Empat belas

49 9 2
                                    

Happy reading^^

"Bukan soal suka atau tidak suka. Tapi ini menyangkut tanggung jawab."

-Fuji Rahayu Ningtia-

***

Haura telah sampai di kelas. Suasana kelas tidak seramai biasanya, hanya ada beberapa siswa yang bisa dihitung dengan menggunakan jari saja. Mungkin karena bel masuk belum berbunyi.

Haura duduk di bangkunya, lalu mengeluarkan ponsel dari saku seragam. Mulai mengotak-atik sosial media yang nyatanya tidak ada hal penting.

Ah, membosankan!

Tapi nyatanya, hal ini sudah terbiasa bagi Haura. Jika tidak ditemani kedua bodyguard-nya, maka sepi menjadi temannya.

"Ra!" Arsya datang menghampiri Haura. Membuat Haura menoleh ke arahnya.

"Kenapa?"

"Lo main tinggalin gue gitu aja." Arsya menarik kursi di samping Haura, lalu mendudukinya. Tak lupa menghadapkan posisinya pada Haura.

"Gue buru-buru," jawab Haura asal sambil terus terfokus pada handphone-nya.

"Lo ... cemburu?" tanya Arsya dengan senyum jahilnya membuat Haura tersendak kaget.

Haura melotot melihat Arsya. " Apaan cemburu!"

Sedangkan Arsya hanya tertawa melihat ekspresi Haura. Sesekali memukul meja karena tak tahan.

"Apaan sih lo? Nggak jelas!" Haura berucap judes.

"Muka lo nggak usah gitu juga kali, jelas banget kalau lo cemburu," ucap Arsya sambil terkekeh.

"Gue nggak cemburu!" ucap Haura dengan nada yang mulai meninggi.

"Gue sama Tenia nggak ada apa-apa kok." Arsya menjelaskan, sedangkan Haura hanya diam menyimak.

"Tuhkan, lo diam. Mau dengar kelanjutan cerita gue kan?" Arsya lagi-lagi menjahili Haura.

"Lo ngeselin!" teriak Haura yang membuat tawa Arsya semakin keras terdengar.

"Ketawa lo tolong dikondisikan. Tuh liat, jadi pusat perhatian 'kan kita." Haura memperingati.

"Ya nggak pa-pa dong."

"Gue nggak suka!"

"Iya-iya." Arsya mengalah, tidak mau memperpanjang perdebatan.

"Orang tua gue sama Tenia itu rekan kerja. Jadi, kita sering ketemu pas ada acara gitu. Gitu doang, nggak lebih kok." Arsya melanjutkan penjelasannya.

"Gue nggak peduli!" tekan Haura lagi.

"Ra!" panggil Arsya.

"Apa?"

"Bisa nggak kalau ngomong sama gue dihalusin dikit?"

****

"Lo ngomong apa sama Haura tadi?" tanya Karen pada Dehan saat mereka tengah bermain basket di lapangan.

Saat ini, kelas mereka sedang tidak ada guru. Jadi, daripada suntuk di kelas mereka berdua memilih untuk bermain basket.

"Nggak boleh kepo!" ucap Dehan sambil terus men-drible bola.

"Lo nggak usah rahasia-rahasiaan sama gue deh."

"Cemburu lo keliatan banget tadi," lanjut Karen.

Dehan seketika menghentikan aksinya men dibble bola. Lalu menatap Karen bingung.

"Gue nggak cemburu!"

HAURA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang