masa lalu

902 101 3
                                    

Selama pacaran Jungkook ga pernah cerita tentang keluarganya. Dulu, dia pikir masalahnya terlalu privasi buat diketahui pacarnya, tapi setelah jalan 5 bulan Jungkook mulai terbuka untuk cerita.

Hari minggu. Hari yang pas buat bangun siang sebenarnya, apalagi semalam begadang demi menamatkan series, tapi Jungkook mana betah bangun siang.

Beda sama Taehyung, mungkin dia butuh jam tidur lebih dari manusia biasanya.

Selepas mandi, alih-alih masak sarapan, Jungkook balik ke kasur dan tatap wajah Taehyung yang masih terlelap.

Jungkook merasa begitu dijaga dan dicintai penuh oleh seorang mantan homophobic. Padahal dulu player, tapi bisa luluh dengan seorang Jungkook Arkaella.

Satu hal yang selalu Jungkook pikirin sebelum tidur, 'apa gue pantas buat Taehyung?' karena menurut Jungkook, dia ga pantas.

Bahkan Jungkook bingung harus balas dengan apa atas semua hal yang dikasih ke dirinya. Dia ga berduit seperti Taehyung, sering marah, kadang acuh sama nasihat Taehyung. Kelebihannya cuma cinta kebersihan dan wajah cantik.

Tangannya terangkat raba rahang Taehyung yang kemarin baru saja dia cukur. Kecup pucuk dagunya.

Merasa geli, Taehyung buka salah satu matanya, "Astaga, bidadari siapa depan gue nih?"

Jungkook melengos lalu tertawa geli. Suara Taehyung berat, kalau versi bangun tidur cukup buat bulu kuduk Jungkook berdiri.

"Pagi, orang ganteng."

"Siapa ganteng?"

"Pacarku."

"Siapa pacarmu?"

"Intinya bukan kamu."

"Heh." Taehyung memiting kepala Jungkook, peluk erat sembari menciumi pelipis dan pipi Jungkook. Yang digoda malah ketawa penuhi ruangan.

Tawanya berhenti saat Taehyung tatap Jungkook teduh dengan senyuman tipis. Sedikit banyak bersyukur dapat Taehyung yang sebegini ganteng.

"Senyum-senyum."

"Liat lo ketawa bikin perut gue penuh kupu-kupu."

Apa alasan Jungkook buat ga senyum?

"Taehyung, mau jujur."

"Apa?"

"Perihal keluarga."

Diam sejenak sambil menyisir rambut Jungkook pakai jarinya, "Gapapa kalau belum siap. Lama pun bakal gue tunggu kok."

"Tapi gue mau."

"Oke." Final Taehyung, segera pasang kuping baik-baik dan nyamanin posisinya.

"Hidup gue berubah sialan waktu SMA. Ortu cerai. Papa selingkuh sama cewe ketemu di fesbuk, bahkan ikut komunitas nikah siri loh, anjing kesel gue.″

Taehyung elus pinggangnya guna tenangin kekasih agar ga meledak.

"Papa dosen sasing, itu pekerjaan 'kan? tapi duit ga pernah turun. Mama jual perhiasan termasuk cincin nikah buat biaya makan sama spp sekolah gue dulu."

Hela nafas lalu lanjut cerita, "Mama gue terlalu sabar, sedangkan papa gue emosian, ego gede. Pas lagi berantem, gue pasang earphone volume full sampe kuping sakit, demi ga denger suara mereka. Gue pingin belain mama, tapi denger papa sering bawa kata cerai, gue nangis."

Taehyung tatap iba kekasihnya, ga berniat potong pembicaraan.

"Cengeng banget gue dulu haha, kalau keinget suka nangis. Awalnya abis lulus SMA gue pingin lanjut kuliah, tapi abis liat keluarga kaya gini, gue pikir cari duit lebih perlu."

"Tau ga? kata mama, 2 bulan dalem kandungan, gue ditendang papa. Heran ga, sih? kalau ga mau anak, ya jangan enak. Sakit banget ga diharapin sama orang tua sendiri?"

"Iya. hebat, ya? Jungkook gue kuat."

Hatinya menghangat setelah di puji Taehyung, "Tapi gatau kenapa, gue ga mau ortu gue cerai. Yang ada dipikiran gue cuma gimana kelanjutan hidup gue sama mama. Paham mama tertekan karena nikah perjodohan itu, tapi harusnya cerai sebelum muncul gue, biar gue ga sedih lihat orang tua pisah."

"Mau ketawa aja waktu mama kasih tau kalau udah tanda tangan surat cerai selepas gue gagal sbmptn. Di tikam 2 kali, bikin hancur mau mati. Dan gue buletin tekat kabur dari rumah, kecewa banget sama papa mama. Atm gue kuras abis buat hidup.

"Mama papa ga ada cari gitu? atau telepon?"

"Cari kayanya ga ketemu, mereka di kota sebelah. Beberapa kali telepon gue, tapi ga gue angkat terus langsung ganti kartu."

"Ga-" Taehyung berdeham sedikit, mempertimbangkan mau tanya hal ini atau engga.

"Apa?" menggeleng bungkam saat ditanya Jungkook, yang mana buat Jungkook berdecak karena terlanjur penasaran. "Ck, cepetan ah."

"Ga ada niat mau ngunjungin? mereka masih orang tua lo, meski udah ga bersatu. Emang ga penasaran kabarnya gimana? Terlebih mama?

Pertanyaan itu total buat Jungkook diam. Pikirannya kembali keruh, merasa dirinya luar biasa durhaka. Seharusnya dia ga kabur, seharusnya dia bersyukur masih punya ortu, seharusnya dia ga jadi budak ego sendiri.

Taehyung panik melihat mata Jungkook berkaca-kaca seperti hendak menangis, "Hei, maaf? maaf ya pertanyaan tadi terlalu nyakitin. Pukul aja, tapi jangan nangis."

Jungkook menelusupkan wajahnya didalam dada Taehyung. Menangis keras dengan bahu yang bergetar hebat. Perasaan penuh salah dan rasa rindu teramat besar bangkit dari dasar hatinya, menyeruak mengerumuni hati serta otak.

Karena seberapa buruk sifat ayahnya, sehancur apa keluarganya, orang tua tetaplah malaikat kita. Setidaknya berterima kasih sudah bertahan hidup di lingkup itu daripada menyerah meninggalkan semuanya dan berakhir menyesal.

"Gue bakal jaga lo, Jungkook. Pegang omongan gue. Gue sayang lo banget."

"Gue sama lo Jungkook, seterusnya. Sayang lo banget."

Amerta, vk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang