Jungkook meninggalkan panci diatas kompor dengan api menyala saat pintu rumahnya diketuk brutal.
Pasang raut malas setelah menatap sosok didepannya yang tengah menyengir lebar, "Ngerepotin banget, anjir. Padahal masuk langsung bisa."
"Bau gulai, tau aja aku lagi laper."
"Bukan masak buat kamu."
Jungkook melanjutkan acara masaknya, mengacuhkan Taehyung yang sudah berdiri disampingnya.
"Kamu baru pulang langsung kesini?"
"Iya. Ga tahan kangen lihat wajah jelekmu."
Taehyung meringis saat rusuknya di sikut Jungkook. Tertawa lalu mengecup pelipis Jungkook.
"Aku mau mandi."
"Ga usah laporan, ga bakal aku mandiin juga."
Taehyung mencuri kecupan pada bibir Jungkook dan melipir kekamar mandi, meninggalkan Jungkook yang sedang menahan senyum dengan hati hampir meledak.
–
"Jung, minta folio."
"Cek laci tengah, kayanya disitu." Jungkook menunjuk laci didepan kasur.
Taehyung bangkit, cari folio di laci yang dimaksud. "Ga ada, jung."
"Berarti ga punya." Taehyung memutar bola matanya, "Halah. Tau gitu bilang daritadi."
Jungkook hanya tersenyum lucu. Tatap Taehyung yang raih kunci motornya, "Mau kemana?"
"Beli folio, ada nitip?"
"Hati-hati."
Taehyung kembali dengan seplastik snack dan 2 botol cocacola. Buat stok, katanya.
"Mau tulis apa sih kok pake folio segala?"
"Rahasia penting negara."
Taehyung ambil salah satu bulpen di laci Jungkook, keluar kamar dengan tatapan heran dari Jungkook.
Sedikit banyak dia penasaran, tapi lebih pilih diam. Toh nanti Taehyung juga kasih tau dia tanpa ditanya.
Jungkook kembali berkutat dengan netflix nya, sampai sore datang.
Beranjak mandi lalu makan, dilihatnya Taehyung yang tenang duduk di teras rumah dengan folio dan bulpen di tangannya.
Jungkook berjalan mendekat, "Sayang, udah ma–" Taehyung yang mendengar suara Jungkook langsung kelabakan menutup folio.
"Nulis apa sih? Kaya ga boleh tau banget aku."
"Emang ga boleh, jangan kepo juga."
"Terserahmu."
Jungkook berjalan mengambil makan lalu pergi ke kamar, berniat tinggalin Taehyung sendiri.
Taehyung dengan cepat susul Jungkook, tau kalau pacarnya marah hanya dari intonasi suara saja.
"Juuuuung, marah?"
"Ngapain marah? Cemburu gitu sama foliomu? Cih."
Jelas marah, Taehyung tau itu.
Taehyung peluk Jungkook dari samping, "Minggir, Taehyung. Matamu ga lihat aku lagi makan?"
"Cium sini kalau ga marah."
"Aku lagi makan, sel otakmu putus?"
"Kan," Taehyung lepas pelukannya, pindah kehadapan Jungkook. "Jangan marah, nanti kalau udah selesai aku kasih tau."
"Siapa marah?"
"Pacarku."
"Aku ga marah."
"Senyum dulu."
Jungkook menarik sudut bibirnya tinggi-tinggi. "Yang ikhlas, sayang."
Merotasi bola mata lalu membuka mulutnya lebar dengan menampakkan semua giginya. Jatuhnya malah seram buat Taehyung meringis.
"Udah cukup. Aku mau di luar lagi. Daaa."
Pergerakan Taehyung berhenti saat tangannya ditahan oleh Jungkook.
"Jangan skip makan. Kalau denger azan langsung masuk, jangan diluar."
Taehyung mengangguk, beranjak pergi setelah kecup dahi Jungkook.
Karena mau marah atau ngambek pun, Jungkook tetap perhatian, apalagi kalau orangnya Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerta, vk ✔
Fanfiction"Kalau gue sih sayang, bukan suka lagi." "Udah, berhenti anjing." "Gue paham kalau ini tabu, tapi gue terlanjur jatuh. Ayo jalani?" ajak Taehyung Prasetya kepada Jungkook Arkaella