17.Mau jadi mantu Bunda, ya?

43 12 4
                                    

Arkana dan yang lainnya memutuskan kembali ke rumah sakit saat mendapat kabar dari Ara kalau Ardhi menghilang dari ruang perawatannya. Tolong, Shifwa masih belum ketemu dan sekarang Ardhi juga ikut menghilang? Damn it!

Arkana dan Ellina terus menenangkan Ara yang sedari tadi menangis tersedu-sedu. Di sebelahnya ada Ardha yang terus memeluk erat lengan kanan Bunda nya dengan mata yang berkaca-kaca juga. Sedangkan yang lain, Arkana perintahkan untuk mencari Ardhi ke seluruh area rumah sakit.

Drrtt

Arkana segera melihat ponselnya. Matanya berbinar saat melihat siapa yang memanggilnya. "Ardhi, Tante!" seru nya tersenyum lebar. Dengan gerakan cepat ia mengangkatnya.

***


Ardhi duduk di balik pintu, tanpa ia ketahui Shifwa pun melakukan hal yang sama. Tak ada yang bersuara, keduanya sama-sama menahan sakit dalam diam.

Derap langkah beberapa orang saling bersahutan. Mereka berlari dengan perasaan campur aduk, senang dan khawatir menyatu semuanya. Ardhi menolehkan kepalanya ke sebelah kiri dan mendapati Arkana dan temannya yang lain tengah menghampirinya.

Arkana langsung berjongkok berhadapan dengan Ardhi. "Lo gila?" desisnya.

Ardhi paham bahwa sahabatnya yang satu ini pasti sangat mengkhawatirkannya. "Shifwa di dalam," ujar Ardhi menunjuk ke arah belakang punggungnya tanpa menghiraukan perkataan Arkana barusan.

"Bangun," suruh Arkana, sambil membantu Ardhi.

Arkana sudah mengambil ancang-ancang di depan pintu untuk mendobrak nya. "Shif? Mundur, jangan deket pintu. Gue mau dobrak."

Shifwa yang mendengar, langsung menggeleng pelan. Sadar kalau Arkana tak bisa melihat gerakan tubuhnya, ia langsung bersuara dengan susah payah. "Gak bisa, Ka. Gue lemes banget."

Ellina membelalakkan matanya ketika mendengar suara Shifwa yang begitu lemah. "LO KENAPA, SHIF? LO DI APAIN?!" tanyanya menggebu-gebu.

"Ambil kunci di Pak Ujang, Ka." Ardhi bersuara.

Arkana tersenyum dan menyentil pelan dahi Ardhi. "Pinter," ucapnya dan langsung berlari meninggalkan semuanya.

"BEGO!" umpat Ardhi karena Arkana membuat kepalanya kembali berdenyut walaupun sentilan pria itu sangat pelan.

"Heh." Ellina melirik Rafka, Bambang dan Devon. "Kalian ikut kesini cuma untuk diem aja gitu?"

Devon melipat kedua tangannya di depan dada. "Ellina sayang...," ucapnya digantung membuat Ellina merinding geli mendengarnya. "Kalau bisa sama Arka, kenapa harus sama kita?" ujarnya mengundang tawa keras dari Rafka dan Bambang, kemudian ketiganya bertos ria.

Ellina memutar bola matanya malas. Sungguh, muka Devon minta ditampol banget! Ia berjalan mendekati pintu dan menempelkan telinganya di benda itu. "Shif?" panggilnya dengan nada yang lembut sekali, tidak seperti biasanya jika ia berbicara. "Lo baik-baik aja? Kenapa bisa disini? Gue takut lo kenapa-napa."

Shifwa menghela napas berat dan mengembuskannya pelan. "Gue baik-baik saja."

Satu kalimat yang selalu ia lontarkan dalam keadaan apapun di hadapan orang-orang. Satu kalimat yang mampu menutupi rasa sakit dan sedih Shifwa di hadapan orang-orang. Tidak lupa senyuman, akan ia jadikan bahan tambahan untuk topeng transparannya.

Shifwa berpindah posisi duduk sedikit menjauhi pintu karena instruksi dari Arkana yang akan membukanya dengan kunci yang ia bawa.

Cklek

SHIFWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang