7

19.4K 2.3K 75
                                        

.
.
.

.
.
.

Ada yang bilang dunia itu penuh dengan kesedihan dan kejahatan.

Kini aku mempercayai itu.

.
.
.

Pagi ini keadaan Leo sudah membaik. Sejak kemarin malam Matheo dengan sabar memberinya pengertian serta obat yang dibutuhkan Leo.

Kini pemuda itu sudah bisa berjalan dengan baik. Ia bahkan sudah berlari kesana-kemari di taman mansion. Ia duduk seraya mengumpulkan bunga-bunga cantik yang pastinya langka dan mahal.

Ia tersenyum saat ada seekor kupu-kupu bertengger manis dijarinya.

Jika siapapun melihat Leo saat ini, pastilah ia akan terpesona. Leo begitu cantik dengan auranya.

Bercahaya seperti mentari dan harum seperti bunga.

Matheo dengan setia menjaga majikannya itu. Ia selalu menuruti kemauan Leo yang saat ini mulai terbuka dengannya.

"Hey, Matheo lihat! Kupu-kupu ini begitu cantik."

Matheo hanya tersenyum. Ia adalah pelayan yang pintar, ia layani majikannya namun juga tak melangkahi batasan yang diberikan Arthur.

"Hari sebentar lagi senja, sebaiknya Tuan segera kembali ke mansion."

"Sebentar lagi. Lihat kupu-kupu ini tak mau pergi dariku."

Leo tertawa, begitu ringan dan juga mampu membuat siapa saja terpesona. Termasuk Matheo yang kini tersenyum hangat melihat Leo yang kegirangan hanya karena seekor kupu-kupu.

Tapi sayangnya, tawa itu serta senyuman itu lenyap begitu saja. Ketika ada seseorang yang datang dengan amarahnya. Mengusir sang kupu-kupu dengan hawa dinginnya, menyingkirkan rona bahagia dari wajah Leo. Tergantikan dengan tatapan kaget juga takut.




"A-arthur.."

Sungguh badan Leo kini kembali bergetar kala pandangannya beradu dengan tatapan tajam Arthur. Pria itu berdiri menjulang, menelisik Leo yang kini sedang duduk di rerumputan.

"Bukankah seharusnya kau istirahat di kamarmu?"

Begitu dingin. Leo merasakan pemaksaan serta perintah dari nada bicara Arthur, bukan berdasarkan kekhawatiran.

"Aku.. sudah baik-baik saja."

Leo mencoba untuk tersenyum, walau kini ia yakin bahwa wajahnya akan terlihat aneh.

Tersenyum dikala jantungmu berdetak kencang karena takut.

Arthur menyeringai lalu ia menarik dasinya dan melemparnya asal. Membuka tiga kancing teratas kemejanya lalu mulai mendekati Leo.



"Benarkah?"

Sungguh, Leo hampir saja berhasil berlari dan menjauhi Arthur. Sebelum tangan kekar itu menariknya kasar hingga membuat Leo limbung.


Bruk!

"Tidak! Apa yang kau lakukan Arthur!"

Leo bergerak memberontak ketika Arthur dengan kasar membaringkan tubuh yang baru saja pulih dari kesakitan itu.

Pria itu menorehkan luka baru di tubuh Leo. Menambah memar. Menorehkan garis yang diikuti aliran darah pada kulit halus itu, menjadi sebab bagi air mata yang kini sudah mengalir deras. Juga melukai harga diri Leo.

Arthur, dengan tak berperasaan mencumbu Leo dengan kasar di hadapan Matheo. Sungguh Leo malu bercampur dengan sakit hati.

Matheo adalah pelayan yang sudah ia anggap sebagai teman, sudah cukup lelaki itu melihat keadaan Leo yang kemarin. Kenapa sekarang harus dengan harga dirinya yang dihancurkan didepan teman pertamanya itu.

Arthur begitu jahat. Bahkan ketika Leo meminta ampun seraya terisak pun pria itu tetap saja mencumbunya. Bahkan tangan pria itu sudah bergeriya dibalik kaos Leo yang kini sudah tersingkap sebatas dada.

Kasar dan menyakitkan. Semua sentuhan itu sama sekali tak menguntungkan bagi tubuh Leo. Bahkan saat jari jemari kekar itu sudah masuk ke balik celananya pun Leo tak merasakan gairah apapun.

Ia hanya memberontak. Walau sia-sia.
Hingga akhirnya Leo diam. Melihat Arthur yang sekali lagi dipenuhi kabut nafsu seperti malam kemarin. Tak mempedulikan Matheo yang kini hanya diam membatu, juga mengabaikan Leo yang kini menangis tersedu-sedu.

Leo, hanya bisa mengepalkan tangannya kuat ketika ia rasakan lagi sakit yang teramat sangat di area holenya. Ia rasakan lesakan kasar dari benda asing yang terus memaksa masuk.

"Aaahh.."

Desahan rendah sang dominan tak sedikit pun merangsang Leo. Ia hanya menangis, melihat sendu Arthur yang kini sedang terpejam mengejar kenikmatannya.

Pandangan Leo mengabur akibat air mata dan juga rasa pusing yang hinggap begitu saja.




Plak!

"Buktikan... jika memang benar kau baik-baik saja."

Pipinya ditampar, Leo dipaksa tersadar ditengah rasa sakitnya. Ia hanya bisa terisak, mencoba membiasakan rasa sakit yang diberikan oleh Arthur.

"Mhh."

"Aaahh."

Hingga semburan itu ia rasakan memenuhi holenya. Sungguh tak ada setitikpun nikmat dari kegiatan senggama itu.

Yang ada hanya sakit, malu dan juga hancur.

Leo kini hanya termenung saat Arthur sudah berhenti bergerak. Ia hanya diam membisu dengan air mata yang masih mengalir deras.

Mata itu hanya menatap kosong sosok Arthur yang berdiri lalu meninggalkannya begitu saja.

Ya, Arthur melengos begitu saja setelah melakukan semua itu.

Leo yang masih syok dengan semua ini hanya bisa tersentak kala Matheo menyampirkan jas miliknya dan memakaikannya kepada Leo.

Pelayannya itu bahkan menutup tubuh Leo dengan jasnya lalu menggendong Leo menuju kamarnya.











.
.
.

.
.
.

Tbc

INSANE [Man×Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang