n i n e

47 5 0
                                    

Gamal

Praktikum kimia gue hari ini cukup menarik. Entah larutan-larutan apa saja yang tadi gue masukkan ke dalam beaker glass, sebelum aku pindahkan ke dalam test tube yang sudah mengantre di tangan Tito yang udah gemetaran karena habis itu dia harus menjepit test tube untuk dipanaskan di atas spiritus.

"Gue ingetin ya Tit, lo pelan-pelan aja pas manasin," kata gue.

"Tit, Tit. Nama gue Tito! Kenapa sih menggalnya enggak enak banget lu?"

"Kalo nama lo Toto, kita manggilnya Tot dong," timpal Oliver. "Ben, nyalain spiritusnya!"

Bisa dibilang, praktikum kimia hari ini memang menyenangkan—seharusnya. Kalau saja, tiga menit setelah test tube yang dijepit Tito dengan penjepit untuk dipanaskan di atas spiritus itu tidak...

Swoosh!

"AAAAAAHHHH PANASSS!" jerit Tito.

Oke, di bagian ini Tito memang keliatan ngondek banget ya guys.

"Cepat bawa ke UKS!" seru Pak Bernard, guru kimia kami. "Kalian enggak sadar yang kalian pakai itu cairan korosif?"

"Korosif?" ulang Patrick.

Tito buru-buru digendong Ben, setelah kita sadar cairan korosif bisa membuat tangannya Tito bolong.

"AAAHHH!" dia menjerit sepanjang lorong lantai satu, membuat kami jadi pusat perhatian beberapa anak SMP yang sedang berada di tengah taman sekolah.

Ini menjadi hari yang benar-benar sial.

Karena setelahnya, Tito kami antar ke rumah sakit, dan tangannya kanannya benar-benar rusak parah. Dokter bilang dia bisa mendapatkan operasi plastik untuk memperbaiki struktur kulit tangannya saat lukanya sudah lebih baik.

"Temen kalian itu masih beruntung karena tadi langsung ditangani sama suster di sekolah kan?" kata dokter UGD yang menangani Tito, "Nanti lukanya bisa sembuh. Kalau sudah kering, bisa dioperasi biar ganteng lagi tangannya ya. Kurang lebih tiga bulan lagi."

Tiga bulan lagi?

Tapi bulan depan udah Garuda CUP!

Melihat sahabat sendiri kesakitan karena kecerobohan saat praktikum, membuat gue merasa sangat buruk.

Tapi yang lebih buruk lagi dari sahabat sendiri terluka waktu melakukan praktikum adalah, nilai praktikum kimia yang paling gue tunggu-tunggu di suspend sama Pak Bernard. Sebagai gantinya, satu kelompok kami diminta untuk mencuci alat-alat laboratorium saat jam ekskul. Sedih bukan?

---

"Oke Coach," kata gue ke Coach Gandi. Dia memang pelatih tim basket sekolah ini. Dari zaman gue masih SD gue udah kenal Coach Gandi, dan memang Coach Gandi-lah yang membuat gue tetap bertahan main basket, selain karena gue memang jatuh cinta dengan basket sejak kelas 3 SD.

"Kalo gitu kita harus ganti Tito ya buat Garuda CUP. Enggak mungkin kita pakai Tito center juga. Biar Mike aja yang gantiin Tito. Kamu cuci alat lab dulu sana. Kalau udah suruh anak-anak yang lain ke sini. Nanti kita lanjut lagi setelah jam pulang sekolah sampai jam enam."

Gue manggut-manggut lalu permisi untuk ke lab kimia lagi.

Patrick, Oliver dan Ben sudah mulai bersih-bersih meja lab, meletakkan beberapa spiritus ke tempatnya lagi, dan gue kebagian buat cuci test tube bekas pakai anak-anak.

"Ini sih namanya kerja bakti," keluh Ben, "Coba Tito tadi enggak aneh-aneh. Sekarang lagi diteriakin cewek-cewek di lapangan kali kita semua..."

"Yeh... Itu mah emang lo aja yang pengen show off mulu di depan anak-anak SMP yang ambil ekskul basket," komentar Oliver.

Something WonderfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang