Pagi harinya Pam dan Ami terbangun karena suara dering telepon yang menggema dari ponsel Pam. Ia diteleponi oleh Henny untuk segera ke restoran agar bisa sarapan bersama. Tanpa mandi terlebih dahulu, hanya mencuci muka keduanya bergegas ke restoran.
Sesampainya di sana sudah ada banyak orang yang duduk di meja yang sama. Bayangkan saja dua keluarga bersatu dalam meja yang sama. Semua mata memandang ke arah Pam dan Ami yang sedang berjalan berdampingan ditambah lagi Pam yang merangkul Ami dari samping.
"Nahhh, ini pengantin yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga." ucap Raden menyambut kedatangan Pam dan Ami. Pasalnya bapak beranak dua ini sudah menahan lapar sedari tadi. Maklum, perutnya saja sudah buncit.
Pam dan Ami duduk bersebelahan. Di depannya ada Henny dan Yusuf. Makanan sudah tersedia di atas meja semua, lengkap. Mereka hanya tinggal melahapnya saja.
"Kita udah lapar banget tau, apalagi ini nih Bapak-Bapak yang sebelah." sindir Tania pada Raden yang duduk di sebelahnya.
Pam terkekeh. "Oh nungguin kita ya dari tadi? Maaf ya capek banget soalnya jadi tidurnya pulas banget. Padahal makan duluan aja Mas kalo udah laper berat."
"Iya-ya kita semua makan duluan gak usah nungguin lo berdua. Jadi lo bisa tenang makan berdua sama Ami tanpa diganggu sama kita." goda Resya membuat yang ada di sana tertawa.
"Iya dahhh, anak bontot yang baru nikah mah digoda terooos tanpa henti." kata Pam membuat Ami tertawa.
"Ya udah yuk sekarang mending kita makan," ajak Ami.
"Pam, pimpin doa." suruh Henny tepat sasaran.
Ami tersenyum menampilkan gigi sambil menengok ke arah Pam. Selalu pengantin baru yang kena sasaran. Pasti.
Pam memimpin doa sebelum sarapan dimulai. Setelahnya mereka mulai menyantap makanan yang sudah terhidang sedari tadi.
"Makanannya sama semua ya?" bisik Pam pada Ami.
"Iya kayaknya, Mas."
"Gak bisa tukeran makanan deh," ucap Pam pura-pura sedih.
Ami terkekeh. Ia menusukkan bakso menggunakan garpu lalu ia sodorkan ke arah Pam.
"Apa ini?"
"Bakso, enak loh, Mas. Kayaknya di piring kamu gak ada baksonya."
Pam memakan suapan dari Ami. "Iya, enak."
Tiba-tiba ada seseorang yang berdeham keras. "Lancar ya Bu suap-suapannya." kata Ebri yang melihat adegan Pam dan Ami tadi.
"Bri, lo liat aja lagi, heran." ujar Ami.
"Gak pa-pa Bri pantau aja terus. Gue dukung lo pokoknya." ucap Raden.
"Mas, gue ada salah apa sih sama lo." kata Pam.
Semua orang tertawa. "Gak ada yang salah, Pam. Ini cuma guyonan aja toh biar rame." celetuk Henny.
"Lanjutkan aja deh, bro-bro sekalian." kata Pam pasrah membuat mereka yang mendengar tertawa terbahak.
"Ngomong-ngomong, gimana nih malam pertamanya? Seru?" tanya Tia.
Mendengar itu membuat Ami tersedak dan terbatuk. Pam langsung memberikan minum pada istrinya itu dan mengusap-usap punggung Ami pelan.
"Aduh, Mama." keluh Ami.
"Seru banget kok, Ma." jawab Pam.
"WAH PAM SUDAH TIDAK PERJAKA LAGI, PEMIRSA."
Langsung heboh semua.
"Pantes bangun paling siang, ternyata kecapekan abis tempur."
"Gila lo, Pam. Keren."
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Is Bright
FanfictionMenikah dengan seorang musisi? Its my dream, Mas! Not her! • Sumber Cover : Canva💙