[S2] Keluarga

6.1K 785 20
                                    

Arthur bingung. Sebenarnya apa yang sedang ia lakukan ini benar atau salah?

Pertama karena Arlan yang seenaknya meminta bantuan ditengah situasi yang memanas, membuat Arthur kelelahan sampai tidak bisa berfikir jernih.

Kedua, Arthur sungguh tau jika membawa satu anak lagi ke rumahnya akan menimbulkan banyak sekali perkara. Saat ini Leo bukan lagi orang yang tunduk takut takut padanya, Leo sudah berani berkomentar ini itu.

Kini Arthur hanya bisa berdiri diam menunggu timing yang pas untuk masuk. Padahal pintu rumah nya selalu terbuka lebar, tapi entah kenapa hari ini aura nya beda sekali.

"Aone, jadilah adik yang baik untuk Gavin." Arthur berucap pelan seraya membenarkan posisi bayi dalam gendongannya itu.

Padahal sebenarnya kalimat yang ia utarakan itu untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Aku pulang."

Pintu ia buka, hanya hening yang ada. Mungkin saat ini Leo sedang di bagian belakang rumah sambil berusaha menidurkan Gavin.

"Arthur?"

Ternyata salah, Leo habis dari dapur.

Mereka sama sama terdiam. Menatap satu sama lain dengan pandangan yang cukup canggung, entah kenapa Arthur merasa begitu.

"Kemana saja?" Leo menghampiri, tatapan khawatir nya itu kentara sekali. Meski ia menatap penasaran pada bayi yang Arthur bawa. Tapi fokus nya masih kepada Arthur.

"Maaf karena mengambil tindakan tanpa sepengetahuan mu. Tapi boleh aku menjelaskan dulu?" Arthur mengusap mata Leo kemudian menuntunnya menuju sofa. Mereka duduk berhadapan sedangkan bayi nya dibaringkan di sofa lainnya.

"Itu anak siapa." Satu satu nya kalimat yang Leo tanyakan kepada Arthur kini terdengar berat.

Arthur terkejut, Leo nampak ketakutan. Seperti ada pemikiran besar dibalik kepalanya itu.

Membuat Arthur terkekeh lalu hendak mengerjai sedikit.

"Maaf, aku... khilaf."

Setelah mengucapkan itu Arthur tertawa. Tanpa tahu jika Leo sedang terdiam lalu menunduk berusaha menahan tangisan.

"Eh? Bukan. Astaga bercanda." Arthur panik, segera ia rangkul pinggang Leo lalu ditarik pelan hingga posisi duduk mereka berganti.

Setelah Leo tenang, barulah ia menjelaskan rinci tentang semua yang terjadi di hari hari kemarin.

"Begitu, jadi secara hukum dia anak kita."

Tentu saja Arthur melihat sebuah keraguan dalam tatapan Leo. Dia pasti berfikir tentang kematian Sarah, wanita baik yang waktu itu pernah dia temui dan pernah dia kagumi karena cantik.

Leo pasti tidak percaya itu.

"Harus bagaimana lagi kalau sudah terjadi."

Leo menatap sendu kearah bayi disamping Gavin. Siapa tadi namanya?

Aone, lahir dari wanita cantik yang dulu sempat Leo temui. Usianya mungkin tidak beda jauh dengan Gavin, semoga saja mereka bisa akur sampai dewasa nanti.

Leo menoleh kearah Arthur. Pria nya itu nampak sangat lelah, saat ini bahkan dia sedang menyender pada perpotongan leher Leo, menghirup wangi disana seraya terpejam.

Memang jika sudah begini Leo bisa apa. Hadirnya Aone pun bukan salah Arthur, bukan salah siapapun. Ini hanya alur hidup yang harus Leo jalani dengan sebaik mungkin.





"Istirahat lah dikamar, Aone serahkan  saja padaku." Leo tersenyum sambil berdiri penuh percaya diri.

Dia memang belum bisa cekatan mengurus bayi, tapi setidaknya Leo itu penyabar dan teliti. Jadi bertambah satu bayi mungkin tidak masalah.

INSANE [Man×Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang