ngikut

1.1K 124 1
                                    

Bangun pagi udah kebiasaan bagi Jungkook– lebih tepatnya kewajiban. Karena dia tinggal sendiri, jadi atur waktu keseharian itu penting.

Jungkook bangun pas pukul 6. Raih hpnya, kali aja ada informasi penting, sekalian ngumpulin nyawa. Beranjak turun dari kasur menuju dapur, sekedar buat minum.

Dipandangnya Taehyung yang masih tidur.

Jungkook intip bagian dalam kulkas. Senyum kecut saat tau isi kulkas ternyata kosong. Yang berarti harus menstok lagi buat seminggu kedepan.

Hidup sendiri buat Jungkook mau ga mau paham cara masak.

Dulu, awal-awal pilih hidup sendiri, dia seminggu penuh; pagi makan bubur, siang nasi padang atau nasi bungkus, malam mie instan atau nasi goreng. Itu dulu, waktu keuangan Jungkook lancar.

Setelah bingung cari kerja, Jungkook mulai belajar masak. Sengaja, buat hemat duit. Karena hidupnya ga lagi gampang.

Jungkook balik ke kamar, pakai jaket lalu keluar rumah. Niatnya cari bubur buat sarapan.

Setelah 15 menit, Jungkook pulang. Dan Taehyung masih tetap tidur.

Bubur yang sudah dibeli tadi, diletakkan meja. Ga ada niatan bangunin Taehyung. Pikirnya, Taehyung pasti cape.

Padahal yang nyata bukan cape, tapi biasa bangun siang aja.

Pergi ke kamar, lepas jaket lalu mandi. Serajin itu, mandi di minggu pagi.

Terdengar suara ketukan pintu. Jungkook pelankan suara keran, guna memperjelas pendengarannya, bisa aja salah dengar.

Ternyata benar, pintunya di ketuk. "Jung?"

"Apa?"

"Gue kebelet banget."

Luar biasa sialan. Jungkook bilas tubuhnya dengan cepat. Matikan shower lalu keringin diri dengan handuk.

Biasanya Jungkook pakai bajunya di kamar bukan dalam kamar mandi begini, tapi dia ga se-berani itu telanjang depan cowo asing.

"Maaf, ya?" Setelah ucap maaf karena bikin Jungkook tergopoh, Taehyung masuk.

Jungkook hanya mendengus sebal, ga lama wajahnya luluh lagi.

Duduk di sofa sambil tungguin Taehyung selesai jadi pilihan Jungkook.

"Gue beli bubur." Taehyung yang baru saja duduk langsung tatap Jungkook. "Gue bayar. Berapa?"

Gelengan kepala sebagai ganti kata 'gausah'. Keluarin bubur dari kreseknya, taruh tepat dipangkuan Taehyung.

Taehyung buka stirofoam itu, aduk buburnya. Beda dengan Jungkook yang makan tanpa aduk.

"Gue abis ini mau pergi. Lo pulang."

"Kemana?"

Jungkook angkat satu alis, "Kita ga sedeket itu buat tau aktivitas satu sama lain."

Sedikit kaget sama jawaban Jungkook. Sensitif banget, padahal cuma nanya?

"Oke, sorry."

Sesudahnya Taehyung dan Jungkook siap pergi, dengan tujuan yang beda tentunya.

"Makasih, jung. Maaf gue ngerepotin banget."

"Iya, santai aja."

Taehyung mulai menstarter motornya, tunggu Jungkook tutup pagar biar beriringan sampai tikungan depan.

Jungkook simpan kunci dalam tas lalu menaiki motornya.

"Asu, kenapa lagi ini," Betulan panik saat motor miliknya gamau nyala. Perasaan bensin masih ada, kemaren juga ga ada hujan.

2 kali pertemuan sama Taehyung dengan keadaan motornya yang rewel. Total bikin Jungkook malu karena dia pikir Taehyung akan ngebatin soal Jungkook yang jarang rawat motor.

Nyatanya tidak, justru Taehyung niat bantuin, lagi. Bukan montir tapi setidaknya Taehyung paham sedikit masalah rusaknya mesin.

Dan akar masalahnya ada pada businya kering.

"Ga bisa nih, kudu bawa bengkel. Waktu lo mepet banget?"

"Iya, 30 menit lagi gue harus sampe sana."

"Gue anter, gimana?"

Sedikit banyak Jungkook malu tadi sinis-in Taehyung, tapi mau gimana lagi.

Jungkook setuju atas tawaran Taehyung, persetan sama rasa malu, terpaksa karena waktunya minim.

Buka lagi pagar rumahnya, masukin motor dan kembali kunci.

"Dimana tempatnya?" Tanya Taehyung pada Jungkook yang baru saja menduduki jok belakangnya.

"SMA 10."

"Daerah kompleks?"

"Iya. Agak ngebut, ya? Gue ngejar waktu."

Maka Taehyung memacu kecepatan 60km/jam, sempat bikin Jungkook kaget tapi lama-kelamaan nikmatin juga.

Asli Taehyung penasaran ngapain Jungkook ke SMA, tapi pertanyaannya dia tahan sampai nanti bakal dia tanyakan.

Taehyung sampai dalam 18 menit, berkat ngebut tentunya. Tatap Jungkook yang turun dari belakangnya, "Lo ngapain deh disini?"

"Gue ngajar."

"Lama?"

"2 jam."

"Gue tungguin?"

Pikir sejenak. Bimbang antara besarin sungkan atau duit 40k melayang untuk biaya pulang, belum lagi nanti stok bahan makanan buat seminggu kedepan.

"Gapapa?"

Taehyung angguk mantap, "Kalem, daripada gue tiduran doang di rumah."

"Oke. Tapi kalau lo bosen, pulang aja."

Taehyung parkir motornya. Jalan dibelakang Jungkook kearah pinggir lapangan dekat matras besar bentuk persegi.

Tipikal cewe-cewe SMA kalau kumpul dengan suara berbisik dan yang lain memperhatikan dengan serius, menggibah.

Kedatangan Jungkook buat gerombolan itu bubar, dekati Jungkook lalu lakuin tos.

Taehyung ga paham sama tos tersebut, jadi hanya tatap dengan senyuman.

"Lo duduk sana." Jungkook tunjuk dudukan keramik yang terletak 2 meter dari matras.

Taehyung menurut.

"Kurang siapa?" Tanya Jungkook ke salah satu anak didiknya. "Faro sama widya, kak."

"Yaudah, pemanasan dulu."

Jungkook jalan kearah Taehyung, duduk disebelahnya. Taehyung alihin pandangan ke arah Jungkook. "Lo pelatih dance?"

"Bukan. Ini cheerleader."

"Dapet ilmu darimana?"

"Dulu SMA gue ikut ekskul ini."

"Oh gitu."

Hanya dibalas deheman sama Jungkook.

Netranya mengikuti Jungkook yang beranjak menuju anak didiknya.

"Chicken elevator full 10 kali."

Dalam sekali suruh mereka lakuin apa yang Jungkook katakan.

Seluruh atensi beralih kearah cewe yang lari mendekat, disusul cowo bongsor dibelakangnya.

"Bagus, telat aja terus. Kalau waktu aja gapaham, jangan harap lomba nanti kalian menang."

Total kaget sama omongan Jungkook. Ini pertama kali Taehyung lihat Jungkook ngamuk dan cukup sangar menurutnya.

Amerta, vk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang