'MCY ; 30'

282 28 2
                                    

Malam ini sepertinya aku nggak tidur di kamar Mama, deh. Soalnya pulangku sedikit lebih larut dan Mama juga waktu chat udah bilang kalau mau tidur duluan. Aku membuka pintu depan pelan-pelan takut mengganggu tidur Mama.

Berjalan mengendap-endap ke kamar, meletakkan tas dan tetek bengeknya, lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah puas membersihkan diri, aku lanjut merebahkan diri di kasur kesayanganku.

Tepat sedetik setelah aku merebahkan diri, handphoneku berbunyi tanda ada telepon masuk. Ah, dari Adrian ternyata. Segera aku mengambil earphone, mencapkannya dan menggeser tombol hijau di layar ponselku.

"Hallo."

"Iya hallo, Yan."

"Kamu udah pulang?" Aduh, adem banget nih hati denger suara dia.

"Udah, kok. Emm ... kamu gimana? Jaga malam?"

"He'eeem ... by the way aku nggak ganggu kan telfon gini?"

Aku spontan menggelengkan kepala, ketika sadar dia nggak bisa lihat responku aku dengan cepat menjawab, "enggak kok engak gak apa apa santai aja."

Sangking cepatnya aku jawab sampai terdengar kayak ngebet banget pengin ditelepon anjir! Tapi benar juga, sih. Soalnya kita jarang banget tukeran kabar gitu. Tapinya lagi, aku emang bukan tipe orang yang harus setiap detik tukeran kabar. Ribet aja gtu, risih juga lama-lama.

"Hahaha ... antusias banget. Kangen, yaa?"

Nah, mampus! Ketahuan kan. "Hah, apaan sih?! Ngaco kamu! Biasa aja perasaan."

"Kok gugup gitu." Aku mendengar kekehan dari sebrang telepon.

"Nggak usah ketawa kamu! Aku tutup nih teleponnya."

"Lho, jangan dong. Kan kamu masih kangen, masa dimatiin."

"Yan! Aku matiin beneran, nih," jawabku sambil siap-siap memencet tombol merah.

"Eh, ya udah iya ini aku serius deh. Jangan dimatiin akunya masih kangen."

Sepertinya aku salah dengar, aku kurang fokus sama apa yang diomongin Adrian. Karena di waktu yang bersamaan, ada chat masuk dari Stephani. "Kamu bilang apa barusan?"

"Jangan dimatiin." Kok ada yang kurang ya jawabnya?

"Jangan dimatiin kenapa?"

"Jangan dimatiin," jawabnya lagi.

"Iyaaa, kenapa kok nggak boleh dimatiin."

"Ya, jangan dimatiin."

Astaga nih cowok nyebelin juga ternayata. "Hm, ya udah terserah."
Lagi, aku mendengat kekehannya yang buat rasa jengkelku hilang dalam sedetik

"Kita jarang tukeran kabar, baru telfonan beberapa menit masa mau udahan. Ya janganlah, akunya masih kangen. Itu yang aku bilang tadi. Udah puas, hmm?"

"Oh ..."

"Oh? Udah gitu aja jawabnya?"

Aduh, jawab apa dong? Ya kali aku ngaku juga kalau kangen, kan gengsi coy!

"Iya gitu ... eh, bentar-bentar, Yan." Aku gagal fokus lagi, saat baca sekilas notifikasi chat dari Stephani.

"Ada apa?"

Aku tidak sempat menjawab pertanyaan Adrian, karena terlalu shock setelah membuka room chat-ku sama Stephani. Sumpah demi apa nih anak nggak ada adab banget jam segini ngagetin orang. Tapi serius, aku kaget banget. Apa lagi baca screenshot chatnya Stephani dan Faisal.

GUBRAKK

"AAAAW"

Karena nggak fokus dan kaget di waktu yang bersamaan, aku jatuh dari kasur. Menimbulkan suara keras sekali. Sampai earphone dan ponselku terlepas dari genggaman tanganku, samar-samar aku mendengar Adrian panggil-panggil namaku. Aku spontan menutup mulutku setelah teriak tadi, takut kedengeran sampai kamar Mama.

moccacinyouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang