Rumah Jungkook udah seperti markas buat mereka berdua. Entah kenapa, bagi Taehyung, rumah Jungkook lebih nyaman ketimbang rumahnya sendiri.
Sekat canggung bekas tadi masih tersisa sampai sekarang. Jujur, Jungkook ga suka.
Jungkook awali komunikasi antara mereka, "Kok bisa?"
Bukannya jawab Taehyung malah melongo, agak bingung sama pertanyaan Jungkook yang ga jelas.
"Ck," Decak sebal keluar dari mulut Jungkook. "Kok bisa lo suka gue?"
"Oh itu. Sebentar, jangan tersinggung, ok?" Jungkook mengangguk tanpa melepas pandangan dari mata Taehyung.
"Iya, gue homophobic. Awalnya gue jijik, tapi selama kita ga contact-an gue jadi ngerasa sepi, kaya ada yang kosong. Gatau, tiba-tiba hampa aja. Gue coba mengesampingkan kalau gue homophobic, gue coba pikirin dampak apa setelah kenal lo dan gue sadar setelah kenal lo, gue ga lagi mainan cewe."
Tarik nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "Gue kangen lo, tiap malem. Chat kita emang ga ada serunya, tapi rasa kangen gue terobati. Malahan saking sering gue baca, titik koma nya gue hafal. Dan saat lo ajak ketemu, sumpah rasanya jantung gue mau meledak karena terlalu seneng. Yaudah, intinya gitu."
Jungkook bersandar pada sofa, tangannya terangkat sekedar menutupi mulutnya yang sedang menguap, "Ngantuk."
"Heh, udah dijelasin panjang lebar juga. Pacar sialan."
"Siapa pacar lo?"
"Yang barusan nanya."
"Belum di resmiin."
"Tadi di cafe apa?"
Jungkook mendengus, "Gitu tok?"
Leher Jungkook ditarik oleh Taehyung, dibawa ke pelukannya, "Mau kaya gimana, hm? kaya gimana?"
"Ga tau deh, gue ngantuk."
Taehyung merebahkan diri di sofa. Karena sofa Jungkook terbilang sempit, jadi dia tiduran dengan Jungkook diatasnya.
Elus punggung dan tengkuk cowonya perlahan, buat Jungkook semakin nyamanin diri.
Siang itu berakhir dengan Jungkook yang terlelap di atas Taehyung.
―
"Bangun, udah sore."
"Mandi, Taehyung. Bangun."
Ucapan Jungkook tak diindahkan Taehyung. Yang diajak bicara masih setia memejamkan matanya, terlihat tidak terusik sama sekali.
Karena geregetan, Jungkook buka paksa kelopak mata Taehyung. Matanya merah– tipikal orang bangun tidur.
Menerjap beberapa kali lalu tatap tajam Jungkook. Sumpah, matanya pedih sekali.
"Apa lihat-lihat? mandi sana. Ga nerima orang jorok disini."
Jangan lupa kalau Jungkook cinta kebersihan.
Taehyung ga bergeming, hanya tatap langit langit dengan mata separuh terbuka.
"Mandi, Taehyung."
"Gamau."
"Ini suruhan, asu. Bukan nawarin."
"Badan gue sakit. Lo gendut sih." Badannya betulan mati rasa, kebas. Tapi itu alasan kedua, yang pertama Taehyung benar-benar malas sentuh air.
"Bukan kemauan gue ya, lo aja sok sok-an kuat."
"Emang kuat. Harga diri lo gue banting sini, gue sanggup."
"SIALAN." Jungkook bekap muka Taehyung dengan bantal yang diambil kasar dari bawah kepala Taehyung.
Ga beneran kok, masa kekasih hati mau dimatiin.
Setelah puluhan paksaan dari Jungkook, akhirnya Taehyung berangkat kekamar mandi dengan bersungut-sungut.
"Makan apa?"
"Makan Jungkook."
"Serem lo. Kanibal."
"Daging Jungkook enak. Slurp slurp sedep."
"Udah, anjir. Jangan lanjut."
Selesai debat beberapa menit, mie jadi pilihan buat isi perut malam ini.
Taehyung keluar ke hindomaret untuk beli makanannya, sementara Jungkook tugasnya tunggu dirumah dan masak nanti.
"Jungkook." Taehyung ketuk pintu Jungkook, padahal ga dikunci. Dan Taehyung bukan orang asing, masuk langsung kan bisa.
Raut merengut Jungkook yang dipadangnya pertama kali saat pintu dibuka, "Ngapain sih, woi. Kan bisa langsung masuk."
Jungkook langsung raih plastik yang dipegang Taehyung, lalu melenggang pergi. Taehyung mengekori Jungkook sampai dapur, ambil cola dalam plastik dan memandangi Jungkook yang sibuk rebus air.
"Mau kaya film romance ga?"
"Apa?" Jawab Jungkook tanpa menatap kearah Taehyung.
"Backhug pas lagi masak."
"Sini, ntar gue siram air panas."
"Gajadi, daaah." Jungkook terkekeh melihat Taehyung langsung ngacir dari dapur.
Menyelesaikan masaknya, bawa ke Taehyung yang mana dia lagi tiduran dikarpet depan sofa.
"Makasih, sayang." terima mangkuk yang diberi Jungkook padanya. bangkit lalu pindah ke sofa karena Jungkook duduk disitu, mau sebelahan.
"Idih idih."
"Lo inget ga, sih? awal gue nginep, persis sekarang."
"Makan mie maksud lo?"
"Iyaaa."
Jungkook hanya mengangguk, mulutnya penuh jadi respon Taehyung sebisanya.
"Dulu ya–"
"Habisin makan dulu, ga baik tau."
Satuin ibu jari dan jari telunjuk, bentuk 'ok'. Selesaikan makannya sambil tatap Jungkook yang fokus tonton tv.
"Lo tidur mana?"
"Sofa, jung. Udah malem, gue males pulang."
Malas pulang karena Taehyung sudah di rumah. Definisi rumah menurut Taehyung ada 2, yaitu bangunan untuk tempat tinggal dan Jungkook untuk tempat bersandar sekaligus tempat Taehyung pulang.
Jungkook menggeleng, tanda tak setuju, "Ada dua pilihan. Lo tidur dikamar sama gue atau gue tidur dikamar bareng lo."
"Hah? bedanya apa?"
Heran, otak Taehyung kenapa sih. Jungkook ga habis pikir.
Tatap sinis Taehyung, ambil mangkuknya sekalian taruh dapur.
Taehyung kira Jungkook bakal balik duduk disampingnya lagi, ternyata dugaannya salah. Jungkook justru pergi kekamar tanpa ucap sepatah katapun.
Sebenarnya Jungkook ga marah, cuman cape aja. Sudah peluk guling sama naikin selimut, tapi tangannya masih scroll twitter.
Sementara Taehyung matiin tv lalu menuju kamar. Dilihatnya mata Jungkook yang tertutup dan hp di genggamannya. Terlampau hafal dengan kebiasaan Jungkook satu ini.
Taehyung ikut tidur di samping Jungkook sebelum menyingkirkan hpnya.
Bagi orang diluar sana, mungkin candunya adalah rokok, obat-obatan, minuman, atau yang lain. Tapi bagi Taehyung, candunya cukup pandang wajah Jungkook.
Sadar akan wajah Jungkook yang sedikit cantik– ralat, banyak cantik buat Taehyung susah alihin netra darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerta, vk ✔
Fanfiction"Kalau gue sih sayang, bukan suka lagi." "Udah, berhenti anjing." "Gue paham kalau ini tabu, tapi gue terlanjur jatuh. Ayo jalani?" ajak Taehyung Prasetya kepada Jungkook Arkaella