' MCY ; 36'

222 23 2
                                    

Minggu sore, didukung udara di akhir bulan Desember yang cenderung dingin, langit saat ini cukup cerah walau sedikit berawan, angin yang berhembus sepoi-sepoi menggugurkan dedaunan sangat mendukung untuk berjalan santai sambil menikmati senja.

Namun, itu bukan yang sedang aku lakukan sekarang.

Di ruang tamu kecil ini, aku sedang sibuk bermain kartu remi bersama Adrian. Permainan semakin lama semakin sengit, untung saja aku membuka pintu depan yang menjadi akses angin luar masuk, dapat mendinginkan suasana kami sekarang.

Kami cuma berdua, Mama sedang menemani Salsa bersama Suster untuk mengajak jalan-jalan sore anaknya. Karena itu, aku memutuskan untuk main kartu di ruang tamu saja sambil dibuka pintunya biar ngga ada kesalah pahaman.

"Jack!"

"Queen!"

"King!"

"As!"

"Satu!"

"Dua!"

Plak

Plak

Aku melihat tanganku dan Adrian yang hampir sejajar, tapi tangan Adrian sedikit menindih ujung jari-jariku. Yes, aku yang menang!

"Aku duluuu!"

"Enggak dong! Ulang-ulang, ini seri kita," protes Adrian tidak terima dia kalah untuk pertama kalinya.

"Enak aja aku duluan, yak. Itu lihat tangan kamu ada di atas!"

Adrian menggeser sedikit tangannya lalu menjawab, "manaaa? Orang tangan kita sebelahan."

"Ih curang banget. Jangan banyak protes, sini kamu!"

Aku segera menoletkan campuran bedak dan air yang sudah aku buat sebelum permainan dimulai. Aku ambil semua yang tersisa di mangkuk kecil dan dengan puas aku usapkan ke wajah Adrian.

Dari tadi aku terus yang kalah, wajahku sudah putih semua, anggap saja ini pembaladan dendam.

Oh iya, kalau kalian bingung permainan apa sih ini? Kalau aku lebih sering menyubutnya "Tepok Nyamuk".

Permainan ini menggunakan kartu remi, di mana setiap pemain dibagi kartu sama rata, tapi kartunya dalam keadaan tertutup. Lalu kami bergantian mengeluarkan kartu teratas yang kami pegang, sambil meneriakan angka.

Dimulai dari angka dua, lalu tiga dan seterusnya sampai angka sepuluh. Setelah angka sepuluh urutannya adalah "Jack", "Queen", "As", dan kembali lagi ke angka dua. Gitu terus sampai nilai kartu yang dikeluarin peserta sama dengan yang disebutkan.

Kalau sama, setiap pemain harus menepuk kartunya, yang paling lambat menepuk akan kalah dalam ronde itu dan harus mengambil semua kartu yang sudah dikeluarkan sebelumnya, lalu menjadi kartu di tangan dia.

Dan permainan lanjut ke ronde berikutnya dengan cara yang sama. Pemain yang kartunya abis duluan akan menang, sedangkan pemain yang kartunya paling banyak tersisa itu yang yang kalah.

Di sini aku dan Adrian sepakat kalau setiap ronde yang kalah harus dioles pakai bedak mukanya. Walau kartuku yang tersisa lebih banyak dari Adrian, karena kesel kalah beronde-ronde jadi biar saja aku habisin semua bedak ini ke mukanya. Hahahaha.

"Heh heh pelan-pelan, Rin. Dendam banget ngusapinnya."

Setelah puas, aku meletakkan kembali mangkuk di atas meja dan beranjak hendak membersihkan wajah. "Udahan ah, mukaku udah putih semua."

"Eeh tunggu dulu," ucap Adrian disusul oleh lengannya yang memiting leherku, dia mengusap wajahnya yang penuh bedak itu membuat tangannya ikutan putih, lalu mengusapkan tangannya ke wajahku.

moccacinyouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang