Epilog

69 9 2
                                    

Happy reading!

°°°°

Di sebuah caffe yang ramai dikunjungi anak-anak millenial, duduk enam anak remaja yang sedari tadi hanya diam saja. Menunggu siapa yang akan memulai pembicaraan, namun tak ada satupun yang berani memulai.

Dengan menurunkan kadar egonya, Dehan membuka suara. "Gue minta maaf, Ra."

"Gue juga, Ra."

"Gue juga."

Tenia dan Lisa pun ikut bersuara, membuat Haura mengerutkan keningnya—bingung.

"Maaf selama ini udah salah paham sama lo," lanjut Dehan merasa bersalah.

Tenia dan Lisa tidak tinggal diam, mereka berdua juga ikut menjelaskan alasan mengapa mereka minta maaf dan kesalahan yang sudah mereka perbuat selama ini.

"Tapi, sorry guys," ucap Haura yang membuat semuanya terdiam menunggu kelanjutan.

"Gue nggak bakal maafin kalian ...."

"Kalau kalian nggak traktir gue es krim sepuasnya," lanjut Haura yang membuat mereka semua tertawa sekaligus lega.

"Tenang aja, lo mau apa? Gue traktir semuanya," ucap Dehan dengan semangat.

Mereka kembali tertawa sembari menikmati hidangan makanan. Karen pun tidak ingin ketinggalan momen, ia mengeluarkan aksi andalannya—bercerita sesuatu hal yang lucu hingga membuat mereka semua tidak bis untuk tidak tertawa.

"Ar," panggil Dehan di tengah-tengah Karen yang sedang ngelawak. Sang empu pun menoleh.

"Gue minta maaf."

"Buat?"

"Semuanya." Dehan menarik nafasnya dalam. "Dan makasih juga udah jagain Haura selama ini. Lo ngambil peran gue tau nggak?!" hardik Dehan dengan nada bercanda.

"Tapi kali ini, gue bakal ikhlasin Lo sama Haura. Dan gue, akan tetap jadi bodyguard yang akan selalu lindungi Haura."

"Awas aja kalau lo macam-macam," peringat Dehan yang membuat semuanya kembali tertawa.

Arsya pun terkekeh. "Lo nggak usah khawatir."

Sore itu, Haura baru merasakan bagaimana rasanya bisa tertawa lepas bersama teman-teman. Ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan. Justru Haura sangat menikmatinya.

****

"Gimana perasaan lo sekarang?" tanya Arsya yang kini sedang menyusuri taman bersama Haura.

Arsya dan Haura izin pamit lebih dulu, untungnya mereka yang lain bisa memaklumi bahwa kedua remaja itu butuh waktu berdua.

Awalnya Dehan menentang, tapi ia sadar. Bahwa dirinya hanyalah bodyguard Haura, yang akan selalu menjaga siapapun yang menyakiti princes-nya.

Ah, panggilan itu sudah sangat jarang ia gunakan.

"Seperti yang lo lihat," jawab Haura tersenyum.

"Gue seneng kalau lo bahagia." Arsya menghentikan langkah kakinya, membuat Haura pun melakukan hal yang sama.

Cowok itu menatap dalam mata Haura, lalu jemarinya menggenggam erat jemari Haura.
"Lo cantik hari ini." Kalimat yang keluar dari mulut Arsya membuat Haura salah tingkah.

"Apaan sih lo." Arsya terkekeh melihat ekspresi Haura.

"Lo tau? Kenapa gue bisa pindah ke sekolah lo?" tanya Arsya yang membuat Haura menggeleng.

Arsya tersenyum ke arahnya. "Karena lo."

"Gue?"

"Iya, karena gue mau menjaga gadis kecil yang dulunya sangat cengeng."

"Tapi sekarang dia udah tumbuh dewasa," lanjut Arsya.

Mereka akhirnya memilih duduk di sebuah bangku taman, setelah lama hanya berjalan-jalan saja mengitarinya.

"Lo mau tau satu fakta nggak?" tanya Arsya lagi.

"Apa?"

"Sebenarnya gue tertarik sama lo dari kecil, bukan karena lo cengeng ya." Haura memukul lengan Arsya, yang membuat cowok itu tertawa. Haura hanya bisa meneguk salivanya menyaksikan tawa cowok di sampingnya.

"Ternyata lo beneran galak ya."

"Iya, tanyain aja seantero sekolah. Siapa yang berani sama gue, pasti nggak ada," jelas Haura dengan bangga yang justru membuat Arsya tertawa kembali.

"Lo itu menarik, Ra. Diri lo punya nilai tersendiri yang mampu menarik gue," lanjut Arsya.

"Makanya gue pindah sekolah dan mencari tau semua hal tentang lo."

Arsya menatap Haura, mengunci pergerakan mata cewek itu. Lalu menggenggam erat jemarinya.

"Mulai sekarang, kita hadapi sama-sama, ya. Lo nggak boleh ngerasa sendirian, karena ada gue yang akan selalu nemanin lo."

Haura lagi-lagi hanya bisa meneguk salivanya, tatapan mata Arsya yang begitu dalam membuatnya terhipnotis, serta genggaman hangat jemarinya.

Ah, Haura benar-benar sudah gila karnanya.

"Ciee baper," ledek Arsya sembari mencoel dagu Haura, yang membuat Haura tersadar.

"ARSYA!" teriak Haura kesel. Mereka berdua pun saling kejar-kejaran layaknya anak kecil yang hidup bahagia tanpa memiliki beban.


Masalah tidak akan pernah berhenti menghampirimu. Namun, hal itu justru yang akan mendewasakanmu.

Ingat, bahwa di dunia ini kamu tidak sendirian. Selalu ada orang-orang yang akan mensuportmu.

Berpura-pura tegar boleh-boleh saja, tapi tidak selamanya ketegaran itu membuatmu baik-baik saja.

Dengan ini, Haura pamit.


°°°°

Terima kasih aku ucapkan yang sebesar-besarnya buat pembaca setia Haura, yang sudah bertahan sampai titik ini.

Terima kasih untuk seluruh supportnya.

Tanpa kalian, cerita ini tidak ada apa-apanya.

Gimana endingnya?
Maaf kalau nggak seusai dengan ekspetasi kalian:)

Lope sekebon buat pembaca setia Haura<3

'Jadikan Al Quran sebagai bacaan utama.'

Salam hangat,
Fuji

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAURA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang