Selamat membaca, vote dan comment supaya aku lebih semangat lagi nulisnya ya😘🤭
.
.
.Tapi yang paling penting, enjoy saja dengan alur ceritanya.
.
.
.
'cause I don't have another choice
Sekali lagi Leo terbangun dengan keadaan sakit. Namun kali ini lebih menyakitkan dari sebelumnya. Ia termenung ketika merasakan sesuatu yang mengganjal dibagian bawahnya. Saat ia raba, sudah ada perban khusus yang menutup lukanya. Tubuhnya terbalut selimut, dengan atasan piyama namun tak memakai celana. Sprai yang terakhir kali ia lihat memiliki bercak darah kini berganti dengan sprai baru yang bersih dan wangi.
Ia duduk termenung berusaha mencerna kejadian sebelumnya. Hingga tak terasa tetes demi tetes air mata luruh dengan derasnya. Tak bersuara, karena kini tenggorokannya amat sakit dan juga serak. Ia ingat karena sebelumnya ia sibuk berteriak kencang. Kilasan balik itu, membuat Leo semakin takut dengan sosok Arthur.
Tiba-tiba, terlintas begitu saja. Setitik rindu akan rumah nya. Sejuta rindu kepada orang tuanya. Bagaimana kabar mereka? Bagaimana keadaan mereka setelah ia pergi.
Tok tok tok...
Segera ia hapus air mata itu. Menarik selimut hingga menutupi hampir seluruh badannya, hanya menyisakan kepalanya saja. Lalu pintu terbuka dan datanglah Matheo. Sedikit banyaknya membuat Leo lega, ia tak berani berhadapan dengan Arthur saat ini.
"Tuan, saya membawakan anda sarapan."
Sarapan? Selama itukah ia pingsan?
Leo tertegun. Sekali lagi bergetar takut akibat mengingat kilas balik perbuatan Arthur kemarin. Ya, kemarin. Leo pingsan begitu lama karena kehilangan cukup banyak darah.
Leo hanya menerima nampan berisi sarapan berupa cream sup hangat dengan roti kering. Sedikit banyaknya membuat Leo tergugah. Ia segera menikmati hidangan itu, sementara Matheo sedang membuka gorden lalu membuka jendela kamarnya.
"Tuan Arthur berpesan agar anda segera meminum obat ketika sudah selesai sarapan."
Matheo kini membantu memilah beberapa kapsul obat dan juga menyodorkan air hangat untuk Leo.
Juga semacam obat salep yang Leo paham untuk apa. Ia hanya berterima kasih kepada Matheo, lalu menyuruh pelayan itu untuk segera pergi dari kamarnya. Karena Leo hanya ingin sendirian saat ini.Matheo mengerti, ia dengan telaten membantu Leo merapikan alat makan yang tadi sudah tuan nya pakai. Lalu setelah selesai, iapun pamit untuk mengerjakan pekerjaan lain.
Kini Leo kembali termenung seorang diri. Ia coba bangkit dari ranjang secara perlahan. Hal pertama kali yang ia rasakan adalah sakit dan juga lemas, namun Leo tak mempedulikan itu. Kini yang ia inginkan hanyalah berdiam diri disebuah tempat duduk yang terhubung dengan jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE [Man×Boy]
Romance[SUDAH TAMAT] Dunia memang sudah gila. Maka saat jalan hidup Leo sudah ditentukan oleh kedua orang tuanya pun ia tak marah. Tak pula sedih ketika ia harus mengorbankan masa mudanya demi uang. Hidup nya sepenuhnya dilepas oleh orang tuanya, menjadika...