Happy reading :)
"Katanya, manusia tidak bisa hidup sendiri. Tapi nyatanya, ego yang terlalu tinggi membuatnya seolah-olah manusia hebat, yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain."
--Fuji Rahayu Ningtia
¤¤¤"Assamu'alaikum, oma." Teriak kedua pria yang berada di samping Haura tersebut. Iya, siapa lagi kalau bukan Dehan dan Karen.
Bukannya hanya mereka yang selalu besama Haura?
Ya, hanya mereka.Haura reflek menutup kedua telinganya saar mendengar teriakan dua lelaki di sampingnya itu. Sambil memutar malas kedua bola matanya. Sudah ia tebak, jika kedua bosuguard- nya ke sini pasti selalu seperti ini. Entahlah, tapi yang pasti dengan kehadiran mereka berdua bisa membuat oma bahagia.
Lalu kedua bodyguard-nya itu langsung berlari memasuki rumah, menghampiri oma yang sedang duduk santai, kemudian mencium tangan oma dengan sopan.
Haura pun menyusul, melangkahkan kakinya ke dalam rumah dan mencium tangan orang yang sudah merawatnya dari ia kecil. Tangan yang tidak pernah memukulnya, meskipun ia melakukan kesalahan yang fatal.
Setidaknya, masih ada orang yang bisa menjadi alasannya untuk tersenyum. Meski senyumnya itu hanya ditunjukkan untuk orang-orang tertentu, seperti oma dan kedua bodyguard-nya ini.
"Gimana kabar oma?" tanya Dehan yang sudah duduk di samping oma.
"Alhamdulillah oma baik." Oma tersenyum bahagia. Bagi oma, kehadiran mereka berdua di hidup Haura dapat membuat keadaan cucunya lebih baik. Hal itu sudah lebih dari cukup untuk oma.
"Kalian udah makan belum? Yuk kita makan bareng. Bi Lastri udah siapin makanan yang enak tuh," ajak oma dengan sumringah.
Bi Lastri adalah asistent rumah tangga di sini. Di rumah sebesar ini, Haura hanya tinggal bertiga dengan oma dan bi Lastri.
"Nah, ini yang kita tunggu-tunggu loh oma. makan gratis."
"Enak aja lo, bayar!" sahut Haura.
"Lo siapa? Oma aja gak nyuruh bayar kok."
"Lo masih tanya gue siapa? Ntar gue pecat lo jadi bodyguard."
"Gue sih oke-oke aja. Tapi nanti gak ada yang jagain lo, mampus lo diculik sama om-oma sana."
"Gue bisa jaga diri gue sendiri!"
"Ya ampun, kalian malah ribut di sini. Kapan makannya ini?" Oma angkat suara, sengaja untuk menghentikan adu mulut cucunya ini.
"Haura tuh, oma," adu Karen.
Tak ingin menanggapi Karen yang selalu bikin ia kesal itu, Haura pun pamit ke kamarnya.
"Haura ganti baju dulu ya oma." Setelah mendapat anggukan dari oma, Haura pun pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Sekarang, Oma, Dehan dan Karen sudah berada di meja makan. Sambil menunggu Haura datang, mereka berbincang-bincang ringan.
"Gimana keadaan Haura di sekolah?" Seperti biasa, oma selalu menanyakan hal itu kepada kedua pria di depannya ini. Bukan bermaksud untuk memata-matai Haura, oma hanya ingin mengetahui bagaimana keadaan Haura.
"Weh! Masih sama oma, always flat." Karen terkekeh, sepertinya ia semangat sekali jika topik yang mereka bahas adalah Haura.
Mendengar jawaban Karen tersebut, oma ikut tertawa.
"Dia masih suka ribut?" Ya, oma memang tahu jika Haura sering ribut di sekolah. Karena kedua bodyguard cucunya ini selalu memberi info dengan rinci.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAURA (COMPLETED)
Fiksi Remaja"Gue nggak butuh lo! Gue hanya butuh ketenangan!" "Lo nggak bisa ngusir gue gitu aja. Gimana kalau ketenangan yang lo cari itu ada saat bersama gue?" ~~~ Bagaimana jadinya jika seorang gadis remaja yang selalu dihujani masalah-masalah malah bertingk...