Ami berjalan menyusuri trotoar. Sebentar lagi ia akan sampai di depan hotel tempatnya bekerja. Jantungnya sangat berdegup cepat. Rasanya sakit perut seperti ingin buang air besar. Tangan keringat dingin dan pastinya gugup.
Mata Ami menatap ke arah bawah. Kakinya terus bergerak ke depan. Saat ia memberanikan diri untuk menatap ke arah depan, ia melihat sesosok lelaki memakai topi hitam dan kacamata sedang berdiri bersandar di sebuah dinding.
Ah, ternyata Mas Pam nungguin gue...
Segaris senyuman melengkung di bibir Ami. Senang rasanya walaupun masih takut untuk menemui Pam dengan cara disengaja.
Pam menolehkan kepalanya ke arah kanan. Terlihat Ami yang sedang berjalan sambil menunduk.
Saat sudah dekat, Pam berjalan ke arah Ami untuk menghadang perempuan itu. Dan...
Dug.
Tubuh Ami menubruk tubuh Pam. Ami sontak terkejut dan menatap siapa orang yang ada di hadapannya saat ini.
"Kalo jalan jangan nunduk, Mbak Ami." Ucap Pam. Tangannya dimasukkan ke dalam kantung celana jeansnya yang berwarna hitam.
"Mas Pam," Ami terkekeh. Ia tersenyum. "Iya, Mas."
"Tunggu di sini sebentar ya, Mbak. Saya ambil mobil dulu." Ujar Pam.
Ami mengangguk. "Oh, iya, Mas."
Ini gue bakal naik mobilnya Mas Pam? Cuma berdua aja? Seriusan?
Tak lama, sebuah mobil berwarna putih terlihat keluar dari dalam hotel. Itu Pam. Ia membuka kaca jendela mobilnya dan memperlihatkan wajah manisnya.
"Ayo masuk, Mbak." Ajak Pam dengan ramah.
"Ah, iya, Mas."
Ami berjalan mendekat ke arah mobil Pam dan segera masuk ke dalamnya.
"Pake seatbelt-nya dulu, Mbak, biar aman."
"Iya,"
Selesai memakai seatbelt, Ami menatap ke arah depan. Ia bingung akan ke mana arah tujuan dirinya dan Pam sekarang.
"Dari tadi jawabnya iya terus, Mbak. Gak ada kata lain?" Pam tertawa kecil.
Ami terkekeh. "Jawab apa lagi dong?"
"Apa gitu..."
Ami berdeham. "Mas, ini kita mau ke mana ya?"
"Bintaro,"
"Okey."
Jujur, tempat tujuan mereka saat ini adalah saran dari teman-teman Pam. Karena yang mengajak ketemuan dengan Ami juga itu saran dari mereka. Tapi memang di sana adalah tempat nongkrong Pam dan teman-temannya.
Dan juga, sejujurnya Pam tidak tahu mau apa nanti di sana. Akan membicarakan apa, melakukan apa, dan sebagainya. Bertemu orang asing dan mengajak nongkrong berdua itu sungguh membingungkan. Itu yang dirasakan Pam saat ini.
Di sepanjang perjalanan, tak ada yang membuka pembicaraan satu pun. Yang terdengar di dalam mobil hanyalah lagu Pam. Dan Ami sangat menahan akan hal itu untuk tidak bernyanyi dengan bar-bar. Gatal sekali rasanya.
"Emh, Mas Pam gak ngerokok?" Tanya Ami.
Pam menggeleng sekali. "Enggak. Saya kalo lagi sama cewek gak ngerokok."
Mas Pam se-menghargai itu ya sama cewek. Batin Ami. Ia melengkungkan bibir mungilnya ke atas.
Ami mengangguk mengerti. "Oww, okey."
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Is Bright
FanfictionMenikah dengan seorang musisi? Its my dream, Mas! Not her! • Sumber Cover : Canva💙