Seperti biasa, Jungkook bangun lebih dulu. Mencium dagu Taehyung sekilas lalu pergi mandi.
Sampai pukul 8 pun Taehyung masih tetap terlelap.
Tidak ada rencana apapun hari ini. Jadi, mungkin Jungkook akan menamatkan series netflix seharian.
Seharusnya hari ini dia ngelatih, tapi setelah anak didiknya pulang bawa piala juara 2 kejurda, Jungkook kasih waktu istirahat 1 minggu.
Kegiatan memasak Jungkook terganggu kala suara dering hp Taehyung terus berbunyi selama dua menit.
Jungkook mematikan kompor lalu pergi ke kamar.
Dilihatnya Taehyung yang sama sekali tak terusik malah menggulung dirinya lebih dalam di selimut. Jungkook meraih hp Taehyung. 12 missed call dari Sumber Uang. Ayah Taehyung, Jungkook tau itu.
Berdering kembali, Jungkook berpikir sejenak sebelum menekan tombol hijau.
"Halo Taehyung."
Detak jantung Jungkook berdetak kencang bukan main, betulan bingung mau balas apa.
"Taehyung." Panggil ayahnya sekali lagi. "Oh, halo om."
"Ini siapa? Jungkook?"
Iya, ayah taehyung sudah kenal Jungkook. Karena kalau Taehyung ditanya lagi dimana, dia pasti jawab makan sama Jungkook, joging sama Jungkook, nonton film sama Jungkook, yang buat ayah taehyung tau kalau Jungkook itu sohib dekat Taehyung.
"Iya, om."
"Taehyung nginep tempatmu? "
"Engga om, Taehyung tadi pagi kesini, ajak joging tapi saya ga mau. Sekarang dia mandi."
"Akhir-akhir ini Taehyung deket banget sama kamu, kenapa?"
Total kaget. Jungkook kelabakan mencari jawaban, sementara tangan kirinya sibuk mengguncang kasar tubuh Taehyung.
"Kan temen om, masa temen dilarang deket?"
"Tapi deketmu sama Taehyung itu diluar batas. Ga wajar. Jangan gitu ya?"
Jungkook rasanya mau nangis saja. Hatinya betulan sakit.
"Ok om. Nanti saya putus temen sama Taehyung."
"Ga perlu, Jungkook."
"Ya. Kalau Taehyung sudah selesai mandi, saya suruh dia telpon om. Saya tutup. Semoga hari om indah."
Persetan dengan kesopanannya. Mata Jungkook mulai berair, isakannya berubah keras, hidung dan matanya memerah. Baru kali ini Jungkook ditolak jauh sebelum dia usaha mencoba.
"Taehyung, hiks bangun."
Taehyung langsung tersentak begitu dengar isakan Jungkook. "Hei, sayang. Kenapa nangis?" tangannya terangkat untuk usap pipi Jungkook yang basah oleh air mata.
"Ayahmu."
Taehyung meraih Jungkook dalam pelukan, mengusap punggungnya sebagai penenang. "Ayah kenapa?"
Dan Jungkook menceritakan semua sebab tangis dalam pelukan Taehyung.
–
"Kacang panjang potong 2cm."
"2cm gimana? Pake penggaris?"
Setelah 1 jam menangis, Jungkook terlonjak kaget mengingat masakannya dia tinggal begitu saja.
Taehyung menawarkan diri gantiin Jungkook. Sebetulnya Jungkook ragu, dan keraguan itu berubah nyata.
"Masukin lada, aduk. Icip sedikit."
Taehyung ambil sendok, menyicip sedikit, "Enak. Rasa sayur."
"Ga jelas." Jungkook mematikan kompor karena sudah mendidih.
"Aku laper."
"Cek nasi, kalau udah warm berarti mateng."
"Masih cook."
Jungkook melipir duduk disofa, matanya masih bengkak bekas nangis tadi. "Yaudah, tunggu nanti."
Taehyung mengikutinya. Tatap mata Jungkook yang bengkak, padahal sudah dia ciumi banyak banyak tadi.
"Maaf."
"Udah, anjir. Bosen dengernya." Jungkook bersumpah akan bekap mulut Taehyung kalau dia bilang maaf sekali lagi. "iya iya."
Klek
"Tuh bunyi, makan sana."
Taehyung bangkit dari duduknya, "Kamu mau aku ambilin?" Taehyung pergi setelah dapati Jungkook menggeleng.
Sementara Jungkook tengah melamun, pikirannya melayang jauh karena perkataan ayah Taehyung.
Total paham kalau mereka jauh dari kata wajar, lebih kearah dilarang. Jungkook paham itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerta, vk ✔
Fanfiction"Kalau gue sih sayang, bukan suka lagi." "Udah, berhenti anjing." "Gue paham kalau ini tabu, tapi gue terlanjur jatuh. Ayo jalani?" ajak Taehyung Prasetya kepada Jungkook Arkaella