39.Sebersit Kerinduan

22 5 0
                                    

Selamat malam semua, lama banget gak nyapa kalian di lapak ini:(

Maaf aku telat up, soalnya sibuk banget nugas dan sekarang baru ada waktu luang. Di maafin ga? Maafin dongg🥺

Sebagai permintaan maaf, aku akan double up hari ini.

HAPPY READING ❤️

***

"Aku tidak bisa menjadi tameng pelindung mu lagi. Maka dari itu, kamu harus lebih kuat dari sebelumnya. Karena... King harus meninggalkan Queen-nya" —Ardhi Rasheed Sagara

"Memang salah menaruh harapan pada makhluk bernama manusia" —Shifwa Drendra Viandra


Ardhi membuka pintu UKS dengan gerakan sangat perlahan, tak ingin menimbulkan suara yang akan mengganggu gadisnya di dalam. Kepalanya celingak-celinguk memastikan tak ada siapapun yang melihatnya.

Ardhi menyusuri satu persatu bilik UKS untuk mencari keberadaan Shifwa. Dapat, gadis itu tengah tertidur pulas di bilik paling ujung. Parasnya terlihat sangat tenang bagaikan tertidur tanpa ditemani mimpi.

Ardhi menarik kursi besi dan duduk di atasnya. Ia menatap wajah Shifwa lekat dari samping, setelah itu meletakkan dua bungkus roti selai coklat dan air mineral di atas nakas yang tadi di belinya dari kantin.

Tangannya terulur berniat untuk merapikan anak rambut gadis itu yang sedikit berantakan, namun terurung dan ditarik kembali.

I miss you.” Ardhi berucap pelan namun tulus.

“Tapi aku sudah gak bisa jagain kamu lagi.”

“Aku gak bisa jadi tameng pelindung kamu lagi.”

“Aku gak bisa terus berada di sisi kamu.”

“Aku tahu, mungkin di mata kamu aku kelihatan jahat dan berengsek.”

“Maka dari itu, kamu harus lebih kuat dari sebelumnya. Karena—“ Ardhi berhenti sejenak, tenggorokannya mendadak tercekat. “King harus meninggalkan Queen-nya sendirian.” terasa berat saat mengucapkan itu, bahkan Ardhi menunduk tak kuasa menatap wajah pucat kekasihnya. Takut air matanya tumpah.

Setelah beberapa menit terdiam, Ardhi kembali menatap wajah Shifwa. Menyelami setiap pahatan sempurna di paras gadis itu. Karena Ardhi tidak tahu, akankah bisa seperti ini lagi atau tidak? Menikmati lekuk-lekuk wajah dan tubuh Shifwa lama seperti ini. Ardhi tidak tahu suatu saat akan bisa lagi atau tidak. Karena ucapannya tidak main-main, ia benar-benar akan meninggalkan Shifwa.

Ardhi tidak mau, bahkan tidak sanggup. Tapi ini yang harus ia lakukan. Ia tak ingin Bundanya terus menderita karena Rasheed selingkuh dengan Via, Mami Shifwa. Senyum hangat Bunda nya lebih berharga dari apa pun di dunia ini.

Ardhi tersenyum tipis, kemudian bangkit seraya menepuk pahanya beberapa kali. Untuk terakhir kalinya ia kembali menyelami wajah Shifwa, kemudian benar-benar pergi dari ruangan bernuansa putih dan bau obat-obatan tersebut.

Aku pergi, Shif.”

Dengan perasaan berat Ardhi membuka pintu UKS. Sebenarnya ia masih bisa mengawasi Shifwa dari jauh, namun entah kenapa kalimat tadi seperti perpisahan terakhir?

Ardhi berjalan di koridor dengan wajah yang masih babak belur, ia malas untuk mengobatinya. Namun sebagian siswi menganggap Ardhi semakin terlihat keren dengan luka memar di wajahnya, semakin macho! Gila memang para gadis Victschool.

SHIFWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang