29. tawaran kuliah

162 10 3
                                    

Today is time to quality time with little family. Pukul setengah lima pagi Ami terbangun lalu ia segera membangunkan sang suami untuk melaksanakan ibadah solat Subuh.

"Daddyyy, bangun yuk. Kita solat Subuh berjamaah seperti biasa," Ami menepuk-nepuk pipi Pam dengan pelan dan tentunya dengan suara yang kecil agar Qian tidak terbangun.

Perlahan mata Pam terbuka. Ia mengucek matanya sambil melihat ke arah jam dinding.  "Yes, Mommy." Ucap Pam dengan suara serak khas bangun tidur.

Ami lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi untuk buang air kecil lalu mengambil wudhu di tempat berbeda. Setelah itu disusul oleh Pam.

Beberapa menit kemudian, keduanya sudah selesai melaksanakan ibadah. Ami mencium tangan Pam dan Pam mengecup kening Ami. Setelahnya mereka sama-sama berdoa kepada yang Maha Kuasa.

"Hari ini mau sarapan apa, Daddy?" Tanya Ami pada Pam sembari merapikan alat solatnya.

"Mommy mau masak atau beli?" Pam balik tanya pada Ami sambil melipat sajadahnya dengan peci yang masih terpasang di kepala.

"Mommy mau masak aja deh, Daddy."

"Yowis, Daddy mau sarapan spaghetti ya."

"Okay, Daddy. Kalo Mommy mau sarapan sandwich aja deh,"

Ya, Pam dan Ami memang suka stok makanan ala-ala orang luar negeri di kulkas. Jadi, jangan heran jika mereka ingin sarapan dengan spaghetti dan sandwich. Namun, berbeda jika Ami membeli sarapan di tempat yang jualan gorengan dan segala macam yang berada di dekat komplek rumah. Mungkin Pam dan Ami akan sarapan dengan nasi uduk atau lontong sayur dan semacamnya.

"Mommy mau dibantuin gak sama Daddy?" Tawar Pam.

"Mau dong. Daddy tolong bikinin makanan buat Qian yaaa," jawab Ami sambil berjalan menuju dapur.

"Okay, Mommy!" Pam masih berada di dalam kamar. Ia sedang mengecek keadaan Qian yang masih tertidur pulas di dalam box bayi. Pam tersenyum melihat anak bayinya itu, merasa tidak menyangka bahwa ia sudah memiliki seorang anak dan sudah menjadi seorang ayah sekarang.

Ami sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya, yaitu membuat spaghetti dan sandwich. Sedangkan, Pam sedang sibuk berkutat membuat bubur sereal untuk Qian. Indahnya bekerja sama antara suami dan isteri.

"Mommy, sereal Qian udah pas belum manisnya?" Tanya Pam sambil mengaduk sereal.

Ami berjalan mendekat ke arah Pam. Lalu, ia menerima suapan dari Pam berupa sereal Qian. "Hm, udah pas, Daddy. Manis kayak Mommy," Ami tertawa. "Mas, udahan yuk Mommy-Daddynya. Berasa lagi syuting deh,"

Pam ikut tertawa. "Siapa yang duluan? Kamu 'kan?"

Ami tertawa kencang, lalu kembali ke tempat semula untuk melanjutkan proses memasaknya. Tak lupa, Pam selalu mengabadikan momennya bersama Ami dan Qian. Kapanpun dan di manapun. Hingga banyak penggemar Pam selalu memenuhi permintaan Direct Message dan komentar di postingannya. Para penggemar Pam sangat memberikan komentar positif kepada keluarga kecilnya.

"Jangan kenceng-kenceng Mommy ketawanya, nanti Qian bangun loh." Peringat Pam sambil bercanda.

Ami menoleh ke kanan, ke arah Pam. "Mas!" Ia sedikit sebal karena Pam masih memanggilnya dengan sebutan 'mommy'. Namun, Ami juga tertawa kecil walaupun tadi sempat melotot.

Pam tertawa. "Peace, sayang."

"Oh iya, minumnya mau apa nih? Coffee, milk, or tea? Asik, udah kayak di kafe aja." Ami tertawa lagi.

Pagi yang sangat receh.

"Eumm, saya mau milk aja deh, Mbak. Soalnya kalo pesen coffee nanti saya dimarahin istri saya," rupanya Pam memulai drama lagi. Baik, akan Ami ladeni.

Future Is BrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang