7. first night

788 47 0
                                    

Resepsi di hotel, malamnya pasti menginap juga di hotel. Mereka menempati sebuah kamar berjenis suite room. Selesai acara resepsi, baik keluarga Pam dan Ami segera masuk ke dalam kamar masing-masing. Semua biaya ditanggung oleh Pam.

Saat ini Pam dan Ami sudah berada di dalam kamar. Berada di dalam kamar yang sama dan berada di dalam ruangan yang sama seperti ini rasanya seperti mimpi. Seperti tidak nyata. Ami masih merasa tidak menyangka sekali. Benar-benar di luar dugaannya.

Ami duduk di atas kasur. Ia membuka high heelsnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang banyak ditaburi bunga berbentuk hati itu. Kakinya terasa sangat sakit dan tubuhnya terasa pegal-pegal.

"Ganti baju dulu, Dek." Ucap Pam yang sedang membuka satu persatu aksesoris yang dipakai, seperti jam tangan, sepatu, dan jasnya.

Dipanggil seperti itu membuat Ami menoleh ke arah Pam. Padahal belum sempat memejamkan matanya walaupun sekejap.

"Apa? Barusan Mas Pam panggil aku apa?" Ami mendudukkan diri.

Pam tersenyum sambil mulai membuka satu persatu kancing kemeja putihnya. "Apa coba?"

"Mas, mau ngapain!?" Ami terkejut ketika ia melihat Pam sudah membuka kemejanya, memperlihatkan dada bidang Pam yang berbulu itu.

Ami bangkit dan berjalan ke arah meja rias. Ia duduk di bangku rias dan mulai berkaca diri.

"Mas mandi duluan ya, kamu buka-bukain aja dulu itu aksesorisnya. Kalo susah nanti aja sama Mas bantuin abis Mas mandi." Pam masuk ke dalam kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya menggunakan air hangat.

Ami terkaget-kaget mendengar perubahan panggilan dari Pam. "Mas-Adek? Hah?" Keningnya berkerut lalu sedetik kemudian Ami tersenyum malu.

Ami sudah membuka aksesoris yang berada di atas kepalanya itu. Sekarang hanya menyisakan hijab dan gaunnya. Ami masih malu untuk membuka hijabnya itu di hadapan Pam.

Tak lama, Pam keluar dari dalam kamar mandi sambil menggosok-gosokkan rambut basahnya itu menggunakan handuk kecil. Bagian tubuh atasnya terekspos begitu saja. Pam hanya memakai handuk setengah badan. Dan itu membuat Ami harus menutup kedua matanya karena malu.

Pam yang melihat wajah Ami langsung tersenyum meringis. "Mas lupa bawa baju," Pam terkekeh. "Gak pa-pa kali, Dek. Buka aja matanya. Kita udah halal ini." Ucap Pam dengan santainya.

Ami membuka matanya perlahan dan mengerjap beberapa kali. "Aku belum terbiasa Mas, maklum."

"Nanti juga terbiasa kok," lalu Pam masuk kembali ke dalam kamar mandi untuk memakai baju di dalam sana.

Ami berpindah tempat duduk menjadi ke tempat semula ia pertama kali duduk. Di atas kasur. Kedua tangannya berada di sisi tubuhnya. Ia menatap ke arah kakinya.

Pam yang baru saja selesai memakai baju, melihat ke arah Ami yang masih gitu-gitu saja. "Kamu gak mau mandi? Atau mau Mas mandiin?"

"Ih, Mas Pammm!" Pam tertawa.

"Abisnya dari tadi kok gak ada perubahan. Kamu capek 'kan? Gak mau istirahat?"

"Bentar dulu, Mas." Rengek Ami.

Pam duduk di sebelah Ami. "Kenapa, Dek Ami?" Tanya Pam dengan lembut.

"Mas Pam kayaknya sengaja banget ngegodain aku," Pam tertawa lagi.

"Sekarang aku manggil kamu pake sebutan 'Dek' ya? Biar lebih kerasa vibes suami-istrinya gitu lho,"

Ami tersenyum menatap Pam dari samping. "Oke."

"Ya udah, sekarang mau ngapain?"

Sungguh, pertanyaan Pam membuat Ami ambigu.

"Aku malu Mas buat buka hijabnya..." ringis Ami.

Future Is BrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang