Seminyak street.
Seperti kata Faisal tadi siang, malam ini kami berempat jalan bareng. Saat sedang berjalan santai sambil melihat-lihat pertokoan, kami berhenti sejenak karena Stephani ingin berfoto ala street style gitu.
Sedari awal memang dia sudah bilang ke aku pingin berfoto yang keren, untuk postingan Instagram-nya. Dia sudah menggunakan outfit yang cocok dan menyuruhku untuk menggunakan outfit yang setipe.
Stephani berdiri dipinggir trotoar, dengan background jalanan yang dipenuhi motor-motor berlintas, juga lampu-lampu toko. Aku yang memotretnya. Sedangkan Adrian dan Faisal entah sibuk membicarakan apa. Lanjut, dia berdiri di depan salah satu toko dan perpose memonyongkan bibirnya sambil berkedip sebelah mata. Lalu, aku mengganti kamera menjadi kamera depan untuk kami membuat boomerang selfie bersama.
"Foto bareng yuk, Yang!"
Setelah ajakan Faisal itu, mereka berpose dengan Faisal yang memeluk pundak Stephani, dan Stephani memeluk pinggang Faisal dengan tangan satunya membetuk gaya peach."Cakeep cakeep," ucapku setelah melihat hasil bidikanku lalu menunjukkan kepada mereka.
"Gantian dong, Rin, lu sama Adrian gih!"
"Iya yaa sini gue yang fotoin." Saran ngawur Faisal ditanggapi penuh semangat oleh Stephani.
Aku baru saja mengibaskan tangan tanda tak usah. Namun, Adrian lebih cepat tanggap ternyata. "Peka juga kalian. Coba fotoin, deh."
"Lho, lho, lho ... "
Mengabaikanku, Adrian tetap berjalan ke arahku menarik lengaku mengajak kami bertukar posisi dengan Faisal dan Stephani.
"Asiik asiik ... yuk pose gue fotoin, nih," ucap Stephani antusias menerima uluran tangan Adrian yang menyodorkan handphonenya.
"Kaku banget gayanya, boneka kayu, Neng? Yang mesra dong! Woi, Yan, peka dikit lu jadi cowok!" Sumpah mulut Faisal kompor banget, sih! Minta dicabein emang.
"Apaan sih, Sal?!"
Tiba-tiba Adrian menarik pinggulku untuk merapat kearahnya. Aku spontan menengok ke atas menatap wajahnya dengan ekspresi melongo. Sedangkan dia tetap santai tersentum ke arah kamera.
"Yeaay! Dapeet bagus banget ini. Anjrit! So sweet banget kalian."
Aku melihat hasil jepretannya. Bagus dari mananya?! Jelas-jelas wajahku lagi melongo nggak siap foto dibilang bagus. "Ulang-ulang weh! Muka gue ga siap ituu."
"Tapi lucu, kok. Good job, Stephani, makasi lho."
"Ihh gamau, Yaan, hapus nggak!"
"Hahahaha, ribut ribut." Faisal malah bertepuk tangan melihat situasi kami sekarang. Subhanallah sekali cowok itu, sepertinya saat pembagian akhlak dulu, dia keasikan molor sampai ngorok dan banhir iler, makanya enggak kebagian akhlak.
Adrian mengangkat tangannya tinggi membuat aku sedikit melomlat-lompat untuk menggapi ponselnya. "Hapus ih, Yaan!"
Bukannya segera menghapus foto kami barusan atau memberika handphone-nya padaku biar aku saja yang menghapuskan. Dia malah memasukkan benda itu kedalam saku depan celana jeansnya. "Ayo coba ambil aja."
Aku memutar bola mata, jelas aku tidak akan berani merogoh saku depannya. Gila!
Aku semakin kesal mendengar Faisal dan Stephani yang malah cekikikan tidak membantuku sama sekali.
***
Saat ini aku sedang berada di depan kedai es krim, sambil berpikir keras enaknya makan malam di mana. Tapi, entah kenapa perasaanku masih saja tidak tenang. Aish, jangan-jangan pasangan brengsek itu merencanakan sesuatu lagi tanpa sepengetahuanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacinyou
Teen FictionKatanya, semua manusia diciptakan berpasang-pasangan. Katanya, jodoh itu ga akan tertukar. Dan katanya lagi, jodoh akan datang dengan sendirinya. Tapi, apa aku harus percaya kalau pasanganku itu, akan datang secepat ini? Semuanya terjadi begitu saja...