"Kesalahan mu karena telah hadir di dunia ini!" —mysterious person
Shifwa berusaha keras memejamkan matanya untuk tertidur, namun usahanya sangat sia-sia. Ia masih memikirkan kejadian hari ini.
“Apa gue akan terus-terusan kayak gini?” gumamnya tersenyum miris sambil menatap langit-langit.
Prang!
Shifwa terpelonjat kaget saat kaca jendelanya pecah tiba-tiba. Ia langsung berteriak ketakutan memanggil Bi Uni.
“BIBIII!!” teriaknya, hampir saja ia menangis saking kaget dan takutnya.
“Ada apa, Non?!” Bi Uni tergopoh-gopoh menghampiri Shifwa dengan wajah yang sangat khawatir. Shifwa menunjuk pecahan kaca yang telah berserakan di lantai kamarnya. “Kok bisa gini, Non?”
“Shif-Shifwa gatau, tadi Shifwa mau tidur terus tiba-tiba kayak ada yang lempar batu gitu,” jelasnya dengan nada terputus-putus akibat deru napas yang belum teratur.
Bi Uni langsung lari ke balkon diikuti Shifwa. Keduanya melihat ke arah bawah dan tak menemukan siapapun. Shifwa yakin orang itu sengaja melakukannya. Namun mengapa harus kepada Shifwa?
Bi Uni berjongkok dan mengambil batu berukuran sedang yang tergeletak tak jauh dari pecahan kaca itu. Shifwa ikut memperhatikannya.
“Apa ini orang yang sama yang ngasih surat waktu di cafe sebulan yang lalu, terus yang jatuhin vas beberapa hari yang lalu juga?”
“Apa, Non?” tanya Bi Uni Karena hanya mendengar samar ucapan anak majikannya.
“Eng-enggak ada apa-apa kok Bi,” elak Shifwa.
“Non serius? Non gapapa?”
“Shifwa takut, Bi,” lirih Shifwa dengan suara bergetar. Keringat dingin membasahi telapak tangannya.
Bi Uni mengusap lembut pundak gadis itu. “Non gak usah khawatir ya, semuanya akan baik-baik aja. Bibi mau beresin ini dulu, besok bibi suruh Mang Adi untuk ganti kacanya. Non tidur aja ya? Udah malem. Kejadian hari ini gak usah dipikirin.”
“Makasih, Bi”
***Seperti biasa Shifwa berangkat ke sekolah pagi ini. Namun entah kenapa dari tadi perasaannya benar-benar tak enak. Seperti ada yang mengganjal hatinya, namun apa? Shifwa merasa aneh pada dirinya sendiri. Terlebih suasana sekolah kali ini yang bisa dibilang lebih sepi dari biasanya. Padahal sudah mau bel masuk, tapi mengapa terasa aneh bagi Shifwa. Apa mungkin hanya perasaannya saja?
***
“Arka, ada Shifwa?” tanya seorang wanita yang terlihat awet muda itu.
Ara, Arkana dan yang lainnya sedang berkumpul di depan ruang IGD. Siapa yang sakit?“Oh iya, lupa ngabarin, Tan. Biar Arka suruh Ell untuk telepon Shifwa dulu ya,” balas Arkana. Ara hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. “Ell, telepon Shifwa sekarang," perintah Arkana.
Ellina langsung menepuk jidatnya. “Kok Ell sampai lupa sihh?” tanyanya menyalahkan diri sendiri.
“Ya kan lo udah tua, makanya pikun,” ceplos Rafka mengundang darah Ellina naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIFWA
Teen FictionSepi, sunyi, senyap. "Sangat menenangkan." "Aku benci semua orang!" "Semua orang membenciku ..." "Aku ingin mati!" "Aku tidak ingin mati ..." Tentang Shifwa Drendra Viandra. Gadis yang dikelilingi banyak orang namun masih merasa sendiri sepanjang hi...