Pam sedang asyik bermain play station di rumahnya. Hanya seorang diri, tidak ditemani oleh teman-temannya. Mau ngajak Ami, tapi isterinya itu sedang serius nonton tayangan yang ada di televisi. Sedang seru-serunya katanya. Jadilah, ia main sendiri sambil menyelipkan sebatang rokok yang menyala di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.
Ruangannya dekat dengan ruang televisi, bisa disebut satu ruangan hanya tersekat oleh pembatas saja jadi Ami bisa mencium bau asap rokok milik Pam. Kalian harus tahu bahwa Ami sangat amat teramat tidak suka dengan bau asap rokok. Baunya bikin sesak.
Seketika Ami teringat dengan ucapan Mama-nya beberapa tahun yang lalu. "Jangan terlalu benci sama cowok yang ngerokok, nanti dapetnya malah yang perokok kayak Mama." 'Dapet' maksudnya adalah dapat jodoh. Dan benar saja ternyata. Ami mendapatkan suami yang merokok, yaitu Pam.
Karena Ami merasa terganggu dengan asap rokok tersebut, ia mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya dan segera menegur Pam.
"Maaas, bau rokok ih!"
Pam yang sedang mengembuskan asap rokoknya dari dalam mulut mau tak mau mematikan rokok yang masih agak panjang itu. Ia menghentikan permainannya lalu menyesap kopi caramel kesukaannya yang sudah mulai dingin.
"Iya-iya... Maaf deh," Pam mendudukkan diri di sebelah kanan Ami yang sedang menutupi hidung dan mulutnya menggunakan kaus yang kini ia pakai.
"Sana jangan deket-deket!" Ami menggeserkan tubuh dari Pam.
Pam mengerucutkan bibir. "Yahhh, kok gitu sih..." Pam mendekat ke arah Ami lalu mencium pelipis isteri kesayangannya itu.
"Jangan cium-ciuuum, bibir kamu bau rokok aku gak suka!"
"Iya deh iyaaa, nih aku makan permen nih." Pam memakan sebuah permen rasa mint yang kebetulan ada di atas meja.
"Pake parfum dulu sana, biar badannya gak bau rokok." suruh Ami.
"Masya Allah... Untung sayang, Dek." Pam beranjak dan segera ke kamar untuk menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhnya. Lalu, ia balik lagi ke tempat semula.
"Udah wangi nih, peluk ya?"
Ami pasrah dipeluk oleh Pam. Walaupun sebenarnya ia sangat suka ketika dipeluk Pam karena wangi tubuhnya yang membuat ia nyaman. Ami memasang wajah datar. "Mas Raden mau lho disuruh berhenti ngerokok sama Mbak Tania. Mas mau gak kalo aku suruh berhenti ngerokok juga?"
Pam mengendurkan sedikit pelukannya dan menatap wajah Ami dari dekat. "Kamu nyuruh Mas berhenti ngerokok?"
Ami mengangguk cepat. "Iya, mau ya? Gak baik Mas buat kesehatan... Lebih parah perokok pasif lho daripada perokok aktif. Kalo Mas ngerokok deket aku otomatis aku ngehirup asapnya dan aku jadi perokok pasif."
"Hmmmmm, gimana ya..." Pam tampak berpikir.
"Ya terserah sih... Kalo Mas gak mau berarti Mas gak sayang sama aku."
Pam mengernyit. "Aduh, Mas sakit perut, Dek. Mas butuh inspirasi nih, bentar ya Mas ke kamar mandi dulu." Pam mengecup pipi Ami lalu sebelum ke kamar mandi ia mengambil rokok dan korek api. Pam akan melakukan panggilan alam sambil melanjutkan merokok yang sempat tertunda tadi di dalam kamar mandi. Sambil memikirkan perintah dari sang isteri.
"Minum kopi dingin aja terosss." sindir Ami.
Setelah beberapa menit, Pam keluar dari dalam kamar mandi lalu berjalan menuju tempat tadi namun ia berpapasan dengan Ami yang sedang berjalan menuju kamar mandi.
"Mau ngapain, Dek?"
"Pipis, kenapa? Mau ikut?"
"Ikut dooong,"
"Heu, salah aku nanya kayak gitu."
Pam cengengesan sambil melihat Ami yang sebentar lagi sampai di kamar mandi.
Dan...
"MAS PAAAM JANGAN NGEROKOK DI KAMAR MANDI ASEPNYA NGEBUL INI BAU BANGET, PUNTUNGNYA GAK DIBUANG LAGI! KALO GOTNYA JADI MAMPET GIMANA, GARA-GARA MAS PAM POKOKNYA." teriak Ami di dalam kamar mandi ketika mencium bau rokok yang sangat menyerbak indra penciuman dan melihat ada puntung rokok di dekat saluran air. Ami segera membuang puntung rokok tersebut ke dalam tempat sampah yang tersedia di kamar mandi. Pintunya belum ia tutup, namun saat Ami menutup pintu dan melihat ke arah sofa, tidak ada Pam di sana.
Ya, Pam langsung kabur sambil terkekeh ke halaman belakang rumahnya saat mendengar teriakan Ami yang menggelegar barusan.
Ami berjalan menuju halaman belakang rumah untuk menghampiri Pam yang sedang minum. Entah minum apa.
"Minum apa tuh? Kopi lagi? Lambungmu itu lho, Mas... Ya Allah." Ami mendudukkan diri di samping Pam.
Pam menunjukkan isi gelas ke Ami. "Air putih, Dek... Ya Allah..."
"Oh, air putih. Iya gitu dong banyakin minum air putih dari pada kopi, lebih sehat."
Keduanya menatap ke sekeliling, di sini terlihat hijau. Banyak tanaman berwarna hijau, menyegarkan mata dan membuat oksigen yang sehat untuk dihirup.
"Jangan suudzon mulu makanya sama suami,"
"Iya-iya, maaf, Mas-kuuu." Ami memeluk Pam dari samping. Menempelkan kepalanya di atas dada bidang Pam.
"Tumben gelendotan begini, lagi dapet ya? Atau ada maunya nih pasti," tangan Pam diletakkan di atas punggung Ami. Sesekali ia usap dengan lembut.
"Iyalah, buat ngerayu Mas Pam biar berhenti ngerokok."
"Susah, Dek... Asli deh,"
"Ya belajar dong, Mas. Sedikit-sedikit kurangin. Itu buktinya Mas Raden aja bisa, masa Mas gak bisa?"
"Katanya harus ada gantinya," kata Pam.
"Apa? Permen?"
"Iya banyak yang bilang gitu sih,"
Ami seketika terpikirkan sesuatu, lantas ia tersenyum-senyum tidak jelas. Raut wajahnya itu ketahuan oleh Pam. Membuat Pam dibuat kebingungan.
"Ih, kamu kenapa senyum-senyum begitu? Mikirin apa hayooo," Pam ikut tersenyum ketika melihat wajah Ami yang semakin terlihat manis.
"Aku kepikiran, gimana... kalo Mas berhenti ngerokok dan sebagai gantinya... setiap Mas lagi kepengen ngerokok, Mas boleh cium aku."
Pam sedikit tersentak akan penuturan Ami barusan. Perlahan, senyumnya mengembang.
"I can kiss you whenever I want? Without a question 'can I kiss you on your neck?' like in the Higher Than Ever lyrics? On your lips? Really? Seriously? Are you kidding me, Ami?"
"Maaas, gak bisa bahasa enggresss."
"Bullshit, you know what I mean, Dek."
"Yash, I'm really seriously and I'm not kid-"
Ucapan Ami terhenti karena tiba-tiba saja Pam mencium bibirnya.
Setelah selama 1 menit mereka berciuman, keduanya saling menatap dengan tatapan yang sangat dalam dan penuh cinta ditambah senyuman yang sama-sama tulus dari hati.
"I love you, I want you, I need you to the bone and to the moon and back." bisik Pam tepat di samping telinga Ami.
"Me too..."
"Setelah ini, bibir kamu bakal jadi candu buat aku, Dek."
Ami jadi tahu apa saja kebiasaan Pam ketika di rumah. Ami juga jadi tahu ternyata Pam memang sebucin itu jika sudah suka, sayang, dan cinta sama pasangannya. Pam akan menjadi agresif seketika, menjadi protektif seketika, menjadi posesif seketika, jadi melakukan hal sesukanya, dan hal itu membuat Ami jadi semakin cinta dan mengidolakan Pam. Sang idola sekaligus suami tersayang, terkasih, dan tercinta.
Ada langit, tumbuhan, burung, dan Tuhan yang menyaksikan adegan mereka berdua barusan.
Lihat saja, habis ini Pam pasti akan sering mencium Ami setiap saat setiap waktu.
•••
Vote comment yuk nanti dapet cium dari mas pam🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Is Bright
FanfictionMenikah dengan seorang musisi? Its my dream, Mas! Not her! • Sumber Cover : Canva💙