24. ngidam

273 15 0
                                    

Pam dan Ami telah sampai di kediaman Yusuf dan Henny. Mengingat saat baru saja sampai di bandara Soekarno-Hatta, Pam ditelepon oleh Henny agar pulangnya langsung ke rumah mama tercintanya itu.

"Halo, Pam? Nanti pulangnya langsung ke rumah Mama ya, nak. Mama gak sabar banget mau ketemu sama Ami. Ah, senangnya hati Mama, sayang."

"Iya, Mom. Pam sama Ami langsung meluncur ke rumah nih, sabar ya."

"Kalo bisa kalian nginep ya. Pokoknya sampe lahiran kalian harus nginep di rumah, Mama gak mau tau."

"Aduh, Mamaaa. Iya-iya deh, ngobrolnya dilanjut nanti aja ya kalo kita udah sampe rumah. Ini lagi sibuk ngurusin barang-barang nih."

"Oh, iya oke, sayang. Hati-hati di jalan ya. Jaga baik-baik menantu sama cucu Mama."

"Hm..."

Kira-kira seperti itulah percakapan Pam dan Henny saat bertelepon tadi. Pam hanya bisa menurut saja dengan perkataan sang mama.

Kini sekeluarga tengah berkumpul di ruang tengah. Menyambut kedatangan Pam dan Ami dan tentunya untuk membahas kehamilan sang menantu dari anak terakhir Yusuf dan Henny.

"Kalo gitu aku pulang dulu ya mau ambil baju-baju," ucap Pam pada semuanya.

"Mas - "

"Ami gak usah ikut ya, kamu tunggu di sini aja sama kita-kita. Nanti kamu kecapekan kalo bolak-balik. Ya, sayang?" Baru saja Ami ingin berbicara, namun sudah dipotong lebih dulu oleh mama mertuanya.

Huft, baiklah.

Ami hanya mengangguk lesu. "Jangan lama ya, Mas."

"Aduh, biasalah ya bumil gak mau ditinggal lama-lama sama misua." Celetuk Tania.

"Misua apaan tuh?" Tanya Yusuf kebingungan.

"Misua itu suami, Pa." Jawab Nida sambil terkekeh. Yusuf hanya ber-oh-ria dengan panjang.

Pam yang diperintahkan agar tidak berlama-lama di rumah hanya terkekeh gemas sambil menatap wajah sang isteri. "Iya, sayang. Mas gak lama kok, cuma ambil baju aja terus balik lagi ke sini."

"Aduduhhh, gemas ya, Bund." Goda Nida dan Tania yang membuat semua orang yang ada di sana tertawa.

"Ya udah kalo gitu Ma, Pa. Pam pulang dulu, nitip Ami ya semuanya." Pamit Pam pada semuanya.

"Ya elah, Pam. Cuma balik bentar doang segala nitip-nitip," ujar Raden sambil tertawa.

"Wajar toh, Mas." Bela Henny.

Setelah pamit, Pam langsung keluar rumah dan masuk ke dalam mobil lalu ia segera meluncur menuju rumahnya untuk mengambil perlengkapan untuk dirinya dan Ami, seperti pakaian, alat mandi, dan yang lainnya.

"Ngomong-ngomong Mama Tia dan Ayah udah tau kabar ini, Mi?" Tanya Henny pada Ami.

"Udah tau kok, Ma. Kemaren Mas Pam abis telepon Mama langsung ngabarin Mama Tia. Terus katanya hari ini mau ke sini,"

"Oalah... Jam berapa ke sininya, nak?"

"Kayaknya abis Dzuhur deh Ma baru berangkat,"

"Ya sudah kalo gitu. Kamu mau ke kamar dulu buat istirahat? Takutnya badanmu pegal-pegal abis perjalanan jauh,"

"Boleh, Ma. Aku ke kamar dulu ya Ma, Pa, Mas, Mbak semuanya." Izin Ami pada semuanya.

"Ayo, Mama anterin."

"Eh, gak usah gak pa-pa kok, Ma. Aku bisa sendiri,"

"Enggak ah, Mama takut kamu kenapa-napa. Pokoknya Mama mau anterin kamu sampe kamu duduk di atas kasur."

Future Is BrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang