You still make me smile. Even if you're the reason why I'm sad.
.
.
..
.
.Akhirnya setelah sekian lama, Leo bisa tersenyum bebas seraya menghirup udara segar diluar mansion.
"Huuupp.... Haaaaah."
Berulang kali bahkan ia hirup sedalam dalamnya udara segar ini dengan mata terpejam.
Leo akhirnya bisa keluar dari mansion setelah kurang lebih satu bulan lamanya ia terkurung. Tak sepenuhnya bebas, Leo kini hanya sedang jalan-jalan berdua saja bersama arthur dan ketika ia melihat danau indah serta rerumputan hijau luas membentang, dengan berani ia menyuruh Arthur untuk menepi.
"Berhentilah bernafas seperti itu."
Arthur menyahut seraya melanjutkan acara merokoknya. Pria itu sedang menyender santai di atas kap mobil. Leo segera menoleh dengan tatapan nyalang. Sungguh, acara menikmati bau alam bebasnya terganggu sudah.
Leo kemudian menghampiri Arthur yang memberi kode untuk mendekat. Ia membenci asap rokok, terutama baunya. Maka dari itu, Leo meminta arthur untuk menjauhkan rokok nya terlebih dahulu.
"Kau suka tempat ini?"
Arthur bertanya pelan seraya menyelipkan anak rambut leo pada telinga sebelah kirinya.Membuat Leo salah tingkah luar biasa. Lagi-lagi Arthur bersikap seperti ini. Membuat hati Leo bimbang. Antara ingin terbuka atau harus tetap waspada akan posisinya. Karena jujur, Leo masih belum sepenuhnya mempercayai Arthur. Masih banyak hal yang ingin ia pastikan namun selalu berujung kelu karena terlalu takut.
"Arthur... Mhhh."
Tapi... Bolehkah untuk saat ini Leo menikmati sentuhan hangat arthur? Karena setiap gerakannya teramat lembut.
Bolehkah Leo balas merengkuh Arthur yang kini sedang memeluknya erat?
Karena sungguh, angin dingin bulan desember kini terkalahkan dengan kehangatan dari Arthur.Bolehkah?
Hingga tak terasa satu tetes air mata jatuh begitu saja. Leo hanya takut, takut jika semua ini tidak nyata. Takut jika perasaan yang sekarang mulai tumbuh ini akan berbalik menyakitinya.
***
Acara jalan-jalan mereka kini berlanjut kesebuah taman bermain. Entahlah tapi Leo sungguh ingin melihat keramaian. Leo benci sendirian.
Sedari tadi, Leo hanya tersenyum kecil ketika melihat banyak sekali anak-anak yang berlari kesana kemari. Leo bahkan tak segan untuk membantu seorang anak yang terjatuh didepannya. Menenangkan anak itu yang berteriak lalu menangis akibat lututnya yang sedikit berdarah.
"Hey... Ssst.. lukanya kecil kok. Kamu sebentar lagi sembuh." Leo mencoba menenangkan anak itu lalu menggendongnya kesebuah pipa keran didekat bangku taman. Ia basuh luka kecil itu dengan telaten seraya tersenyum menenangkan si anak kecil itu.
"Hiks.. sakit."
"Masih sakit hm?"
Anak itu mengangguk. Leo akhirnya mempunyai ide. Ia meniup luka itu lalu menciumnya lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE [Man×Boy]
Romance[SUDAH TAMAT] Dunia memang sudah gila. Maka saat jalan hidup Leo sudah ditentukan oleh kedua orang tuanya pun ia tak marah. Tak pula sedih ketika ia harus mengorbankan masa mudanya demi uang. Hidup nya sepenuhnya dilepas oleh orang tuanya, menjadika...