putus

839 96 4
                                    

Taehyung melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Angin menembus kaos hitam tipis, tapi dia sama sekali tak merasa kedinginan, pelukan Jungkook alasannya.

Taehyung memarkirkan motor di hamparan kosong dekat kursi dipinggir danau.

"Mau ngajak mesum disini, ya?" bukan tanpa sebab Jungkook bicara begitu. Penerangan minim, rumah warga juga lumayan jauh.

"Ngaco." Taehyung duduk di salah satu kursi, menepuk sebelahnya tanda Jungkook suruh duduk disitu, "Biasanya jam 8 pas, lampunya dinyalain, jadi terang. Kalau malem minggu disini rame orang pacaran, berhubung sekarang hari sibuk sepi sih, harusnya."

Jungkook hanya mengangguk sebelum meneguk habis cocacola yang sempat dia beli sewaktu perjalanan kemari.

"Happy first anniversary, sayang."

Jungkook melongo, betulan lupa kalau hari ini setahunnya.

"Ck, bisa bisanya ga inget," Taehyung memasukkan tangannya dalam saku, seolah-olah mengambil barang dalam genggaman. "Nih." Menaruh genggaman tangannya di dalam saku hoodie Jungkook lalu mengeluarkan tangannya dengan senyum kotaknya.

Jungkook meraba sakunya, kosong. "Kasih apa? Angin?"

"Bukan. Cintaku, semua aku taruh disaku hoodiemu, jaga baik baik. Jaga biar tetep hangat di pelukan kamu. Untuk saat ini, satu tahun udah cukup. Selebihnya, kalau alam, semesta, dan dunia memperbolehkan– kita lanjut kisah yang belum tuntas ini."

Jungkook tau persis tujuan mereka kesini, seperti yang dikatakan Taehyung. Lebih hancurnya, mereka putus.

Tepat saat beberapa lampu di pinggir danau menyala, Taehyung bisa melihat air mata Jungkook jatuh perlahan.

"Aduh, jangan nangis." Taehyung buru-buru menghapus air mata Jungkook dengan jarinya. "Kok makin banyak? Masa aku harus bugil disini buat hapus air mata kamu."

Jungkook malah tertawa disela tangisnya setelah mendengar omongan Taehyung. "Harusnya aku yang ajak putus. Ulang ulang."

"Oke."

"Taehyung, ayo putus. Bukan tawaran, ini ajakan. Harus mau karena aku maksa."

"Iya. Jangan lupa bahagia setiap hari, terima kasih telah hadir."

"Kita putus baik-baik, ya." Sedetik kemudian Jungkook merutuki mulutnya sendiri. Bagaimana bisa berkata seperti itu, sedang hatinya terpental jauh dari kata baik-baik saja.

Jungkook beri senyum setelahnya, menutupi segala hancur karena harus melepas sosok yang dicintainya.

"Ga usah fake smile ke aku, ga mempan. Senyum kamu penuh pilu, terpancar jelas di bola mata kamu."

Dan sekali lagi, pertahanan Jungkook koyak. Isakan keras keluar dari mulutnya. Kali ini Taehyung ga akan suruh Jungkook buat berhenti menangis, hanya beri pelukan untuk Jungkook meluapkan semua tangisnya yang mungkin ga akan pernah dirasakannya lagi setelah ini.

"Kalau nangis keras, aku bugil beneran." Jungkook mencubit perut Taehyung.

"Jung, aku ada ide."

Jungkook mendongak, menatap Taehyung sebagai respon.

"1 minggu kita coba mulai sibuk sama kesibukan masing-masing– ya meskipun aku ga ada kesibukan, tapi kita masih komunikasi, masih agak deket, lama kelamaan jadi jauh."

Jungkook berpikir sejenak, "Biar terbiasa maksud kamu?"

Taehyung mengangguk.

"Oke, dimulai dari?"

"Day 1, ga tidur bareng. Tidur rumah masing-masing." Jawab Taehyung seraya mengendurkan pelukannya.

Setelah mengantar Jungkook pulang, Taehyung kembali kerumahnya sendiri. Sepi, hampa, dan kosong. Itu rasa yang dirasakan Taehyung kala dia menapakkan kaki memasuki rumahnya.

Langkahnya berhenti di ambang kamar. Menatap nanar ruangan yang sering dia habiskan bersama Jungkook. Dan map berisi folio yang dia dan Jungkook tulis tersusun rapi diatas nakas meja, menjadi fokus utama Taehyung.

Taehyung merebahkan dirinya di atas kasur. Menyalakan hpnya dan mengumpat saat melihat lockscreen hpnya adalah kolase 20 foto Jungkook tengah tersenyum lebar.

Oke, Taehyung rasa cukup untuk pertahanan hari ini. Meraih bantal untuk menutupi seluruh wajahnya dan mulai menangis keras, menumpahkan seluruhnya di bekapan bantal tanpa elusan kepala dari Jungkook tentu saja.

Amerta, vk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang