Happy Reading!
"Jangan pernah menyebut nama dia lagi di depanku, karena aku tidak suka akan hal itu."
°°°°
Saat sedang menunggu pesanan, dua orang yang begitu Haura kenali datang menghampiri mereka."Haura?"
Mendengar namanya dipanggil seseorang, Haura pun mengalihkan pandangan ke sumber suara.
Haura menghela nafasnya saat mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Ra, gue mau ngomong," ucap orang itu.
"Sorry nggak bisa," balas Haura acuh.
"Ra, pliss. Ada hal yang harus kita selesai'in," ucapnya memohon.
Dia adalah Lisa, sekretaris OSIS yang kehilangan flashdisk dan menuduh Haura sebagai pelakunya. Ia datang tidak sendirian, melainkan dengan Dehan. Cowok itu hanya diam di samping Lisa.
"Apa yang harus diselesai'in? Belum puas Lo nuduh gue pencuri bahkan sampai gue di-skor?!" ucap Haura dengan emosi, ia sangat tidak suka melihat wajah sok memelas cewek di depannya ini.
"Nggak gitu, Ra."
"Trus apa?!"
"Gu ... gue minta maaf," ucap Lisa melemah. Kepalanya ditundukkan dengan jari tangan yang saling bertautan.
Suasana seketika hening, bahkan siswa-siswi yang juga berada di kantin menghentikan aktivitasnya dan fokus memperhatikan apa yang sedang terjadi.
"Gue minta maaf karna udah nuduh lo. Te ... ternyata flashdisk gue ada di rumah." Lisa berhenti berbicara sebentar. "Gue bener-bener minta maaf."
Haura tersenyum sinis, lalu tertawa hambar. "Bukannya ini udah jadi strategi Lo?"
Lisa menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan, Ra. Sumpah, gue nggak bermaksud kayak gitu ke lo."
Haura lagi-lagi memutar malas bola matanya. Lalu ia berdiri dari duduknya.
"Gue ke kelas dulu, udah nggak mood makan."Haura pun meninggalkan kantin dengan emosi yang ia tahan sedari tadi. Ingin rasanya Haura meluapkan semua ini, tapi sebisa mungkin ia tahan agar tidak meluap. Makanya Haura memilih pergi dari pada meladeni Lisa.
Saat Haura meninggalkan kantin, Dehan pun menyusulinya dari belakang.
Kini, tinggalkan Arsya dan Lisa serta siswa-siswi yang sedari tadi menonton apa yang terjadi.
"Lo bener-bener— ah! Gue nggak tau harus ngomong apa lagi," ucap Arsya kesal.
"Gue minta maaf," balas Lisa dengan suara melemah.
"Lo nggak tau apa yang sedang dia alami dan lo malah nambah beban dia gitu aja." Arsya menghela nafasnya. "Bener-bener keterlaluan tau gak!"
***
"Haura!" panggil Dehan.
Mendengar itu, Haura pun menghentikan langkahnya. Dengan cepat, Dehan menghampiri Haura.
"Gue mau ngomong," ucap Dehan.
"Ke taman belakang sekolah," lanjut Dehan, sedangkan Haura hanya menghela nafasnya pasrah saat tangannya ditarik Dehan gitu aja.
Kini, mereka telah berada di taman belakang sekolah. Dehan sedari tadi memandang wajah jutek Haura, hingga akhirnya ia mulai bersuara.
"Gue minta maaf."
"Ha?"
"Gue minta maaf," ulang Dehan. Matanya menatap dalam mata lawan bicaranya.
"Maaf karena udah nuduh lo yang enggak-enggak, udah marahin lo, udah buat lo kecewa." Dehan menunduk.
Haura hanya diam, tidak merespon ucapan Dehan.
"Gue tau lo marah sama gue, lo kecewa sama gue. Tapi gue mohon, maafin gue."
"Dehan yang gue kenal nggak pernah ngebentak gue tau nggak?" ujar Haura dengan suara melemah.
Ingatannya kembali ke masa di mana Dehan memarahi, membentak dan memakinya. Lagi-lagi Haura meringis membayangi hal itu.
"Gue kelepasan waktu itu. Lo tau kan gue udah kepalang emosi saat tau lo malah pergi dengan Si Arsya itu."
"Gue nggak suka Lo deket-deket dengan dia!" Akhirnya, Dehan mengungkapkan kata-kata yang dari dulu ia pendam.
"Kenapa? Arsya baik kok."
Dehan mengusap kasar wajahnya.
"Oke, sekarang gue mohon jangan pernah bahas Arsya di depan gue.""Kenapa?" tanya Haura lagi.
"Gue nggak suka, Ra."
Huff
Haura menghembuskan nafasnya."Jadi dimaafin nggak gue nya?" tanya Dehan lagi.
"Nggak jadi, lo nyebelin!"
Bukannya marah, Dehan malah tersenyum. Akhirnya, bentang pertahanan es Haura mulai mencair.
"Beneran nggak dimaafin?"
"Enggak!" kekeh Haura dengan pipi digembungkan, membuat ia terlihat semakin menggemaskan.
"Oke kalau gitu, tadinya sih gue mau traktirin Lo es krim sama cokelat. Tapi nggak jadi deh kayaknya."
"Eh— kok nggak jadi?"
Dehan tertawa melihat respon Haura.
"Nggak mau tau, pokoknya pulang sekolah nanti traktir gue es krim sama cokelat sebanyak-banyaknya, atau nggak akan gue maafin lo," ancam Haura.
"Buset, bisa bangkrut gue Ra."
"Gue nggak peduli!"
Lagi-lagi Dehan tertawa. Ternyata meluluhkan hati seorang Haura memang sudah menjadi bakatnya dari lahir.
°°°°
Lucu ya mereka berdua hehe
Udah vote belum nih?
Kalau udah, makasiii lohNggak mau ngebacot ah:v
Tunggu aja part selanjutnya, okeyy
Salam hangat,
Fuji

KAMU SEDANG MEMBACA
HAURA (COMPLETED)
Novela Juvenil"Gue nggak butuh lo! Gue hanya butuh ketenangan!" "Lo nggak bisa ngusir gue gitu aja. Gimana kalau ketenangan yang lo cari itu ada saat bersama gue?" ~~~ Bagaimana jadinya jika seorang gadis remaja yang selalu dihujani masalah-masalah malah bertingk...