16

14.8K 1.7K 65
                                        

Pagi hari kini dipenuhi kabut cukup tebal. Bahkan mansion terlihat seperti rumah hantu jika saja tak ada bias cahaya matahari.

Leo sudah membuka mata beberapa puluh menit yang lalu. Tapi dirinya enggan untuk bangun karena pelukan Arthur begitu nyaman dan hangat. Ditambah deru nafas dari pria itu yang masih saja terlelap pulas.

Leo berbalik dan mengusap pipi Arthur. Menyusuri garis rahang yang tegas itu, Leo akui bahkan ketika tertidur pun Arthur nampak menawan. Tangan yang tadinya mengusap pipi Arthur kini tergenggam dengan tangan besar lainnya lalu dibawa kehadapan wajah Arthur, dikecup pelan lalu dibawa mendekat untuk direngkuh.

"Morning Leo."

"Hm, Morning."

Leo tersenyum saat Arthur membuka matanya. Ia mendekat dan tenggelam di dekapan Arthur. Lama sekali hingga rasanya Leo ingin kembali terlelap.

"Arthur, nama apa yang kau inginkan."

"Kenapa tiba-tiba?"

Leo terkekeh, entahlah hanya saja ia begitu antusias jika menyangkut bayi mereka. Jadi ketika ditanya begitu, Leo hanya bisa terkekeh pelan dan malah memainkan ujung baju tidurnya.

Arthur ikut terkekeh dan mengulurkan satu tangannya kearah perut Leo, mengusapnya penuh hati-hati. Lama sekali mereka betah dalam posisi itu. Apalagi Leo. 

"How about... Xavier."

"Jika perempuan?"

Arthur kembali diam beberapa saat dan bergumam pelan seperti tengah mengingat sesuatu.

"Aruna, artinya bulan penuh cinta."

Leo merasakan pelukan yang semakin erat, lalu ia merasakan kecupan dibagian lehernya. Tak sampai disitu, Arthur bangun lalu mulai menciumnya panas, melumat dan saling menautkan lidah. Leo sendiri hanya menikmati sambil menyelami manik Arthur. Merasakan pagi yang manis.

Chup!

Ciuman terlepas dengan menyisakan deru nafas keduanya. Arthur mengusap surai Leo lalu bangun dan langsung bersiap untuk mandi. Sedangkan Leo sendiri hanya duduk terdiam merasakan sesuatu yang mengganjal dihatinya.

Leo begitu takut, suatu hal yang buruk bisa terjadi kapan saja dan datang dari mana saja. Tidak, Leo harusnya tak boleh lengah dengan kenyamanannya saat ini.

"Tuan, Sarapannya sudah siap."

Suara bibi Lily mengintrupsi renungan Leo tepat ketika Arthur keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Leo pun ikut beranjak dengan perlahan dan mencuci muka terlebih dahulu.

Leo berjalan dibelakang Arthur, entah mengapa kini detak jantungnya berdebar sangat kencang. Seperti terpicu sesuatu yang tidak menyenangkan. Leo duduk dimeja makan lalu mulai mengambil peralatan makannya. Dihadapan keduanya kini tersaji menu sarapan sehat yang nampak lezat.

Deg!

Detaknya lagi.. Begitu tak nyaman. Namun ketika Leo memperhatikan Arthur yang menikmati sarapannya, ia segera menepis segala macam perasaan buruk itu.

"Leo, bagaimana jika kita pergi ke--"

"Hoekk! Uhuk... uhuk."

Hingga ketika Arthur menyahut hendak membuka topik pembicaraan, Leo memuntahkan makanannya yang bahkan baru satu kali ia suap.

Pahit dan juga asin. Leo terbatuk ketika rasa pekat itu tak mau hilang dari tenggorokannya. Para pelayan dan terutama Arthur sungguh terkejut dengan kejadian barusan. Secara spontan mereka semua menghampiri Leo.

INSANE [Man×Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang