s e v e n

56 6 0
                                    

Marco

Gue sampai di rumah hampir jam tujuh malam. Nyokap seperti biasa sudah selesai masak makan malam, dan adik gue, Ririn lagi sibuk-sibuknya ngerjain soal latihan UN. Konon katanya, dia mau masuk sekolah negeri aja, biar peluang masuk PTN-nya lebih besar ketimbang swasta kayak gue.

"Belajar terus sampe mampus!!" gue nyeletuk seenaknya di depan Ririn.

"Mama!! Marco ganggu mulu nih!"

"Gegayaan sih pengen masuk negeri segala lu..."

"Ya udah sih Marc, biarin Ririn yang milih! Ganti baju sekalian mandi dulu sana. Baru kita makan habis ini. Papa udah pulang tuh!"

Pas sekali hari ini Papa pulang tepat di jam makan malam. Biasanya, Papa pulang nggak menentu. Kadang jam sembilan, kadang jam sebelas, kadang lewat tengah malam, bahkan pernah juga Papa baru pulang subuh. Lalu, jam setengah sembilan sudah harus pergi lagi ke kantornya.

"Eh... Anak Ganteng Papa belom mandi?" tanyanya, "Rin, belajarnya udahan dulu ya habis Papa sama Marco mandi. Biar kita makan malam bareng."

Ririn pun mengangguk dengan seulas senyuman.

Aku dan Papa pergi mandi. Papa mandi di lantai bawah, karena kamarnya di bawah. Sedangkan aku mandi di atas, di kamar mandi yang berada persis di sebelah kamarku.

Rutinitas makan malam begini jarang-jarang kami lakukan lagi sekarang semenjak Papa menjadi arsitek senior di kantornya. Beruntungnya, Mama tidak mengeluhkan waktu kerja Papa yang berubah banyak, dan membuat waktunya di rumah untuk keluarga semakin sedikit. Justru, sebuah keuntungan juga Papa menjadi arsitek senior, karena kini gajinya lebih besar lagi dari sebelumnya.

Mama tidak lagi bekerja sejak Ririn lahir. Memilih untuk mengurus rumah dan anaknya sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga membuatnya untuk berhenti bekerja. Jadilah aku dan Ririn sangat jarang jajan di luar. Kami selalu bawa bekal ke sekolah, makan masakan Mama di rumah ataupun di sekolah.

Waktu Dinda ngajak gue makan di McD sepulang latihan di gerejanya itu...

Kali pertama di SMA gue makan di sana sama orang lain. Biasanya kalo makan-makan fast food itu cuma kalau Mama lagi sakit aja, dan enggak bisa masak. Karena buat gue, masakan nyokap gue jauh lebih enak juga dibandingkan restoran franchise manapun.

Seperti hari ini, masakannya enak-walaupun cuma sop ayam, tahu dan tempe goreng dan kerupuk yang digoreng. Rasanya udah lebih dari enak.

"Marco, kamu lomba tanggal berapa?" tanya Papa. "Hari Sabtu bukan?"

Gue mengangguk. "Tanggal 7 Pa."

"Papa bisa ikut nonton kalau gitu! Mama sama Ririn ikut juga. Penasaran banget Papa sama cewek yang duet piano sama Marco."

"Oh iya! Bener tuh, Mama sampe lupa Gamal pernah minta Mama buat bikinin dua bekal. Buat cewek itu ya Marc?" goda Mama sekarang sambil mesam-mesem gitu. "Mama kaget loh hari itu kamu tiba-toba minta dua bekal."

"Ciye... ada yang udah enggak malu-malu kucing nih," timpal Ririn.

Emang dasar keluarga gue iseng banget.

"Yee... siapa bilang? Mana aku suka sama Dinda?"

"Oh, jadi namanya Dinda tuh Ma!" sahut Ririn sambil tertawa renyah. "Namanya sih manis Marc. Orangnya manis enggak?"

Something WonderfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang