'MCY ; 02'

716 83 7
                                    

Hal pertama yang menyambutku sesampainya di rumah adalah suara sok ceria Bang Arsen. Sumpah demi apapun, dengerin dia ngomong biasa aja aku sudah gregetan. Apalagi ditambah nada sok asik itu. Ya tuhan tolong, aku pulang ke rumah pengin istirahat. Kenapa ada bapak julid ini sih?!

"Hei, adik. Udah pulang?"

Aku mendengus menanggapi sapaan sekaligus pertanyaan konyol itu. Kalau aku belum pulang terus yang berdiri di ambang pintu masuk rumah sekarang siapa? Nih cowo tajir cuma kadang bego juga deh.

"Hm, menurut ngana?"

"Jangan cuek-cuek lah dik, jadi jomblo terus kan? Kemana-mana sendiri. Bosenin banget hidup kamu."

Tuh kan, kalian ingat aku pernah bilang selalu olahraga jantung bila bertemu Bang Arsen? Kalau kalian mengira aku deg-deg an setiap ketemu dia karna ketampanannya. Oh maaf, kalian salah besar. Kesabaranku akan senantiasa diuji oleh tuhan jika bertemu bapak satu anak ini.

"Bisa ga sih bang, sehari aja ga bikin orang emosi?!"

"Tenang Karina, abangmu ini hanya berusaha menghibur adik tersayangnya."

"Ga butuh hiburan, mending diem aja," aku berkata sambil senantiasa melototi bang Arsen yang duduk di sofa seberangku.

Langsung saja ruang tamu rumah ini dipenuhi suara tawa Bang Arsen.

"Haduh, kalian kalo ketemu ribut mulu deh. Capek dengernya." Aku mengalihkan pandangan dan menemukan kakak tercintaku sedang membawa piring berisi macam-macam kue. Dia adalah Salsabila.

Ya, benar. Namanya hanya satu kata sesimple itu. Sama seperti diriku, kami berdua cuma memiliki satu kata dalam nama kami.

"Soalnya biar kalian kalo ujian ga susah nulis namanya kepanjangan. Mama juga namanya cuma Tania. Enak kan punya nama singkat? Ga ribet."

Itu adalah jawaban mama ketika aku tanya kenapa beliau menamai anak-anaknya dengan satu kata saja.

"Suami lo tuh, belagu."

Kembali pada saat ini, aku melirik malas pada sepasang bucin yang sedang tertawa ria sambil makan kue-kue enak. Aku sebenernya pengin ikut makan bareng sih. Tapi karena aku males menjadi obat nyamuk diantara pasangan bucin itu, aku lebih baik pergi ke kamarku saja.

Kalau boleh jujur, sebenarnya aku capek menjadi orang ketiga diantara mereka, bukan berarti pelakor ya. Cuma kesel aja dengarin mulut cabe Bang Arsen yang suka nyindir status aku sebagai jomblo ini. Please deh, jomblo juga punya harga diri jangan dibully terus dong!

"Mama mana Sal?" Aku memang terbiasa memanggil dia dengan nama panggilannya saja, Salsa. Tanpa ada embel-embel kak, mbak, sist dan lain sebagainya. Kalau ke Bang Arsen sih beda, karena dia lebih tua dari Salsa. Walaupun cuma beda setahun, tapi ga enak aja manggil dia Arsen langsung. Sudah terbiasa manggil Bang dari jaman dia masih SMA.

"Mama tadi ke kamar katanya mau tidur dulu. Tapi coba lu liat dulu deh kali aja masih bangun."

Aku merespon penjelasan Salsa dengan jempol tangan kananku dan bergegas menuju kamar mama sebelum pergi ke kamarku dan melakukan rutinitas terfavorit dalam hidupku. Yaitu, rebahan~

"Iya, masuk aja" setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali akhirnya aku bisa masuk ke kamar mama.

Salim terlebih dahulu, karena itu sudah menjadi kebiasaanku dari kecil. Darimana pun dan akan pergi kemana pun, wajib hukumnya dirumah ini untuk salim dulu ke mama. Sebagai tanda bahwa kami menghormati mama sebagai orang tua kami.

"Kok udah pulang?"

"Iya ma sebenernya cafe lagi rame. Tapi Karin agak pusing, jadi pulang duluan deh."

"Kamu sakit? Ya udah kamu istirahat aja, jangan capek-capek dulu. Udah makan?"

"Udah kok ma, kalo gitu Karin ke kamar dulu ya. Mau istirahat. Mama juga lanjut aja tidurnya."

"Iya sayang, jangan sampe sakit-sakitan ya." Mama memberi pesan dengan ekspresi wajah menahan senyum.

"Ih mama. Karin ga sakit-sakitan ya cuma pusing aja dikiittt." Mama memang paling hafal kalau aku ga suka memberitahu yang lain jika aku lagi sakit. Aku lebih memilih diam.

"Iya iya anak mama yang kuat. Udah sana keluar, katanya mau istirahat."

"Yah kok diusir. Oke Karin balik dulu." Lalu aku keluar dari kamar mama, mampir ke dapur sebentar untuk mengambil air dan bergegas ke kamarku yang berada di bagian belakang rumah ini.

Setelah berganti baju, dan sedikit membersihkan badan di kamar mandi. Aku segera merebahkan diri di kasur kesayanganku, sambil menikmati enaknya berbaring sejenak setelah beraktivitas di hari yang melelahkan.
Ingin melanjutkan cek berkas cafe, namun badan tidak bisa berkompromi. Alhasil, aku hanya menatap atap kamarku dan mulai memikirkan kehidupanku yang membosankan ini.

Baiklah mungkin banyak dari kalian bingung, sebenarnya aku ini siapa sih? Kok ga jelas cuma disebutin namanya Karin gitu aja.

Jadi, aku adalah titisan nyi roro kidul.

Gak, gak becanda. Biar ga serius-serius banget. Hehehe, maaf kalo garing.

Oke, jadi aku adalah Karina. Seperti yang pernah aku jelaskan namaku hanya satu kata. Simple but effective eak. Aku gadis berusia 23 tahun bekerja sebagai owner cafe yang aku bangun susah payah dengan sahabatku.

Aku lulusan S1 sastra inggris. Ya, aku tahu pekerjaanku sekarang benar-benar tidak ada hubungannya dengan pendidikanku dulu saat kuliah. Aku juga bingung, kenapa bisa jadi ga nyambung gini sih? Tetapi ya inilah namanya hidup. Tidak semua berjalan sesuai ekspetasi. Jadi, tidak selalu jurusan yang kita pilih saat kuliah menentukan pekerjaan kita di hari esok. Walaupun kebanyakan ada yang sesuai sih. Namun tetap saja aku adalah salah satu dari segelintir orang yang pekerjaannya tidak nyambung dengan riwayat pendidikan dulu.

Aku lahir dari seorang ibu yang hebat bernama Tania. Seorang single mother terbaik yang pernah aku kenal. Aku memiliki 1 saudara bernama Salsabila, sudah pernah aku perkenalkan bukan? Usia kami berselisih 4 tahun.

Dia menikah pada usia 22 tahun, usai wisuda S1 Bang Arsen langsung melamarnya dan menginginkan pernihakan dalam waktu dekat. Bang Arsen adalah laki-laki paling setia yang pernah aku kenal. Walaupun aku sedikit jijik mengatakan ini, namun harus tetap aku akui. Mereka berpacaran sejak masa putih abu-abu dan hubungan itu berlanjut sampai sekarang mereka sudah memiliki 1 anak.

Kalau ditanya aku iri atau tidak. Sebenarnya agak iri, karena hubungan aku tidak pernah pertahan dalam waktu lama. Tapi ya sudahlah ya, semoga suatu hari nanti aku dapat bertemu dengan jodohku. Asiikkk.

Begitulah perkenalan singkat mengenai keluargaku. Eh, kok yang aku sebutkan cuma mama, kakak dan juga kakak iparku? Ya karena hanya mereka yang aku anggap keluarga.

Lho kok? Bapaknya kemana? Kok ga dikenalin juga.

Mana aku tahu. Jangan tanyakan perihal seorang Ayah kepadaku. Karena jujur saja, aku juga tidak tahu siapa dia dan bagaimana rasanya memiliki orang tua laki-laki. Aku adalah orang yang paling tidak suka jika sudah membahas tentang Ayah. Jadi jangan tanyakan kenapa tidak ada sosok Ayah dalam kelurgaku. Aku sendiri tidak tahu.

Mungkin dia sudah bahagia dengan keluarga barunya? Atau sudah menikmati siksa kubur dibawah tanah sana?

Hah, aku tidak peduli.

TBC
Thx buat yg udh baca
Jgn lupa vote n comment ya para Wattijen
C u!

moccacinyouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang