16.Dia Datang

39 11 4
                                    

"Gapapa keras kepala, soalnya kalau lembek kepala serem!"

Oke skip, ga nyambung 😌

“Ketemu?” tanya Ellina pada yang lainnya yang sama-sama mencari Shifwa. Semuanya menggeleng membuat wajah Ellina terlihat lesu. “Gudang udah di cek?”

“Belum,” jawab Arkana menyeka keringat di dahinya, kemudian berlanjut menyugar rambut hingga semakin berantakan. Aura badboy menguar kuat dari pria berparas nyaris sempurna itu.

“Kita cari kesana sekarang juga,” ujar Ellina, siapa tau Shifwa benar ada disana.

Namun saat Ellina melangkah, Bianca mencekal pergelangannya membuat Ellina menoleh dan memasang tatapan bertanya. “Lo yakin mau cari ke gudang? Gue rasa Shifwa gak mungkin ada di tempat kayak gitu,” tahannya.

“Gue setuju sama Bii,” sahut Ghina ikut-ikutan.

“Apa salahnya kita coba?” tanya Ellina yang diangguki semua orang kecuali Bianca dan Ghina.

Tringg!!

“Udah bel masuk, Ell. Kita cari nanti aja,” saran Arkana.

“Tapi—“

“Shifwa udah gede, sayang,” ujar Arkana memiting leher kekasihnya dan menyeretnya agar mau masuk ke kelas.

“Lepasin, kang sayur!” teriak Ellina memberontak pada Arkana.

“Mana ada tukang sayur seganteng aku.” Arkana memajukan dagunya sombong.

“Ada, di FTV!”

“Ketahuan ni, pemirsa setia SCTV pasti si Ell,” kekeh Rafka geli.

“Satu untuk semua!” sahut Bambang dengan nada mengikuti slogan stasiun TV yang disebutkan Rafka itu.

Ellina berdecak sebal, menekuk bibirnya ke bawah lucu. “Jangan cemberut terus, minta dicium, hm?” tanya Arkana menggoda, membuat Ellina membulatkan matanya bahkan seperti ingin keluar dari tempatnya.

“Heh, jangan asal ngomong ya!” ancam Ellina yang masih terus berusaha melepaskan pitingan Arkana.

“Halah yang uwu mulu,” cibir Devon menoyor bagian belakang kepala Arkana, kemudian berjalan cepat meninggalkan keduanya. Ternyata kelakuan sialan Devon diikuti Rafka dan Bambang, juga Bianca dan Ghina. Benar-benar teman laknat.

“Iri bilang, babu!” teriak Arkana kencang.

“Temen kamu gada akhlak semua, Ka.”

“Apa bedanya sama temen kamu?”

“Eh iya, satu server mereka.” Ellina tertawa di akhir kalimatnya.

Di tempat lain, Shifwa masih terus berusaha keluar dari gudang kotor itu. Tadi ia sempat mendengar teriakan teman-temannya namun sayang ia tak berhasil untuk memanggil salah satu dari mereka. Shifwa mencari sesuatu yang siapa tahu biasa ia gunakan untuk membuka pintu.

Pandangan Shifwa mulai berkunang-kunang dan kepalanya terasa sangat berat. Shifwa memegangi kepalanya dan berjalan tertatih untuk mencari posisi duduk yang nyaman. “Gue kenapa lagi sih?” gerutunya sambil duduk. Shifwa teringat bahwa tadi pagi tak sempat makan apapun, pantas saja ia menjadi pusing seperti ini.

SHIFWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang