Bali
Tempat dimana aku dan Stephani sering melarikan diri. Saat Stephani putus dari mantannya dulu, saat kami stress menghadapi semester akhir kuliah, saat kami merayakan gelar sarjana, saat awal membuka Carnation dan kami merasa putus asa akan usaha kami, saat Carnation mulai dikenal orang, dan momen-momen berharga lainnya terukir di Bali.
Begitu juga dengan momen penting yang akan diselenggarakan esok hari. Pernikahan Stephani dan Faisal. Sahabat karibku yang tahu segala seluk beluk kehidupanku itu, besok akan melepas masa lajangnya.
Di tengah kesibukkan kami, kusempatkan menghampiri Stephani untuk ngobrol berdua. Karena selama dua hari terakhir kami bertemu hanya saat meeting sebelum hari-H acara digelar. Terlihat Stephani yang baru saja keluar dari ballroom resort bersama Faisal."Oit, Tep! Siniii...," seruku sambil menepuk sofa di sampingku.
"Stephani doang nih yang dipanggil? Gue ga keliatan apa gimana, Rin?"
Kukibaskan tanganku tanda menghalau celetukkan tidak penting Faisal. "Diem lo! Gue mau ngobril sama bestie gue. Jangan ganggu!"
"Dih, besta besti besta besti aja lo... ayang gue nih, calon bini! Mau lo apain hah?"
"Baru calon aja ga usah sok posesif lo! Udah ah alay, minggir gak?!"
Kemudian Stephani membekap mulut Faisal yang tampak akan membalas lagi argumenku. "Lo pada bisa ga sih sehariii aja kalo ketemu ga usah ribut? Dah, babe kamu balik ke kamarmu duluan yaa... aku mau ngobrol sama Karin dulu."
Faisal mengagguk setuju. Dia genggam tangan Stephani yang ada di mulutnya, mengecup sekilas, lalu pergi setelah memberi ucapan selamat malam. Aku hanya memutar bola mata melihatnya.
"Kenapa, Rin? Lo abis ketemu orang EO kan? Ada kendala kah?""Nggak kok gak ada. Semua udah siap sesuai apa yang kita mau. Tenang aja gue cuma mau ngobrol santai sama lo."
"Oh syukur deh kalo gitu."
Ada jeda beberapa menit sebelum akhirnya aku bersuara kembali. "Besok banget nih, Tep, lo nikahnya?"
"Iyalah anjir mau kapan lagi? Udah jelas juga tanggalnya di undangan."
"Hahaha ya gue masih gak nyangka aja sih. Lo pada yang nikah kenapa gue yang excited ya?"
"Lo excited, lah gue gemeteran anjir! Bener kata lu tadi. Besok nih, Rin, besoook."
"Gaya lo gemeteran padahal udah ga sabar 'kan buat denger ijab qabul besok dan dalam hati lo teriak, ANJIR AKHIRNYA YANG GUE TUNGGU-TUNGGU. SAH ANJEER SELURUH DUNIA HARUS TAU GUE UDAH SAH SAMA FAISAL."
Stephani cekikikan juga melayangkan tabokan mautnya di lenganku. "Sialan lo! Ga gitu juga kali, nying! Gue malah takut waktu ijab qabul malah nangis, sayang banget dong make up gue ntar. Rugi bro bayar jutaan."
"Palingan lo belum sempat nangis udah keburu sesi berikutnya ahahaha."
"Iya juga ya, abis ijab qabul kan ntar gue diketemuin sama Faisal terus langsung lanjut foto-foto. Oiya ganti baju juga, shit. Wah banyak jobdesk gue besok," ujar Stephani dramatis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jobdesk banget, Tep," ucapku dengan cekikikan juga menonyor kepala Stepahni yang masih saja menggeleng.
"Oiya, Tep! nih buat lo." Aku sodorkan amplop yang sedaritadi kusembunyikan di sampingku.
"Hah apaan nih, Rin?"
"Coba tebaaak."
"Apa sih? Surat ijin? Lo mau alpha acara nikahan gue? Gue gibeng lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacinyou
Novela JuvenilKatanya, semua manusia diciptakan berpasang-pasangan. Katanya, jodoh itu ga akan tertukar. Dan katanya lagi, jodoh akan datang dengan sendirinya. Tapi, apa aku harus percaya kalau pasanganku itu, akan datang secepat ini? Semuanya terjadi begitu saja...