Tak terima

24.2K 2.7K 370
                                    

"Di awal memang kamu menang. Tapi jangan salah, saat di akhir nanti. Kamu akan kalah telak."

Happy reading!

...

Alena membekap mulutnya dari balik pintu. Air matanya turun begitu saja, tak menyangka dengan semua kenyataan ini.

"R-risa..," gumamnya lirih.

Alena berlari ke arah kasur dengan tangan memegang perutnya. Menumpahkan tangis di dalam selimut.

"K-kenapa, k-kenapa kamu jahat sama aku Sa? Kamu kerja sama, sama oma?"

"Kenapa harus kamu? Sakit rasanya saat tau semuanya."

Alena terus saja menangis dalam diam di dalam selimut. Berusaha agar tangisnya tidak terdengar.

Apa ini takdir yang sebenarnya? Bahwa aku harus merelakan segalanya?

...

Suasana di bawah begitu dingin dan mencekam. Tidak ada kehangatan yang di rasa, kecuali ketiga perempuan yang hanya senyum kesenangan sedari tadi.

"Duduk dulu dong kita," ujar Arun beranjak duduk di sofa. Diikuti Rossa dan Risa di balakang.

Langit, Awan, dam Brawijaya tetap setia berdiri. Menatap santai ketiga perempuan itu.

"Kenapa kalian tidak duduk?" tanya Rossa bingung.

"Tidak perlu," jawab Brawijaya tenang.

"Duduk," titah Arun.

Anak dan ayah itu kompak menggeleng. Arun hanya menahan kesalnya, malu dengan tingkah mereka.

"Kita mulai saja ya, oma ingin melaksanakan pertunangan kamu dengan Risa hari ini," tandas Arun mengeluarkan cincin yang sudah ia beli.

"Ada Langit bilang, Langit setuju?" ucap Langit membuat semuanya menoleh ke arah Langit.

"Maksud kamu Lang?" tanya Risa lembut.

Awan yang berdiri di belakang Langit berdecih pelan. Merasa jijik dengan sifat Risa saat tau yang sebenarnya.

"Bener 'kan? Emang ada gue bilang, kalau gue setuju dengan pertunangan ini?" tanya Langit mengulang.

"Lang! Kita udah di jodohin!" kesal Risa.

"Itu lo yang mau, bukan gue," jawab Langit santai.

"Langit, oma tidak suka di bantah," ujar Arun dingin.

"Dan Langit gak suka di atur," balas Langit tak kalah.

"Pertunangan tetap di lanjutkan!" Arun tetap kukuh dengan pendiriannya.

Langit terkekeh. "Oma Rossa dan oma Arun. Oma berdua sama-sama lucu, memaksakan kehendak diri sendiri, gak pernah mikir penderitaan cucunya," kekeh Langit.

Rossa sedari tadi diam dengan tangan terkepal. Merasa marah dengan ucapan Langit. Namun, ia tak bisa melakukan apapun, ini sesuai perjanjiannya dengan Risa.

"Lang, kamu harus terima perjodohan ini!" kekeh Risa.

"Sa, sadar! Lo itu sahabatnya Lena, dimana otak lo?" Rahang Langit mengeras. Andai saja Risa bukan perempuan, sudah ia jamin wajah Risa sudah tak berbentuk.

"Gue cinta sama lo Lang! Gue sayang sama lo, salah kalau gue perjuangin kemauan gue?!" bentak Risa. Berdiri menatap Langit.

"Lo cuman obsesi! Bukan cinta. Kalau lo cinta sama gue, seharusnya lo bisa mengikhlaskan gue agar bahagia, bukannya bikin gue muak liat lo!" Suara Langit meninggi. Menatap jengah Risa.

Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang