40.Berakhir?

25 5 0
                                    

Tuh beneran double up kan😗

***

"Ini semua salahku. Selamatkan Shifwa, Tuhan...." —Ellina Fannia Mahendra


Sudah lima belas menit Ellina mondar-mandir di depan televisi sambil menggigiti kukunya. Terlihat sekali wajahnya cemas, membuat Alva yang tengah menonton kartun Shinbi's House kesukaannya itu merasa kesal setengah mati dengan tingkah aneh adiknya.

Alva melempar kulit kuaci ke arah Ellina membuat gadis itu melayangkan tatapan tajam. “Minggir kek, gabut banget kayaknya. Lo ngalangin tahu, lagi seru itu.”

Ellina berdecak kesal, kemudian berjalan menghampiri Alva dan duduk di sampingnya. Mungkin jika suasana hati Ellina sedang baik, ia akan ikut menonton Shinbi's House bersama Kakaknya. Maklum, dua saudara ini memiliki hobi yang sedikit kekanakan. Menonton segala jenis kartun dan mencintainya.

“Kak,” panggil Ellina masih menggigiti kuku.

“Kayak gak mampu beli gunting kuku aja sampe digigitin gitu,” cibirnya. Tak biasanya adik semata wayangnya ini bertingkah aneh kecuali ada sesuatu yang benar-benar serius.

Bukan hanya sekarang, bahkan di sekolah saat kelas tambahan pun Ellina sudah sangat tak konsen. Menyebabkan ia ditegur beberapa kali oleh teman dan guru yang mengajar.

“Kak.”

Alva menoleh kesal ke arah Ellina. Orang satu ini selalu saja menyulut emosinya. “Apa, sih?!”

“Ell takut,” cicitnya.

Laki-laki dengan wajah yang sangat mirip dengan Ellina itu memutar bola matanya malas. “Banteng aja lo seruduk balik, apa yang ditakutin,” sahutnya enteng. Matanya masih fokus pada layar televisi.

“Ell serius!” sentak Ellina memukul lengan Alva.

Alva menepuk-nepuk lengan bekas pukulan Ellina tadi seolah menyingkirkan debu yang menempel. “Gausah pegang-pegang ya, najis!”

Ellina mengelus dada berupaya sabar menghadapi tingkah gila Kakak laki-lakinya. Jika boleh, Ellina ingin menukarkannya saja dengan barang bekas di pasar loak!

“Anterin Ell ke sekolah, ya.”

“Kenapa? Arwah lo ketinggalan disana? Pantes aneh banget gini.” Alva tergelak setelah mengucapkan kalimatnya sendiri.

“Kakak...,” rengek Ellina seperti anak kecil memasang wajah memelas. “Kali ini serius ih, jangan becanda mulu!”

“Lah siapa yang becanda.”

“Ih ayolah, Ell takut Shifwa masih di sekolah, Kak.”

Mendengar nama Shifwa yang sudah berada di list gebetannya sejak dua tahun yang lalu itu menyebabkan Alva mengalihkan atensi. Ia menatap Ellina dengan alis yang bertaut sempurna. “Segitu rajinnya ya Shifwa sampe jam segini masih di sekolah?”

Ellina kembali berdecak kesal. Sepertinya Alva sedang mabok skripsi, makanya otaknya makin sableng. Gak bener. Gila!

***

Ellina dan Alva sudah sampai di sekolah. Mereka beralasan kepada satpam penjaga bahwa ada barang Ellina yang ketinggalan, maka dari itu keduanya di perbolehkan untuk masuk ke sekolah yang sudah sangat sepi.

“Ell, lo yakin?” tanya Alva. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri, merasakan hawa horror di koridor utama Victschool. Bagaimana tidak, Alva merupakan ketua Osis di angkatannya tiga tahun yang lalu. Ia tahu semua penjuru Victschool, termasuk desas-desus makhluk halus di sekolah mereka.

SHIFWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang