(Halo. Jangan lupa vote dan masukkan cerita ini ke library kalian ya. Lagu yang saya sematkan di bab ini adalah lagu SYML yang berjudul Better. Pas dengarin ini langsung klik, kurang lebih seperti itulah perasaan Gama saat bertemu Runi.)
Runi menunggu dengan gelisah. Entah kenapa hatinya terasa resah. Sikap Gama membuatnya bingung. Lelaki itu memang berjanji akan segera kembali ke kantor setelah makan siang, tapi ada sesuatu yang terasa berbeda. Larik pesan yang dikirimkan Gama terkesan begitu dingin dan to the point, tidak ramah seperti biasanya.
"Sorry, Run. Nunggu lama ya?" Lelaki jangkung itu telah berdiri di depan Runi.
Runi menggeleng pelan. "Enggak kok, Mas. Mas Gama sudah selesai makan?"
Lelaki itu mengangguk, tidak berbasa-basi menanyakan apakah Runi telah makan siang seperti biasanya. Kini, Runi yakin, Gama memang sengaja menjaga jarak darinya.
"Kita bicara di meeting room aja. Kebetulan memang ada yang mau aku omongin sama kamu," cetus Gama sambil melangkah menuju salah satu ruang kaca yang memang disediakan untuk bertemu klien. Runi mengikuti di belakangnya.
Sekuat tenaga Gama menahan diri untuk mempertahankan sikap dingin di hadapan Runi. Biarlah gadis itu marah dan membencinya. Hal itu akan membuatnya lebih mudah melepaskan Runi.
Setelah Gama menyalakan pendingin ruangan, mereka berdua menarik kursi lalu duduk berhadapan. Runi memerhatikan wajah Gama yang tak tersenyum sejak menyapanya tadi. Gadis itu sibuk memikirkan apa yang membuat sang editor marah padanya. Benarkah perubahan sikap Gama ada kaitannya dengan Kenar?
"Menurut Mas Gama outline buat season 3 yang kukirim kemarin gimana?" Runi memecah hening yang menyelimuti ruangan itu.
"Sudah kubalas di email kan. Sejauh ini sih menurutku sudah bagus," jawab Gama dengan nada datar.
"Enggak ada kritik atau saran?"
Gama menggeleng.
"Tapi aku masih bingung terkait desain karakter barunya. Konsep yang kemarin kukirim kayaknya masih terlalu biasa. Tambahin ciri khas apa ya, Mas, biar unik?"
"Nanti kamu bisa diskusikan dengan editor baru kamu."
Pernyataan Gama membuat Runi tergemap. Gadis itu menatap Gama dengan wajah bingung. "Editor baru? Maksud Mas Gama gimana?"
"Aku ditawarin pindah ke Korea. Orang-orang kantor pusat pingin memperbanyak jumlah komik Indonesia yang diterjemahin ke bahasa Korea ataupun bahasa asing lainnya. Mereka butuh perwakilan dari Indonesia untuk ngasih pendapat komik mana yang kira-kira diminati pembaca dari negara lain," jelas Gama. Beban di pundaknya terasa lebih berat ketika menyampaikan berita itu pada Runi.
"Kenapa baru ngasih tahu aku sekarang?"
Sorot mata Runi yang tajam seolah mencacah hati Gama. Rasa bersalah yang dirasakan lelaki itu semakin menjadi-jadi.
"Karena kemarin-kemarin masih belum fix. Aku berencana ngasih tahu kamu begitu perusahaan menunjuk editor baru buat kamu, tapi karena kamu sudah telanjur ke sini, jadi sekalian saja kukasih tahu sekarang," papar Gama sambil menghindar dari tatapan Runi.
"Enggak bisa ngabarin aku dulu? Sebegitu rahasianya kah sampai aku enggak boleh tahu lebih dulu?"
Gama tak menjawab. Dadanya terasa sesak ketika melihat raut kecewa Runi. Jelas sekali bahwa gadis itu kecewa padanya.
"Ke-kenapa aku ngerasa Mas Gama seperti sengaja menghindari aku sih? Salahku apa, Mas? Kalau aku ada salah kasih tahu aja. Apa karena aku sering kirim draft mepet deadline atau karena aku sering ngerepotin Mas Gama?" Runi memilin ujung jilbabnya. Tiba-tiba saja dia takut kehilangan. Membayangkan Gama pergi sungguh menyesakkan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Cinta Arunika (Tamat)
RomanceArunika Dahayu, gadis dengan tawa sehangat matahari pagi. Gama Fareza, pria dengan sorot mata secemerlang bintang. Kenar Andaru, lelaki dengan senyum seteduh bulan purnama. Takdir membelit kisah mereka dalam jalinan cerita yang entah hendak dibaw...