part 9

804 161 7
                                    

Sebelumnya mau ngasih tau dulu, di part ini menurutku agak kurang penting, jadi buat kalian yang gak suka boleh skip, tapi kalo boleh sih ya baca aja.. hehe.

Jadi waktu itu aku sebenarnya nggak ada niat buat nulis karena lagi kehabisan ide, tapi berterimakasih lah sama abang aku yang waktu itu lagi main PS jadi aku ada nemu sedikit ide buat lanjutin..

Oke, cukup segini dulu cuap-cuapnya.

Happy reading gaisuu
.
.
.
.
.
.
.

"ini,.. beneran nggak papa Nar? Main PS dirumah Lo?" tanya Deva yang memang sedari tadi ragu. Ia saja sudah sangat heran dengan Nara yang mau diajak main PS, lah ini ditambah main PS nya dirumah Nara. Double bingung!

"Hmm,.. iya, gapapa" balas Nara pelan. Ia sendiri juga bingung. Semenjak dirinya ketiduran di WC sekolah, ia merasa ini bukan dirinya. Apa jangan-jangan ia kerasukan hantu penunggu WC? Tapi, masa sih iya ada hantu yang merasuki hantu lagi? Kan aneh.

"Udahlah Dev, gausah dipikirin gitu. Toh, Nara sendiri yang ngajak" ujar Doni dengan santai.

Mereka berdua akhirnya mengikuti Nara yang sudah masuk duluan kedalam rumahnya.

"Buat apa sih Nar? Pulang-pulang kok langsung ngam--" ucapan Ryan yang heran melihat adiknya pulang sekolah langsung mengambil PS itu terpotong, kala melihat dua orang yang memasuki rumahnya.

"Lo? Ngapain disini nyet?!" Ryan berjalan mendekati mereka berdua dan menjitak kepala Doni.

"Mau main PS lah" balas Doni meringis merasa jitakan Ryan yang tidak main-main.

"Lo yang paksa Nara kan buat main PS disini? Ngaku lo!" tuduh Ryan.

Seseorang, tolong sadarkan Deva agar mengatupkan kembali mulutnya yang melongo bak orang idiot. 

Sebenarnya ada apa ini? Bagaimana bisa Doni seakan sangat akrab dengan kakak kembar Nara?

"Oh iya, kenalin dulu nih Deva namanya" ujar Doni memperkenalkan Deva pada Ryan.

"Udah tau kali, calon adik ipar" ujar Ryan dengan bisikan diakhir Kalimatnya.

"Wuohhh!! Udah di kasih lampu ijo tuh Dev, sama calon kakak ipar" seru Doni heboh. Deva hanya meringis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oh iya, duduk dulu tuh. Berdiri terus kayak orang-orangan sawah" Ryan duduk di sofa yang berada di ruang tengah, diikuti oleh duo cecunguk itu.

"Gue yakin nih, pasti si Deva lagi kebingungan" Ryan membuka suaranya.

"Jadi gini yah Dev, gue sama Shun go Kong yang mencari kitab suci bareng chupatkay alias si monyet Doni ini itu udah kenal lama, se-SMP kita ituh"  Ryan! Kamu itu memang peramal yah?! Ia seakan tau apa yang ada dipikiran Deva saat ini.

"Kalian sesekolah? Bareng Nara juga?" Tanya Deva yang diangguki oleh Doni dan Ryan.

"Kenapa bro? Kenapa gue nggak pernah ngasih tau Lo kalo gue itu satu SMP sama Nara?" ucap Doni yang sedang mencomot kue nastar yang disediakan di atas meja.

"Dih jijay banget lo! Malu malu ta'ong!" Ucap Doni melihat tingkah Deva yang hanya diam menggaruk bagian belakang kepalanya. Kentara sekali kalau ia memang malu karena sedikit menyumpahi Doni yang tak memberitahukan tentang Nara yang satu SMP dengannya dulu.

Tak lama kemudian, Nara muncul setelah beberapa saat berganti pakaian dikamarnya.

"Yaudah yuk buruan, gue udah nggak sabar mau ngebanting orang pake Brock Lesnar" ujar Doni yang begitu bersemangat. Bahkan tanpa tahu malunya dia mendahului sang tuan rumah yang hanya dapat menggelengkan kepalanya.

Si Aneh Dan SebelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang