Tujuh

99 46 49
                                    

Happy reading^^

"Menghilang tanpa kabar adalah hal yang paling kubenci. Jadi tolong, jangan pernah lakukan itu."

--Fuji Rahayu Ningtia--

¤¤¤¤

"Masih lama gak?" tanya Arsya yang dari tadi masih setia menunggu gadis dengan rambut sebahu itu melamun di tepi danau.
Arsya juga bingung sendiri, entah apa yang dipikirkan gadis itu sampai-sampai ia betah berlama-lama di sini

"Lo pergi aja, gue gak minta ditungguin!"

"Ya udah lanjut aja melamunnya. Gue akan tungguin lo kok."

Haura hanya menghembuskan nafasnya kasar. Tidak ingin berdebat lebih lanjut dengan pria di sampingnya. Haura lebih memilih untuk diam dari pada menanggapinya.

Kira-kira sudah 3 jam lamanya mereka terdiam sambil menatap danau yang dapat menyihir setiap mata yang memandangnya.

Langit mulai gelap, awan hitam telah berkumpul di atas sana. Bersiap untuk menjatuhkan ribuan air ke bumi. Hembusan angin yang cukup kencang berhasil membuat Haura memeluk tubuhnya sendiri.

Lain dengan Arsya, lelaki terlihat biasa saja seolah tidak terganggu sedikitpun dengan dinginnya angin.

Tes!

Satu tetes air turun dari langit tepat mengenai wajah Arsya. Ia mendongak menatap langit yang sudah gelap. Sepertinya hujan akan turun.

"Udah mau hujan, Ra." Tak ada balasan, Haura masih saja diam.

"Kita pulang sekarang!" Arsya langsung saja menarik tangan Haura dan menggenggamnya erat. Haura pun spontan berdiri karena tangannya ditarik pria yang dari tadi masih setia menemaninya di danau.

"Gak ada penolakan!"

Sebelum membuka mulut untuk bersuara, tangan Haura kembali ditarik oleh lelaki yang baru saja dikenalnya itu. Membawanya pergi menjauh dari danau.

"Gue bisa pulang sendiri!" Haura melepaskan genggaman tangan lelaki itu.

"Gue gak akan biarin lo pulang sendiri!"

"Lo siapa ngatur-ngatur gue?"

"Sekarang gue masih bukan siapa-siapa lo, tapi lo lihat aja besok."

Arsya kembali menggenggam tangan Haura. Membawanya mendekati motor sport yang terparkir rapi di dekat jalan yang sepi itu.

"Naik motor?" tanya Haura dan langsung saja dibalas dengan anggukan oleh Arsya.

"Kenapa emang?" Arsya balik bertanya.

"Eh, gak papa." Haura bukannya tidak suka naik motor, tapi ia sudah lupa kapan terakhir kalinya dia naik motor. Sudah lama sekali rasanya. Dan sekarang, ia akan kembali naik motor.

Haura menarik sedikit ujung bibirnya, menampilkan senyum tipis yang selama ini selalu dia sembunyikan dari orang-orang. Entah kenapa, ia merasa bahagia karna akan naik motor kembali.

"Kalau mau senyum, senyum aja. Gak usah nanggung gitu," ucap Arsya yang ternyata dapat melihat senyum sekilas Haura itu.

Seketika Haura memudarkan senyumnya, kembali memasang ekspresi andalannya--flat.

"Nih pakai!" Arsya menyodorkan helm berwarna coklat itu kepada Haura.

Haura malah mengernyitkan dahinya, berusaha untuk mencerna. Haura hanya heran saja, mengapa warna helmnya sama dengan warna kesukaannya--coklat.

HAURA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang