.
.
..
.
..
.
.Baiklah, ayo duduk sejenak dan merenung.
"Aku dibawa kesini karena hutang Ayah. Aku menikah. Aku diperkosa... Dua kali. Lalu berhubungan lagi.. Selanjutnya Arthur menjadi baik sampai sekarang..."
Leo sungguh pusing. Dari serangkaian kejadian itu. Arthur memang lebih banyak menyakitinya. Leo sungguh jengah dan juga bingung dengan sikap yang harus ia lakukan.
"Argh terserah lah!" Menyerah, dari pada pusing terus dipikirkan. Lebih baik Leo jalani saja. Ya, Leo mencoba menjalani semua ini dengan baik.
Tapi tetap saja hal ini terasa aneh. Dan juga mengejutkan.
"Eumm! Hueekk!"
Leo berlari menuju toilet, mungkin sudah yang ke tiga kalinya di pagi hari ini ia terus muntah tanpa sebab. Leo bahkan sudah lemas karena tenaganya terkuras habis.
"Hiks.. Aaaaargh! Aku benci muntah!"
"Tuan, anda baik-baik saja?" Setelah mendengar teriakan Leo yang cukup nyaring, Matheo dengan gesit segera menghampiri Tuannya itu.
"Aku tidak baik-baik saja! Kau lihat hah!" Leo menyentak dengan nada tingginya, membuat para pelayan lain yang lewat dibuat kebingungan. Pasalnya baru pertama kali Tuannya itu berteriak marah kepada Matheo.
"Ayo saya bantu."
Matheo abaikan perubahan mood Leo. Ia justru bergerak maju dan berusaha menggapai tubuh Leo yang terduduk lemas didekat kloset."Hueekk! Ohok..."
Matheo membantu Leo untuk menyelesaikan muntahannya, walau jika ia lihat muntahan itu hanya berupa cairan bening. Pasti menyakitkan.
"Menjauh kau bau!"
Aneh sekali, Matheo tidak pergi ke kandang kuda pagi ini. Ia bahkan hanya merapihkan perpustakaan bekas Leo kemarin. Dari mana bau tak sedap bisa menempel padanya?
"Ada apa ini?"
Arthur sungguh terganggu dengan kebisingan yang terjadi di kamar Leo. Para pelayan bahkan sudah berkerumun di depan pintu kamar ini. Seperti lalat saja.
Matheo mundur dan menunduk hormat kepada Arthur yang berjalan mendekat.
"Pergi kau dasar jelek! Hueekkk...."
Leo memaki, selepasnya fokus lagi kepada kegiatan muntahnya. Sungguh pria itu nampak mengenaskan. Bahkan sudah menangis sesenggukan.
Arthur hanya menatap datar ketika para pelayan begitu terkejut dengan makian Leo. Itu adalah makian pertama yang mereka dengar yang tertuju langsung kepada Tuan besar mereka.
"Apa yang dia makan kemarin malam?"
Arthur bertanya pelan seraya melirik seorang pelayan perempuan.
"A-ampun Tuan. Menu makan malam bersama anda adalah kudapan terakhir yang Tuan Leo makan."
Arthur menatap Leo aneh. Jika anak ini keracunan makanan, seharusnya Arthur pun mengalami hal yang sama.
Dengan paksa Arthur menggendong Leo yang sudah nampak lemas sekali.
"Kita ke rumah sakit." Final Arthur.

KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE [Man×Boy]
Romance[SUDAH TAMAT] Dunia memang sudah gila. Maka saat jalan hidup Leo sudah ditentukan oleh kedua orang tuanya pun ia tak marah. Tak pula sedih ketika ia harus mengorbankan masa mudanya demi uang. Hidup nya sepenuhnya dilepas oleh orang tuanya, menjadika...