Happy reading^^
"Mana yang lebih menyakitkan? Ada tapi tak dihargai atau ada tapi tak dianggap? Keduanya sama, sama-sama menyakitkan."
♡♡♡
Malam yang tak diharapkan Haura pun datang. Sudah berapa kali ia meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Apalagi ditambah nantinya ia akan ditemani oleh Arsya ke pesta ulang tahun papanya.Haura sudah siap dengan stelan anggunnya. Tidak biasanya Haura mau berpenampilan seperti ini. Balutan dress berwarna cokelat bercampur cream serta sepatu hillsnya.
Tak lain dan tak bukan ini semua karena Arsya. Ya, cowok itu membelikan Haura gaun khusus untuk acara malam ini. Padahal, Haura sudah menolak mentah-mentah tapi Arsya tetap kekeh memberikannya.
Tak lama kemudian, ponsel Haura berbunyi pertanda ada pesan masuk. Ternyata dari Arsya, cowok itu sudah berada di depan rumah Haura.
Setelah memastikan penampilannya sekali lagi di depan cermin. Haura pun akhirnya keluar dari kamar.
"Haura pergi dulu ya, Oma." Haura menghampiri wanita tua yang sedang menonton televisi itu.
Oma menoleh ke arah Haura. "Kamu sudah yakin mau pergi ke sana?"
Sudah berapa kali oma menanyakan hal itu pada Haura. Sebenarnya ia juga tidak yakin, tapi di satu sisi ia juga tak ingin mengecewakan kakaknya-Brian.
"Haura yakin, Oma." Haura mengucapkan kalimat yang ia sendiri tidak tahu yakin atau tidak.
Oma menghela nafasnya. "Apapun nanti yang terjadi di sana, kamu harus siap menghadapinya, ya," ucap oma kepada cucu kesayangannya.
"Iya Oma."
Haura mengambil tangan keriput itu, lalu menciumnya. "Haura pergi dulu, ya."
"Pergi sama siapa, Ra?" teriak oma saat Haura hampir menghilang di balik pintu.
"Sama temen."
Mata Haura langsung menangkap sosok cowok yang tidak asing lagi di depan pagar rumahnya, yang telah menunggu bersama motor kesayangannya.
"Sorry lama," ucap Haura, sedangkan Arsya hanya tercengang melihat penampilan Haura dari atas hingga bawah.
Ini orang atau bidadari?" batin Arsya.
Haura yang melihat Arsya tidak merespon melambaikan tangannya di depan wajah tampan cowok itu.
"Ar!" Masih sama, tidak ada respon.
"Arsya!"
"Eh iya kenapa?" tanya Arsya saat tersadar dari lamunannya.
"Sorry lama." Haura mengulang kalimatnya yang tadi.
"Iya, santai aja." Arsya pun mengulurkan helm ke arah Haura. Dengan cepat Haura mengambil dan memasangkannya ke kepala.
"Lo yakin kan?" tanya Arsya saat Haura telah naik di atas motornya.
Haura paham maksud dari pertanyaan Arsya ini, pertanyaan yang sama dengan oma.
"Yakin."
****
Motor sport Arsya akhirnya terparkir rapi di halaman rumah orang tua Haura. Rumah yang seperti neraka bagi Haura ini terlihat semakin megah seiring berjalannya waktu.
Sudah lama Haura tidak menginjakkan kakinya ke sini. Terakhir saat ia dibawa pergi oleh omanya lantaran diusir oleh papanya sendiri.
Haura menghembuskan nafasnya kasar, tidak menyangka jika ia harus kembali menginjakkan kaki di sini.
Arsya yang melihat Haura tengah gusar pun, mengambil tangan Haura dan mengenggamnya erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAURA (COMPLETED)
Novela Juvenil"Gue nggak butuh lo! Gue hanya butuh ketenangan!" "Lo nggak bisa ngusir gue gitu aja. Gimana kalau ketenangan yang lo cari itu ada saat bersama gue?" ~~~ Bagaimana jadinya jika seorang gadis remaja yang selalu dihujani masalah-masalah malah bertingk...