas lalu beralih menatap kepala sekolah. Langit mulai menceritakan semuanya, tanpa terlelwat satu pun. Termasuk dalang dari semuanya, yaitu Oma Rossa.
"Kenapa kamu bisa seperti ini Lena, apa kamu tidak apa-apa?" tanya kepala sekolah khawatir saat sesudah nendengar cerita dari Langit.
Alena tersenyum. "Lena baik-baik aja pak," jawabnya.
"Saya mau minta maaf, tapi Lena harus di keluarkan dari sekolah," ujar kepala sekolah membuat Langit dan Alena sudah menduga apa yang akan terjadi.
"Pak izinkan Lena sekolah dua bulan lagi, seengganya dia bisa ikut UN. Di saat UN selesai, Lena berhenti sekolah," mohon Langit.
"Tapi Lang-"
"Saya mohon pak, perut Lena masih belum membesar, izinkan dia sekolah untuk dua bulan lagi," pinta Langit memohon.
Kepala sekolah menghela nafas. Terdiam sejenak, memandang Alena dan Langit secara bergantian.
"Baiklah. Dua bulan."
Langit dan Alena tersenyum, menatap kepala sekolah yang ikut tersenyum memberikan mereka semangat.
"Kamu hebat Langit, berani bertanggung jawab, walaupun bukan kesalahanmu," ujar kepala sekolah menepuk pundak Langit.
Langit tersenyum, menoleh ke arah Alena. "Dia, gadis yang sangat spesial."
"Kalau gitu, kalian bisa kembali ke kelas. Akan saya umumkan di sekolah untuk tidak menganggu Alena," ucap kepala sekolah.
"Makasih pak, makasih banyak," lirih Alena. Ia tak menyangka jika masih ada orang sebaik kepala sekolahnya.
"Sama-sama Lena."
"Kami pamit dulu pak," ucap Alena dan Langit keluar ruangan.
Kepala sekolah menatap sendu kepergian Alena. "Saya tidak begitu tau bagaimana keluargamu Lena, tapi melihat dari matamu dan tubuhmu yang begitu rapuh. Saya tau kamu lelah."
...
Alana, Awan, Malik, Rehan, Tasya, Risa, dan Serlyn sedang menunggu Alena dan Langit di tempat tadi mereka bertemu.
Alana yang sibuk melamun tersadar saat Alena datang menghampiri. "Gak di keluarkan dari sekolah kan Len?" tanya Alana khawatir.
"Nggak kok, aku ga di keluarin dari sekolah," jawabnya tersenyum.
Semua menghela nafas lega. Tersenyum saat tau kabar baik dari Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...