Happy reading^^♡♡♡
Mobil sport milik Dehan telah terparkir rapi di halaman parkir SMA Cakrawala. Sudah ada beberapa kendaraan milik siswa yang juga terpakir rapi di sana.
Haura lebih dulu turun dari mobil, disusul dengan Dehan dan Karen.
Haura menghirup udara segar pagi ini dalam-dalam, bau alami menyeruak masuk ke dalam hidung Haura. Dari tadi ia berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja perihal buku Lisa yang berada di mobil Dehan. Tak ingin memperpanjang masalah.Saat melangkahkan kaki menuju kelas. Seseorang datang menghampiri Haura dan kedua bodyguard-nya, membuat langkah kaki mereka bertiga terhenti.
"Pagi semuanya," sapa orang tersebut. Lisa, sang pemilik suara tengah tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya yang rapi.
"Wah, tumben Lis," ucap Karen menimpali.
"Tumben apanya?" tanya Lisa yang masih setia mengembangkan senyum di bibirnya.
"Wajah lo berseri-seri kayak habis ditembak doi," canda Karen sembari terkekeh.
"Emang bahagia cuma ditembak doi doang?"
"Ya enggak sih." Karen menggarut kepala bagian belakangnya.
Sedangkan Haura memutar malas kedua bola matanya, malas dengan percakapan tak berbobot mereka dan malas dengan kehadiran Lisa yang bisa saja merusak moodnya pagi ini.
"Eh, Han. Lo tau nggak. Gue kepilih jadi perwakilan SMA Cakrawala untuk Olimpiade MIPA nanti," ucap Lisa dengan semangat, senyum di wajahnya semakin mengembang, menandakan bahwa ia begitu bahagia.
Memang, Lisa kemaren mengikuti seleksi Olimpiade MIPA. Dehan sempat menyuruh Haura untuk mengikuti seleksi itu. Tapi Haura menolak mentah-mentah.
Haura yang mendengar hal itu mengalihkan tatapannya dari Lisa. Bukan iri, tapi tidak suka saja melihat Lisa yang sepertinya sedang menyombongkan diri.
"Serius lo?" tanya Dehan yang dari tadi hanya diam dengan antusiasnya.
Lisa mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya."
"Keren lo." Dehan memberi apresiasi pada Lisa yang tentu saja semakin membuatnya senang. Tak lupa menyodorkan kedua jempolnya ke arah Lisa.
"Kayak nama gue dong," sambar Karen.
"Nama lo Karen, bego!" ucap Dehan dengan suara yang mulai meninggi. Lantaran kesal dengan penuturan Karen barusan.
"Ih Dehan mulai kasar, aku nggak like," ucap Karen meniru gaya anak kecil yang sedang merajuk. Siapapun yang melihat ekspresi Karen pastinya akan tertawa. Tapi tidak dengan Haura.
"Gue ke kelas dulu," ucap Haura lalu bergegas pergi meninggalkan mereka. Dehan dan Karen hanya bisa melongo melihat kepergian Haura.
Lain halnya dengan Lisa, ia terus berceloteh ria. Tanpa sadar tidak ada satupun yang mempedulikannya ucapannya.
Di koridor, Haura kembali berpapasan dengan orang yang akhir-akhir ini selalu menganggu pikirannya, Arsya.
Mata Haura langsung melebar saat menyadari siapa orang yang sedang bersama Arsya. Mereka tampak asik bercerita tanpa menyadari keberadaan Haura."Eh, Haura." Arsya baru saja tersadar jika Haura berpapasan dengannya.
Haura berhenti sejenak. Menatap nanar dua orang di depannya. Ekspresi andalan yang ia keluarkan membuat Tenia tersenyum picik.
"Kenapa lo liat-liat?" tanya Tenia dengan nada sinisnya.
Haura tak merespon ucapan Tenia. Ia memilih melangkahkan kakinya menuju kelas. Tak berniat sedikit pun untuk meladeni sang pencari masalah itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAURA (COMPLETED)
Teen Fiction"Gue nggak butuh lo! Gue hanya butuh ketenangan!" "Lo nggak bisa ngusir gue gitu aja. Gimana kalau ketenangan yang lo cari itu ada saat bersama gue?" ~~~ Bagaimana jadinya jika seorang gadis remaja yang selalu dihujani masalah-masalah malah bertingk...