part 14

707 149 20
                                    

Nara memandang kosong kedepan. Meskipun guru sedang menerangkan di depan, tetapi Nara sama sekali tak memperhatikannya. Pandangannya hampa.

Ia kembali teringat kejadian tadi malam. Kehadiran sosok tak terduga itu membuatnya sedikit terguncang. Ia menjadi sering melamun dan terbengong.

Sosok itu. Nara mengepalkan tangannya yang berada di atas pangkuannya. Ia memejamkan matanya berharap bayang-bayang sosok itu pergi dari pikirannya.

.
.
.

"Lama tidak bertemu, adik-adik ku" laki-laki itu hendak menepuk-nepuk pundak Ryan namun segera ditepis oleh pemiliknya.

"Mau apa Lo kesini?" Ryan bertanya dengan nada dingin dan datarnya. Cowok itu tengah berusaha mati-matian untuk menahan gejolak amarahnya yang kian membesar tiap kali menatap wajah laki-laki tersebut.

"Calm my younger brother, ini tempat umum kan" laki-laki itu tersenyum sinis. Matanya melirik Nara yang tengah menyembunyikan diri dibalik punggung Ryan.

Ryan yang menyadari laki-laki itu melirik adiknya langsung saja menghalangi dengan tubuhnya.

"Wow, perubahan yang besar yah Nara. Setelah sekian lama nggak ketemu, sayang sekali gue nggak bisa lihat wajah cantik Lo"  lagi-lagi, laki-laki itu terkekeh. Entah apa yang lucu. Saat tangannya hendak menyentuh kepala Nara, Ryan langsung saja menepisnya.

"Jangan sentuh dia, bangsat!." Ryan mencengkeram pergelangan tangan laki-laki itu dengan sangat erat yang hanya ditanggapi dengan senyum remeh.

"Kenapa? Sebagai seorang kakak, gue juga pengen ngelus kepala dia. Bahkan sekalipun gue meluk dia, itu bukan masalah" ucapan dari laki-laki itu membuat Ryan kian meradang.

Ryan hendak turun dari motornya untuk membogem laki-laki itu kalau saja Nara tidak menahannya. Gadis itu semakin mempererat pelukannya pada Ryan.

"U-udah r-ryan. Kit-kita pulang aj-ja" ungkapnya dengan begitu pelan dan tergagap.

Ryan menghela nafasnya kasar. Ia pun mengangguk sebagai jawaban.

Tanpa memperdulikan sosok laki-laki itu, Ryan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

.
.
.

Deva berkali-kali melirik pada sosok Nara disampingnya. Ia juga melihat gadis itu yang tengah mengepalkan tangannya. Deva yakin, ada sesuatu yang tengah dihadapi Nara.

"Psst, Nar" Deva sedikit mencondongkan tubuhnya kesamping agar dapat berbisik.

Nara terkesiap. Ia menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati Deva yang tengah memandangnya.

"Lo kenapa dari tadi ngelamun?" Deva masih bertanya dengan nada bisikan.

Nara menjawabnya dengan gelengan serta senyuman kecil. Ia tidak tahu kalau ternyata sedari tadi ia diperhatikan oleh Deva.

Deva mengangguk dan berusaha untuk tidak bertanya lagi meski sebenarnya sangat ingin.

Waktu berlalu dengan cepat. Kini bel istirahat pertama telah berbunyi membuat suasana kelas menjadi ricuh setelah sang guru keluar kelas.

"Yuhuu Nara, yok ke kantin" Mita menghampiri Nara dengan nada cerianya.

"Nggak deh, gue bawa bekal. Makan disini aja" balas Nara seraya menunjukkan kotak bekalnya.

Sebenarnya Mita sedikit kecewa. Tapi mau tak mau iapun mengangguk. Barangkali Nara tidak nyaman berada di kantin, pikirnya.

"Yaudah kalo gitu gue ke kantin dulu yah, beli makanan terus makannya disini, bareng. Lo jangan makan dulu sebelum gue dateng!" ucap Mita dengan berteriak di akhir kalimatnya karena gadis itu berucap seraya berlari keluar kelas.

Si Aneh Dan SebelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang